Toko aksesoris disusun artsy banget. Foto: Ima |
Liburan dan melakukan perjalanan ke suatu tempat yang berbeda, sering membuat pikiran dan hati lebih cerah. Katanya, segala sesuatu yang kita “lihat” akan memberi pengaruh pada hati dan pikiranmu lalu akan berakhir pada tindakan. Jalan-jalan, piknik, main, travelling, trekking, apapun istilahnya yang dilakukan di luar rumah untuk menikmati alam atau tempat tertentu, sering menjadi salah satu solusi yang bagus dilakukan sekali-kali agar meluaskan sudut pandang kita, bahkan seringkali menelurkan gagasan baru atau gagasan lama dengan energi yang lebih segar.
Selasa lalu, saya dan teman-teman piknik ke salah satu destinasi wisata di Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Kalau hari biasa, jalan menuju ke arah Lembang ini akan padat , karena di daerah pegunungan ini banyak jadi tempat wisata yang menyenangkan. Jadi, kami sepakat untuk datang di hari biasa. Makin kesini, di Lembang banyak pilihan destinasi wisata yang unik dan menarik untuk dikunjungi. Salah satu tujuan kami sekarang adalah Farmhouse, yang sudah dibuka bulan November 2015 lalu. Tempatnya tidak terlalu jauh dari terminal Ledeng tinggal lanjut saja ke atas, posisinya ada di sebelah kanan. Nah, kalau kamu datang di hari libur, kalau jalanan sudah terlampau penuh, biasanya polisi akan membelokan jalur ke Jalan Sersan Bajuri. Jadi kalau mau ke Farmhuse di waktu liburan dan pas ada perubahan jalur sementara, nanti kendaraan akan keluar di jalan Lembang, kamu harus turun lagi. Posisinya tak terlalu jauh, ada di sebelah kiri, tulisannya sangat besar jadi mudah ditemukan.
Sampai di gerbang, ada petugas tiket tanpa pos, dia akan menghampiri kita lalu menanyakan jumlah orang yang akan masuk. Melalui petugas itu kami membeli tiket yang katanya bisa ditukar dengan susu atau sosis. Wah, meraik juga tiket ditukarkan dengan makanan, rasanya saya ingin segera beranjak ke tempat penukaran tiket. Saya jadi agak bingung karena banyak kendaraan yang parkir, tempat parkirnya sangat luas, banyak pohon jadi mobil pun adem. Mobil parkir agak jauh, meskipun bukan liburan, cari tempat parkir agak pelan padahal lahan parkir cukup luas. Begitu lihat sekeliling, sudah terlihat sebuah botol susu dengan ukuran raksasa berwarna putih. Cantik sekali, saya seperti dibawa ke sebuah film bule gendre keluarga tahun 80-an yang selalu disisipi cerita ada pengirim susu murni dengan kemasan botol kaca. Dibelakang sana, ada atap dengan cat putih dan salur putih, rumah-rumah dengan dinding batu, tapi hanya terlihat sedikit karena tertutup pohon. Saya jadi semakin penasaran ingin segera masuk.
Saya fikir Farm House ini rumah-rumah peninggalan jaman kolonial Belanda dulu, jaman tanah Jawa ini dikuasai oleh mereka, lalu sekarang dibuka, diolah dan dibuka untuk umum. Ternyata wilayah ini tanah kosong, banyak pohon, tanah berundak-undak yang sengaja dibangun khusus sebagai tempat wisata dengan konsep pedesaan Belanda. Sebelum masuk ke restoran, saya lihat ada perempuan-perempuan cantik memakai baju tradisional Belanda di lantai 2 rumah batu. Rupanya, di rumah batu itu, kita bisa menyewa baju tradisional Belanda selama 1 jam, bisa dipakai keliling dan mencari spot yang cantik di sekeliling Farmhouse untuk foto cantik. Wah, tempat ini bagus sekali buat hunting foto, foto-foto seru, karena banyak spot yang unik di tiap sudutnya.
