Memesona Itu Lahir Dari Sebuah Keyakinan

Foto: Ima

 Menurut sumber kbbi (kamus besar bahasa indonesia), memesona adalah sangat menarik perhatian, mengagumkan. Cuma, yang menarik perhatian itu seperti apa, tentu tergantung selera dan persepsi masing-masing. Ada yang melihat dari fisik, profesi, keilmuan, kepribadian, kedudukan, prestasi maupun harta. Setiap orang punya satu pesona atau beberapa kriteria, ada yang fisiknya menarik, kepribadian dan keahliannya pun menarik.  Ada yang fisiknya biasa saja tapi kepribadian dan keahliannya luar biasa. 

2

Buat saya, memesona itu semacam kolaborasi keberagaman alam yang melahirkan keindahan tersendiri, seperti suasana pagi. Ada suara tonggeret, rimbun pepohonan, permainan bayang sinar matahari, laba-laba yang membuat jaringnya dan segelas kopi hangat. Masing-masing memiliki pesonanya sendiri. Bergerak dengan karakter dan melengkapi ruang-ruang kosong jadi penuh.

Begitupun dengan manusia, beragam, indah dan unik. Belum lagi keadaan fisik dan lingkungan alam yang mempengaruhi sosial dan budayanya. Dengan masing-masing ciri khas itu, melahirkan keindahan tersendiri.

Sayangnya, tidak semua orang menyadari keunikannya, lebih senang diakui seperti kelompok lain. Lalu munculah sifat manusia yang saling menyudutkan, mengagungkan, mempengaruhi masing-masing kelompok. Terutama yang berkaitan dengan warna kulit, suku, agama, ras. 


Pertarungan ini pun melahirkan pola pikir yang seragam ketika salah satu kelompok mendominasi. Lalu munculan bahwa klasifikasi memesona itu secara fisik dan non fisik tertentu yang menjadi kriteria yang disepakati bersama. Contohnya, bahwa cantik itu tinggi dan putih, hebat itu adalah menjadi pejabat, memesona itu jago matematika, dst. Ini menjadi hukum alam yang biasa terjadi.

Beda lingkungan, tentu akan membentuk dan menstimulus sudut pandang setiap individu. Sudut pandang ini pula yang melahirkan kekayaan fikir dan lakunya.

3
Foto: Ima


Tentang memesona, jadi ingat Kartini yang selalu 'gelisah' dengan keadaan perempuan di Jawa.  Kondisi saat itu, stereotip perempuan di masyarakat punya kewajiban dipingit, menikah, siap dimadu dan berbakti pada suami.  Gerak perempuan Jawa cenderung dikungkung oleh adat.  Tak ada kesempatan untuk mengaktualisasikan diri dan bergerak di ranah masyarakat.  Seperti menuntut ilmu dan belajar.  

Cita-cita dan pemikirannya ini selalu ia ungkapkan pada Stella-sahabat Belandanya- tentang kondisi perempuan Jawa tersebut, menerima keadaan yang sudah terbentuk.  Ternyata, pemikiran-pemikiran ini mendapat apresiasi dari lingkungan sahabat pena di Belanda.  Sehingga membuka kesempatan Kartini untuk meneruskan sekolah di Belanda.  Meski akhirnya tidak terwujud karena menerima pinangan dan menikah.  Tentu ini membuat geram sahabat penanya.  Pemikiran-pemikiran dari surat-suratnya ini, kemudian diwujudkan dalam bentuk buku yang kita kenal Habis Gelap Terbitlah Terang.


Kegelisahan perempuan pada lingkunganya ini, saya ambil dari film yang baru saya tonton kemarin-kemarin.  Kisah perempuan Eropa yang diciptakan Walt Disney, Belle sebagai tokoh utama film Beauty and The Beast.  Cerita yang sederhana tapi kuat.  Kesamaannya, dia hidup di pedesaan, dengan kesepakatan sosial dan pola hidup yang monoton. Diantara semua gadis di desanya, Belle termasuk beda dari yang lain. Senang baca buku dan jadi dirinya sendiri. Dia punya mimpi, harapan dan bahagia dengan apa yang dilakukannya, yaitu, kecintaannya membaca buku. Tapi kesukaannya ini asing di lingkungan tempat Belle tinggal. Semua penduduk desa menganggap Belle gadis cantik yang aneh. Suka bercerita tentang isi novel yang ia baca, sayangnya tak ada satu orang pun di desa itu yang mengerti. Karena itulah, Belle jadi gadis yang menyendiri karena tidak punya teman berbagi kesukaan yang sama. Meskipun demikian, dia merasa dengan baca buku pikiran dan hatinya jadi lebih bahagia.

Di desa itu, ada pemuda tampan bernama Gaston yang menarik hati semua gadis. Setiap gadis mengharapkan cinta Gaston yang memesona bahkan laki-laki pun berharap bisa memesona seperti Gaston. Tapi Belle sama sekali tidak menyukainya, ini menarik, bisa jadi pria impiannya Belle tidak sekedar tampan. 

Keadaan kemudian yang mempertemukan Belle dengan The Beast (pangeran yang dikutuk buruk rupa).  Disini Belle berinteraksi dengan The Beast yang akhirnya menemukan chemistry yang sama tentang hidup.  Bedanya, Belle akhirnya memutuskan mencitai seseorang yang buruk rupa yang kemudian dia tidak tahu bahwa The Beast berubah jadi tampan. 

