Yonda: “Saya tidak menggerakan panah degan pikiran tapi
dengan hati”
Ini adalah salah satu dialog salah satu tokoh di film The
Guardian of The Galaxi. Dialog keluar
ketika pertempuran masuk pada situasi paling genting. Satu persatu teman-team superhero terancam
mati. Sementara Quills masih belum bisa
menggunakan kekuatan super yang baru saja dia dapatkan untuk melawan musuhnya. Ketika Yonda nyaris mati, dia memberi
petunjuk pada Quills bagaimana dia mengontrol panahnya sehingga tepat sasaran
dan menyadarkan Quills cara mengolah kekuatannya itu.
Film yang dipenuhi adegan pertempuran para superhero ini intinya
tentang hati. Cinta, harapan, obsesi,
impian masing-masing tokoh di tengah-tengah situasi serius, keras, kejam dan penuh
pertempuran di angkasa raya sekaligus dikemas dengan komedi situasi yang
segar.
Nobar Citoku: Teman
Nontonku
Saya dapat tiket nonton bareng Citoku di BEC. Engga tau yah, saya ini kalau mau nonton
bawaanya harus perfect (Haha!).
Agak-agak ‘menyebalkan’ memang.
Kalau kata film Janji Jhoni mah, bisa jadi saya termasuk penonton
piknik. Kategori penonton piknik itu,
dia selalu bawa makanan dan minuman sambil menikmati tontonan. Kalau boleh bawa makanan dari luar, saya mau
bawa martabak, hahhaaaa... engga lah engga se ekstrim itu, kalo di rumah... iya,
hehee, martabak atau gorengan atau seputar kriuk kriuk kaya Citoku. Pembelaannya mungkin karena saya mau
mengapresiasi karya seni kali, ya, jadi butuh sedikit banyak energi. Entah ini titisan gen dari mana, makanan itu
semacam unsur yang harus ada dalam ritual nonton. Jadi begitu Citoku ngajak nonton bareng, saya
seneng banget lah. Cociks pisan buat
temen nonton.
Nah, karena camilannya udah ada, jadi saya tinggal ajak
temen yang asik buat nonton. Saya harus
memilih salah satu temen, agak susah susah gampang soalnya temen-temen saya
orangnya pada asik. Siapa, ya. Maunya sih ajak suami, tapi kondisi dia
sekarang ga kuat kena AC dan ga boleh liat sinar yang datang tiba-tiba. Ya, masalah medis. Panjang lah kalau diceritain, padahal dia
temen yang asik buat diajak diskusi abis nonton dan baca buku. Diskusinya bisa panjang lebar dan kebawa-bawa
mimpi, hahahaa.
Mulai deh nge-daftar nama-nama, dari temen sma, kuliah,
stuba, tobucil, saudara, blogger. Saya
coba kontak Ina, temen jaman SMA yang udah berabad lamanya ga pernah ngobrol
dan jalan bareng. Mungkin saya pikir ini
momen yang pas buat ketemuan. Soalnya
saya termasuk orang yang kedul*pisan
jalan bareng, belanja bareng, atau main-main ke rumah teman. Bukan berarti ga kangen atau ga suka sama
temen, kadang suka bingung kalo gitu teh mau ngapain. Tapi kalau udah ketemu ya bawaanya pengen
cerita-cerita sih dan denger banyak hal, masak bareng, nonton bareng, bikin
kopi bareng. Tapi karena “tanggung jawab”
makin banyak (huh, Ima nih so gaya), kadang keinginan buat ketemu dan
seru-seruan kaya gitu agak di rem.
Jadi kesempatan ini, saya ajak Ina nonton dan dia mau. Horeeeh!
Kami nonton bareng di BEC 2, bioskopnya ada di lantai
3A. Orang-orang sudah mulai datang dan
ketemu beberapa orang yang saya kenal.
Kami semua ganti kaos merah khas Citoku dan ngikutin games dulu di
studio. Seru seruan lah. Acaranya bisa kamu lihat di IG-nya Citoku di
@temannontonku.