Makan di Backyard sambil Menikmati Karya Seni
Rumah desain klasik pedesaan Belanda ini rupanya rumah makan dengan ruang-ruang yang luas dan atapnya tinggi. Rumah bertingkat 2 lantai, dari luar sampai masuk saya langsung jatuh cinta pada konsep ruang yang dibangun pada restoran ini. Kamu akan menginjakan kaki pada ubin-ubin patern yang antik, tangga kayu, dengan tiap sudut diisi dibuat unik seperti ada rak menyusun barang antik seperti galeri, lalu di sudut atas merapat ke ujung atap dipenuhi kepala rusa, di sudut yang lain mengantung rapi beberapa lukisan gaya realism disusun sangat estetis. Interior ruang dilengkapi dengan meja-kursi, tempat cuci tangan yang unik, klasik dan memboyong pengunjung bisa menikmati makanan dan menumbuhkan suasana hangat.
Spaghetty Carbonara. Foto: Ima |
Katanya, rencana awal tempat ini mau dibuat restoran saja, lalu ide pun bisa berkembang menjadi tempat menarik untuk sekedar dikunjungi, dinikmati untuk jalan kaki, duduk-duduk, foto-foto, mengenalkan miniatur peternakan pada anak-anak. Dengan begitu, bisa menjadi sarana edukasi buat pengunjungnya juga, kita bisa memberi pakan dan bersahabat dengan binatang.
Ah, ya, sebelum cerita lebih panjang tentang spot-spot menarik, saya mau cerita makanan-makanan yang disediakan di Restoran Backyard atau Backyard Kitchen. Menu disini beragam, dari makanan Asia dan Eropa, mungkin tidak semua menu Eropa cocok di lidah kita. Seperti diakui teman saya, Rany, dia belum cocok dengan makanan Eropa karena rasanya yang tidak tajam. Saya mengerti, karena kita biasa dengan bumbu-bumbu yang lengkap dan rasa yang gurih. Sementara, biasanya, jenis makanan Eropa biasanya suka tawar. Saya termasuk lidah adventurer, mau coba apa saja dan bisa punya sensasi sendiri untuk mix dan max makanan. Meskipun tidak selalu jadi pavorit, tapi setidaknya cukup mencoba saja.
Ah, ya, sebelum cerita lebih panjang tentang spot-spot menarik, saya mau cerita makanan-makanan yang disediakan di Restoran Backyard atau Backyard Kitchen. Menu disini beragam, dari makanan Asia dan Eropa, mungkin tidak semua menu Eropa cocok di lidah kita. Seperti diakui teman saya, Rany, dia belum cocok dengan makanan Eropa karena rasanya yang tidak tajam. Saya mengerti, karena kita biasa dengan bumbu-bumbu yang lengkap dan rasa yang gurih. Sementara, biasanya, jenis makanan Eropa biasanya suka tawar. Saya termasuk lidah adventurer, mau coba apa saja dan bisa punya sensasi sendiri untuk mix dan max makanan. Meskipun tidak selalu jadi pavorit, tapi setidaknya cukup mencoba saja.
Pelayan menjelaskan bahwa menu jagoan di Backyard Kitchen ini ada Wagyu dan Butterfly Chicken. Tapi, karena yang lain kebanyakan sudah pesan menu itu, saya mau coba spaghetti carbonara with mushroom, katanya jagoan juga, lalu tambah dengan green fresh salad dan minumnya saya pilih hot green tea, yummm… penasaran untuk mencoba rasanya. Angin sejuk masuk hilir mudik diantara kami, suasana ruang ini menumbuhkan imajinasi sendiri dan membawa saya ke sebuah spirit yang menarik. Sayangnya, saya tak begitu lihai mengambil sudut poto, padahal imajinasi saya ingin begini tapi hasil jepretan jadi lain. Padahal apa yang saya lihat, aslinya jauh lebih menarik.
