Kuliner dan Ngobrol di Rumah Makan Legoh bareng Kang Leon

Leon.

“Kalau ingin buka rumah makan dengan modal karena masakan kamu enak, itu engga cukup. Kalau ingin buka usaha kuliner dengan alasan itu, sebaiknya lupakan saja.” Begitu kata Leon salah seorang pemilik rumah makan Legoh yang sudah memelihara usahanya selama 12 tahun. 


Di rumah makan Legoh, saya bersama teman-teman berbincang sedikit tentang cara mengelola usaha kuliner. Kang Leon tidak sendiri, dia bersama teman-teman band Koil membangun usaha kuliner sebagai pilihan usaha yang bisa menghidupkan mereka. Begitu ide membuka usaha kulinet tercetus, Kang Leon mulai mencari resep masakan khas keluarga ke ibunya, lahirlah sebuah rumah makan dengan menu khas Menado di tahun 2004. Ternyata, membuka usaha kuliner ini tidak sesederhana yang dia fikirkan. Terutama masalah naik turun harga dan dalam pengelolaan stok. Rasa masakan Menado ini unik dan segar, banyak asam dan pedas, tapi karena beberapa alasan maka cita rasanya sedikit disesuaikan dengan lidah masyarakat di Bandung. Terutama lidah Sunda dan Jawa.

Sambil menguyah menu camilan khas Legoh yaitu keju aroma dan kelapa muda yang segar, obrolan tambah mengalir, asik dan cair. Suasana di Jl. Sultan Agung no. 9 Bandung terasa adem, pohon-pohon besar lengkap dengan angin segar, bawaanya betah dan ingin coba pesan menu yang lain. Selain drummer band koil, Kang Leon menjadi juru kunci kelezatan makanannya, karena dia sendiri yang masak dan belanja bahan baku ke pasar. 


Keju aroma, alpukat kerok dan es kelapa muda.
Foto: Ima
Legoh ini tempatnya tidak jauh dari pusat kota, pusat kota disini maksudnya BIP (Bandung Indah Plasa) maupun Balai Kota Bandung yang ada di jalan Merdeka. Tepatnya, kalau dari BIP, kamu bisa jalan kaki ke Jl. Juanda tak jauh dari perempatan ada patung orang yang sedang menambang minyak. Tinggal belok kanan, nah kamu sudah masuk ke Jl. Sultan Agung, hanya beberapa rumah dari awal jalan sudah tampak rumah makan Legoh, posisinya di seberang sekolah Aloysius. Tapi, kamu tidak akan lihat plang rumah makan legoh, yang ada tulisan Sultan Agung 9.


Untuk kesekian kalinya saya datang maupun pesan makanan yang dipesan pasti nasi goreng, menu disaat bingung memilih apa sehingga yang dipilih adalah nasi goreng. Tapi… nasi goreng di Legoh ini istimewa karena warna nasinya hitam. Bukan berasnya yang hitam, tapi nasi goreng ini ada campuran tinta cumi dan potongan cumi segar. Jadi rasa yang muncul gurih, ada daun jeruknya yang memelihara rasa yang nyaman di mulut. Legoh menyediakan beragam menu masakan, untuk nasi goreng saja ada 9 jenis, sambal ada 9 jenis, masakan ayam juga ada 9 jenis, masakan berbahan dasar sapi ada 6 jenis, jenis cumi dan ikan ada 12 jenis, menu olahan bebek ada 5 jenis, tak ketinggalan menu sayuran segarnya. Itu jumlah jenis makanan berat, belum camilan, minuman, soft drink dan kopi-teh. Jadi kalau ingin makan berat, banyak sekali pilihannya, tapi kalau hanya ingin mengemil dan minum kopi pun tersedia.

Rumah makan Legoh sempat jadi kontroversial karena menyediakan menu daging babi. Menu daging ini disediakan dan terbuka bagi para pelanggannya yang beragam. Meskipun menyediakan daging yang tidak diperbolehkan oleh kaum muslim, cara penanganan, alat-alat masak, tempat cuci dan penyimpanan dipisahkan. Meskipun sudah diatur sedemikian rupa, tetap saja pelanggan dan orang-orang yang peduli pada makanan halal tetap ragu-ragu. Sehingga untuk meminimalisir ketakutan diantara penikmat kuliner, sejak bulan lalu menu “khusus” ini ditiadakan dan diganti dengan menu baru dengan menjamin makanan itu aman dikonsumsi oleh orang muslim. Keputusan ini dibuat untuk memelihara dan menciptakan kepercayaan konsumen kembali, meskipun banyak juga beberapa konsumen yang suka menu itu, menyayangkan keputusan Legoh menghilangkan menu spesial ini. 