MC melemparkan bungkus Ciktoku dan peserta yang nangkap bungkusnya
maju ke depan dan ikut games. Gamesnya
seru, ngelatih fokus kita. Dari 10 orang
yang dapat lemparan bungkus Citoku, jadi peserta dan harus maju ke
depan. Aturannya, para peserta berhitung bergantian,
yang dapet giliran nyebutin angka ganjil harus bilang “Citoku”. Ayooo... coba deh di rumah, kaya yang gampang, tapi malah jadi belibet bisa jadi karena deg deg an.
Yang gagal, balik ke kursi penonton dan dapat bingkisan. Horeee.. Sampai yang tersisa 2 orang. Saya termasuk yang gagal karena gak konsen. Seru.
Selesai permainan, film The Guardian of The Galaxi 2 mulai
diputar. Saya segera buka Citoku biar
suara plastiknya gak ganggu penonton lain pas film berlangsung. Lalu tentu saja mematikan handphone. Ya, saya kan engga nonton di rumah tapi
nonton di tempat umum, jadi harus jaga kenyamanan orang juga kan ya, gak bisa
seenaknya.
Ini Tentang Filmnya
Film The Guardian of The Galaxi 2 ini gendre film action dan
penuh limpahan musik tahun 70-an yang menjadi soundtrack setiap adegan. Saya enjoy bangeeet. Sebagian besar adegan dikemas komedi situasi
dan slapstick, tampilan ini berhasil bikin saya ketawa-ketawa (ngakak tepatnya). Bayangkan, di sebuah planet entah dimana, di
tengah pertempuran, Rocket menyuruh Quills untuk mengambilkannya selotip buat
nahan tombol bom. Sambil melawan
serangan sinar dan Peter Quill mencari-cari selotip yang entah dimana ke teman-temannya. Situasi yang menggelikan.
Film dimulai dengan adegan sepasang manusia yang naik mobil
berdua sambil nyanyi-nyanyi , musik klasik keluar dari audio mobilnya. Lalu mereka berdua jalan kaki menuju tengah
hutan. Si laki-lakinya menanam bunga di
tengah hutan.
Kemudian adegan di lanjut ke tengah pertempuran di
angkasa. Baby Groot si pohon kecil yang
kecil bermata bulat dan lucu, menyalakan lagu di sebuah tape jaman tahun 70-an khas
bumi. Ini yang jadi pertanyaan,
bagaimana mungkin di tengah angkasa raya yang serba canggih para superhero ini
punya radio tape, walkman dan kaset pita.
![]() |
Sumber foto: Disini |
Baby Groot menari-nari santai mengikuti irama lagu klasik
ditengah pertempuran teman-temannya yang sedang melawan monster-semacam cumi
raksasa yang banyak lendirnya. Tariannya
makin nikmat mengikuti ketukan musik yang santai dan damai. Sementara disekelilingnya, teman-teman Groot
sedang bertempur. Tentakel monster itu menyerang
ke kiri, ke kanan, terlempar liar, situasi-situasi berbahaya yang mengancam Baby
Groot sama sekali tidak terjadi. Baby
Groot tidak terluka sama sekali sampai si monster itu berhasil di tumbangkan
oleh sekelompok The Guardian: Quills, Nebula, Gamora, Drex dan Rocket. Banyak adegan yang menarik dan lucu.
Adegan keras diiringi dengan musik yang ringan. Penonton seperti dibawa untuk lebih santai
menghadapi adegan-adegan yang penuh pertempuran, tokoh-tokoh yang mengerikan
dan sadis.
Film ini seolah menjelaskan situasi pertempuran merupakan bagian dari denyut nadi, hentakannya biasa dihadapi oleh para Guardian of The Galaxi. Setiap babak ada saja kejutan yang memicu adrenalin. Musik pengiring ini, menyusupkan sisi “manusia”
yang tidak bisa dihapus.