4

Di kehidupan nyata, kebanyakan manusia mempunyai kecenderungan yang seragam dan berkelompok. Seperti gerombolan burung yang mengikuti arah induknya. Seperti sekumpulan kuda, ikan, yang bergerombol mengikuti gerak si pemimpinnya.

Dalam dunia manusia, dia punya kecenderungan untuk saling menularkan kebiasaan dan kesukaan yang mendominasinya. Bisa jadi ini lumrah, sehingga lahirlah istilah kekinian, trend, modis. Orang-orang menjadi mudah diterima oleh lingkungan jika punya kecenderungan yang sama. Jika seseorang punya pengaruh lebih, dia akan mudah diikuti oleh sekelompok orang dan dianggap trendy dan keren.

Tapi tidak dengan Belle dan beberapa Belle yang lain. Kecenderungannya ini seperti ikan salmon yang selalu melawan arus sungai. Dia senang mengeksplore, mengolah diri, bergerak berdasar keyakinan penuh dan yakin atas pilihan hidupnya. Dia tahu pilihan dan bidang apa yang bisa membuatnya bahagia. Orang yang seperti ini tidak banyak, yakin pada pilihan hidupnya dan berani.

5

Saya sering bertemu dengan beberapa kelompok orang, diantara orang-orang yang khas itu, saya selalu menemukan satu yang muncul. Biasanya yang muncul itu, punya kekuatan karakter yang lebih dari yang lain. Dia punya jati diri yang unik. Rata-rata, mereka merasa yakin dengan bidang yang mereka pilih untuk menjalankan kehidupannya. Diantara pemikiran yang merata, mereka itu tetap berkarya dengan sepenuh hati. Apapun bidangnya, hasilnya selalu menarik dan berimbang dengan prosesnya.

Orang-orang yang mempunyai karakter seperti ini, dia selalu mengolah diri, selalu memperjuangkan hidupnya, menghargai hidup, kaya pengalaman yang bermakna dan tahu cara membuat hidupnya bahagia. Berada diantara mereka, pembawaanya selalu menyenangkan, mengasah hati, memicu otak selalu berfikir sehingga ada dorongan untuk berkarya. Bisa jadi karena mereka selalu mengerjakan dengan bahagia, maka karya pun akan ‘hidup’ diantara kehidupan yang beragam.



Foto: Ima


Meskipun tak dipungkiri, seringkali kita cepat silau dan menaruh hati pada tampilan kasat mata pada siapapun itu: wajah, tubuh, penampilan, kedudukan, kekayaan dan citra yang tampak. Awalnya begitu dan ekspektasi kita terhadap orang itu kadang begitu tinggi. Namun, ketika semakin melihat lebih dekat, kadang karakternya tidak seperti yang diharapkan. Saat pertama kali mengenal seseorang karena dia begitu memesona: bisa dari berbagai sudut. Biasanya tampilan dan pembawaan luar akan memancing respons itu. Tentu dipengaruhi selera dan latar belakang.

Tapi kemudian, bersamaan dengan waktu dan proses. Pesona itu akan semakin kuat atau luluh setelah sering berinteraksi dan menemukan sisi lain. Kepribadiannya akan terasa menyatu atau malah berjarak. Semua bisa terlihat dari pembawaan dia dalam merespons banyak kejadian. Dari proses inilah, sikap, kepribadian, visi hidupnya akan terpancar atau mengikis. Disinilah pesona fisik, keilmuan, harta dan kedudukan akan mengikis begitu muncul kepribadian yang tidak diharapkan.

Jadi buat saya, #memesonaitu dia punya keyakinan penuh atas pilihan hidupnya.  Selalu bergerak dan terus berkarya.  Dia percaya, memperjuangkan, selalu mengasah diri dengan tulus.  Dengan sendirinya akan muncul ciri khas, karakter, fisik atau non fisik yang melengkapi kehidupannya. 


#memesonaitu

@imatakubesar




6 komentar:

  1. Setuju banget mbak. Tiap orang punya pesonanya masing2. Tinggal bisa tdknya dan bagaimana kita memancarkannya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, kalau udah merasa nyaman dengan dirinya sendiri, dia pasti mengolah diri dengan senang hati. Energi ini pasti ketangkep sama orang lain.

      Hapus
  2. Terpesona pada pandangan pertama mungkin wajar, ya. Tapi seiring waktu bisa terus terpesona atau malah luntur. Sosok yang memesona memang biasanya memiliki pesona yang tahan lama ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, biasanya gitu karena prinsip hidup dia biasanya kuat.
      Makasih udah mampir ke blog saya, ya, Mak Kenai :*

      Hapus
  3. Semuanya berawal dari keyakinan kia sendiri ya mbak, kalau kitanya nggak yakin mana bisa mewujudkannya. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, kadang faktor 'yakin' ini butuh proses (belajar, berinteraksi, jatuh bangun), lalu muncul percaya diri yang bisa mempengaruhi dia dalam mewujudkan impiannya.

      Hapus

Silakan meninggalkan komentar Anda. adv