Nasi daun jeruk dan cumi tepung goreng.
Foto: Ima
Seminggu yang lalu, saya datang lagi ke Legoh karena ada menu baru yaitu mie baso dengan berbagai olahan. Ada mie yamin manis/asin, mie baso kuah, yahun yamin, bihun kuah dengan tambahan ceker maupun pangsit. Tampaknya setelah menu berbahan dasar babi ini ditiadakan, diciptakan menu baru dengan harapan bisa bertahan dan membangun kepercayaan konsumen lagi. Pemilihan menu baru ini rasanya tepat, hampir setiap orang suka mie baso, dan saya pun akhirnya pesan menu yamie baso pangsit dengan es kelapa muda.

Mie baso yamin manis.
Fot0: Ima

Sambil menunggu pesanan datang, saya coba makanan pesanan saudara yaitu brokoli jamur, daging sapi cuka dan nasi daun jeruk. Daging sapi cuka ini menu terbaru dan khas menado, sayur brokoli jamur ini sepertinya sederhana membuatnya, kedua bahan disatukan dengan cara dioseng. Sayurannya tetap segar dengan saus warna kecoklatan dan gurih, sepertinya ada bumbu saus tiram atau yang lain karena rasanya lebih enak dari saus tiram yang biasa saya pakai untuk mengoseng sayuran. Di menu, nyaris semua makanannya pedas, tapi rasa pedas ini ada beberapa level kepedasan dari yang biasa saja hingga sangat pedas.

Begitu mie baso ini datang, saya langsung melahap mienya yang panjang, tipis dan lembut. Bumbunya lebih terasa oriental mungkin karena ada minyak wijen. Seperti biasa saya melahap habis mie yamin manis dengan taburan pangsit goreng dengan potongan panjang-panjang. Basonya juga membuat sendiri, begitu di gigit teksturna rangu dan terasa dagingnya dengan kuah yang segar. Menurut Ratri, Kang Leon tidak pelit memberi bumbu selalu maksimal, karena kunci enaknya sebuah masakan ada di bumbu. 


Kwetiau hitam.
Foto: Ima
Kang Leon berbagi cerita tentang proses memelihara usaha kuliner yang sudah menginjak 12 tahun. Salah satu resepnya adalah selalu mendengar pendapat dan tanggapan dari konsumen. Bahkan, tak jarang Legoh membuat makanan hasil ide dari pelanggannya. Seperti kwetiaw goreng hitam, karena ada pelanggan yang biasa pesan kwetiaw dan ingin bumbunya hitam seperti nasi goreng hitam. Begitupun ketika rumah makan ini mulai sepi karena pelanggannya mulai ragu dengan masakan halalnya, Kang leon dan teman-teman tidak lantas berhenti, terus dicoba dengan segala kemungkinan. Begitu ada masalah cari solusi dan dicoba terus dan terus sampai akhirnya bisa bertahan selama ini. Resep usaha kuliner yang lain yaitu belanja sendiri, karena kunci usaha kuliner berawal dari pasar. Kita bisa memilih bahan baku yang terbaik, mendapatkan bahan dasar murah dan bisa menciptakan komunikasi yang baik dengan para pedagang di pasar. Dengan begitu, kita bisa tahu kondisi naik turun harga pasar dan prilaku konsumen saat ini.

Saya salut dengan komitmen yang dipegang Kang Leon, dia bisa menjalankan rumah makan Legoh berikut kelompok band Koil yang tetap ada . Sangat jarang sebuah kelompok band bisa bertahan lama apalagi ada usaha kuliner yang digarap bersama-sama. Persoalan visi dan ego masing-masing orang kerap menjadi masalah. Tapi begitu pertanyaan ini dilontarkan, ternyata kata Kang Leon mengungkapkan, kayanya kuncinya karena mereka kurang komunikasi, tepatnya jarang ngobrol. Mereka akan ngobrol begitu ada perlu untuk latihan, pentas atau urusan rumah makan. Seperti saat itu kami berbincang-bincang, temannya, Otong vokalis Koil, ada di ruang yang lain dengan urusannya. Bisa jadi ini salah satu cara untuk memelihara kelompok band dan usaha kulinernya.

Saya dapat rangkuman pengalaman dari Kang Leon: ketika ada masalah harus terus berusaha dan dicoba, sampai akhirnya semua masalah bisa dilewati. Nuhun, Kang! Akhir cerita, saya foto bareng sama Kang Leon buat pamer ke suami, karena dia nge-fans sama Koil. Haha…

Bandung, 6 September 2016

@imatakubesar

3 komentar:

  1. Yang berhasil konsisten dan.bertahan.dr sebuah kelompok malah yang jarang berkomunikasi yaa.. tapi bertemu tetap intensif.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin, jangan-jangan komunikasi mereka terjalin pas memang urusan-urusan pekerjaan, jadinya engga ada yang baper. (((baper)))

      Hapus
  2. Ya Tuhan makanan plus minumannya menggugah selera semua :(

    Salam,
    Asya

    BalasHapus

Silakan meninggalkan komentar Anda. adv