Cerita ini menarik, saya menangkap kentalnya persahabatan
diantara mereka di tengah pertempuran. Meskipun
dari awal kamu bakal melihat mereka selalu saling meledek, menghujat, menggoda,
merendahkan satu sama lain dan ingin terlihat lebih hebat di hadapan
temannya. Kelakuannya ini sampe bisa mengancam
nyawa mereka. Meskipun begitu, ketika
terancam oleh musuh, satu sama lain saling menjaga, memperhatikan dengan cara
yang tak biasa bahkan berkesan kasar dan gak sopan. Sampai-sampai salah satu tawanan mereka-Gamora-
yang memperhatikan mereka selalu berantem sepanjang perjalanan. Menganggap bahwa mereka berlima bukan teman,
karena sepanjang perjalanan saling melontarkan hujatan satu sama lain.
Banyak adegan yang lucu dan absurd. Adegan paling bodor ketika Rocket menjelaskan
ke Baby Groot tentang tombol bom yang harus di tekan di inti otak Ego. Tapi Baby Groot gak ngerti-ngerti sampai
Rocket kehilangan kesabaran lalu minta dicarikan selotip ke si Quills. Selotip buat menahan tombol, biar tombol
bahayanya tidak ditekan Baby Groot sehingga bisa menghancurkan seluruh planet
dengan cepat.
Situasinya, para The
Guardian ini sedang melawan Ego yang menyerang mereka dengan kekuatan yang
super dahsyat. Lalu Rocket berteriak ke
Quills minta dicarikan selotip. Quill
menanyakan ke teman-temannya sambil berteriak, melawan, terbang ke kiri kanan,
kena serangan, Rocket berteriak-teriak memberi petunjuk letak menyimpan selotip
ke Quills. Dialog ini kaya dua orang
yang sedang ada di rumah bertingkat dua, orang 1 lagi di lantai satu dan orang
2 lagi di lantai dua. Minta tolong
sambil marah-marah dan yang satu lagi frustasi karena tidak menemukan benda
yang dicarinya. Dialog itu dibawa ke
situasi di tengah pertempuran di sebuah angkasa. Absud pisaan, ini salah satu adegan yang
bikin saya ketawa-ketawa.
Meskipun sepanjang adegan banyak menunjukan satu sama lain
saling menjatuhkan, meledek, marah-marahan.
Tapi saat salah satu terancam nyawanya, semua berusaha menyelamatkan dan
saling melindungi. Mereka tidak mau
kehilangan teman mereka.
Inti film ini, para penjaga galaksi ini dikejar dan diserang
oleh musuhnya. Lalu ada seseorang yang
menyelamatkan mereka dengan menghancuran semua pesawat penyerang, sampai
akhirnya pesawat yang ditumpangi The Guardian ini terdampar di sebuah
planet. Di planet ini mereka bertemu
dengan laki-laki namanya Ego, dialah yang menyelamatkan serangan para musuh
sewaktu di angkasa. Rupanya, Ego ini
adalah ayahnya. Ego menjelaskan dan
memperlihatkan sebuah bukti bahwa Quills adalah anaknya. Disini konflik muncul, siapa sebenarnya Ego, apa
tujuannya hidup menyamar menjadi manusia sehingga bisa membuahi manusia dan
melahirkan seorang anak laki-laki: Quills.
Quills yang terobsesi ingin bertemu dengan ayahnya merasa hidupnya lebih lengkap dan bahagia. Tapi, dibalik semua
itu justru mengancam hidup Quills. Teman-temannya
tidak tinggal diam, mereka menyerang Ego dan menyelamatkan Quills. Berhasil atau tidak, kamu harus nonton.
Karena, kamu bakal liat bentuk persahabatan yang beda
diantara mereka, cara ungkap dan menunjukan sikap yang berkesan saling benci. Buat kita yang punya tafsir kalau bersikap ke
sahabat itu manis, lucu, penuh canda tawa dan asik. Justru kita gak melihat gambaran persahabatan
kaya gitu diantara mereka, kecuali ketika bicara ke Baby Groot. Semua bersikap manis dan baik. Di film ini, kamu akan disuguhkan sisi lembut the
Guardian ketika salah satu temannya tak selamat.
Musik The Father and Son versi Cat Steven (Yusuf Islam) pun
menutup adegan The Guardian of The Galaxi. Ini, memeras hati dan mengoyak jiwa terdalam. Hiks.
@imatakubesar
0 komentar:
Posting Komentar
Silakan meninggalkan komentar Anda. adv