Akhirnya bisa menikmati satu bukunya Nawal el-Saadawi sampai
tuntas. Ini buku lama yang terbit tahun
1999 dan dicetak oleh Bentang pada bulan September 2003. Setiap lembar halaman
mengajak pembaca jalan-jalan mengenal dan memahami budaya sebuah desa pertanian
jauh dari kemakmuran, adalah Kafr Thin di Mesir. Nawal menggambarkan dengan sabar setiap
gerak, sudut-sudut dramatis dan situasi, membuat kita mampu benyoroti sebuah kondisi
pemahaman budaya, tradisi, agama dan situasi di desa tersebut.
Novel ini mampu membuat mengerti peta hubungan antara ahli
agama, kepala keamanan, guru-si penyembuh yang dijadikan alat kontrol masyarakat. Ditangan Umdah sang kepala desa, kekuatan ini
dikelola untuk mendapatkan kepentingan dan kekuasaan absolute. Umdah telah menjadi tuhan bagi kroninya, dalih
hukum agama diolah dan disalah tafsirkan untuk menekan wawasan masyarakat yang
sempit. Hukum dimanfaatkan untuk
menghasut dan menutupi aib. Semua
kata-kata dan tindak tanduk mereka seolah mejadi panutan dan kebenaran
mutlak.
Ini kisah tentang satu keluarga petani miskin yang hancur berantakan
karena hasrat Umdah yang terpesona dan ingin memiliki kecantikan Zainab. Seorang perempuan muda yang baru saja akil
baliq, anak bungsu Kurfawi juga merupakan keponakan Zakiyah. Selain Zainab, Nafisah kakaknya Zainab pernah
diambil paksa agar bisa bekerja di rumah Umdah.
Seolah-olah bahwa menolak bekerja di penguasa terhormat Umdah adalah
sebuah penghinaan, lalu terjadilah pemaksaan dengan menciptakan dalil bahwa
perempuan jika tidak akan patuh pada perintah kecuali jika dipukul, begitu yang
trelontar dari kepala keamanan. Nafisah
menjadi pekerja di rumah Umdah lalu menghilang tanpa jejak. Nasib Zainab pun sama, tidak jauh dari
permainan kekuasaan kepala desa dan kroninya.
Permainan hukum kekuasaan berjiwa rakus selalu menjadi alat
untuk mendapatkan keinginan sang penguasa.
Dengan memanfaatkan kepintaran, kekuasaan, kekayaan untuk membodohi dan
menekan keluguan masyarakatnya. Upaya dilakukan
sampai mengutus kepala keamanan, kesehatan dan ahli agama. Bahwa seorang anak perempuan haruslah
mengabdi dan tidak punya hak menentukan pilihan hidupnya. Semua dalih agama dipermainkan dan ditafsirkan
sekehendak perut untuk mendapatkan keinginan dan perlindungan dari segala aib
diri.
Inti masalah dapat dilihat pada bab 15, hubungan kekuasaan
yang di-tuhan-kan, pembodohan pada masyarakat sehingga menciptakan pola pikir
sosial yang salah kaprah. Dalam cerita
ini bisa terbaca tumbuhnya sifat jiwa-jiwa masyarakat keras dan sakit akibat
tekanan sosial dan ekonomi yang begitu hebat.
Berikut sepotong dialog menarik antara Guru Hamzawi dan istrinya: “…
Mereka takut kepada Umdah karena dialah yang menggenggam rezeki mereka. Umdah mampu menghentikan sesuap kehidupan
mereka… Ia orang besar. Tidak takut pada Allah dan tidak takut pada
siapapun. Dia dapat menganiaya dan
memenjarakan orang tanpa alasan yang benar, bahkan membunuh orang-orang yang
tak berdosa”. Dari dialog ini, dapat
terlihat segala unsur persoalan yang tumbuh berkembang di Desa Kafr Than. Memanfaatkan segala cara dan mengolah segala
hukum untuk menciptakan sebuah pembenaran.
assalamualaikum.. kakak beli novel matinya seorang laki - laki itu dimana?
BalasHapusPermisi, beli novelnya matinya seorang laki-laki dimana ya?
BalasHapusassalamu'alaikum , ka untuk beli novel nya dimana ya?
BalasHapus