Butterfly Chichen lengkap dengan ubi yang lembut dan manis. Foto: Ima. |
Wagyu daging lembut dan sausnya yang lezat. Foto; Ima |
Seru menikmati makanan istimewa. Foto: Ima |
Tak perlu menunggu lama atau entahlah, saya larut dalam suasana ruang yang menarik. Satu persatu makanan hangat, harum dan segar yang kami pesan datang menuju meja kami. Saya mulai dengan melahap spaghetti dengan saus keju, potongan smoked beef dan jamur. Jamur dan sausnya banyak, rasa asin kejunya terasa gurih, dengan garam yang pas. Kekenyalan mienya juga matang sempurna. Lalu saladnya ini, isinya potongan paprika, sayuran lalapan dengan saus yang saya tidak mengerti apa, rasanya agak asam dengan taburan seperti keju tapi bukan. Mirip bibit susu dengan butiran lembut dan tawar. Sayuran segar dan crunchy membuat saya bersemangat makan dan menyeimbangkan perut saya yang melahap banyak karbohidrat. Saya sulit berhenti dan tidak tega menyisakan makanan yang enak-enak ini.
Sementara, teman saya pesan Wagyu. Saya coba sedikit, dagingnya empuk, rasa sausnya istimewa lengkap dengan taburan keju dan kentang goreng. Sambil ngobrol-ngobrol ada camilan taco dengan rasa saus carbonara yang lezat dan seperti tak ada tambahan instan. Saus tomatnya segar dengan taburan oregano yang khas, asam, manis, pedas. Oh, ada Butterfly Chicken sebagai protein hewani dilengkapi zat gizi penyeimbang dengan ubi kukus, membuat paduan makanan ini lebih istimewa. Ide bagus untuk memadukan makanan di rumah sekali-kali menyediakan ubi sebagai teman makan bukan sekedar makanan selingan. Meja makan terasa semakin hangat membahas satu makanan dengan makanan yang lain. Kepala saya menerawang, betapa bahagianya orang-orang yang bisa mengeksekusi idenya lalu bisa diterima dan dinikmati oleh banyak orang. Tentu yang saya maksud pemilik dan asitek Farm House yang merupakan pasangan suami istri dimana istrinya merupakan arsitek, yang menurut saya jenius dan matang.
Sementara, teman saya pesan Wagyu. Saya coba sedikit, dagingnya empuk, rasa sausnya istimewa lengkap dengan taburan keju dan kentang goreng. Sambil ngobrol-ngobrol ada camilan taco dengan rasa saus carbonara yang lezat dan seperti tak ada tambahan instan. Saus tomatnya segar dengan taburan oregano yang khas, asam, manis, pedas. Oh, ada Butterfly Chicken sebagai protein hewani dilengkapi zat gizi penyeimbang dengan ubi kukus, membuat paduan makanan ini lebih istimewa. Ide bagus untuk memadukan makanan di rumah sekali-kali menyediakan ubi sebagai teman makan bukan sekedar makanan selingan. Meja makan terasa semakin hangat membahas satu makanan dengan makanan yang lain. Kepala saya menerawang, betapa bahagianya orang-orang yang bisa mengeksekusi idenya lalu bisa diterima dan dinikmati oleh banyak orang. Tentu yang saya maksud pemilik dan asitek Farm House yang merupakan pasangan suami istri dimana istrinya merupakan arsitek, yang menurut saya jenius dan matang.
Hunting Foto
Selesai menikmati makan siang, kami lanjut keliling dan menikmati spot yang unik, seperti rumah untuk ruang foto, taman gembok cinta, peternakan, ruang pertemuan, rumah hobbit, tempat camilan, tempat bermain anak, factory outlet, toko roti sandwich.
Di seberang restoran, ada rumah batu yang unik, di lantai dasar ada semacam toko buah-buahan segar, buah-buahan ini asli bukan untuk pajangan. Lalu di lantai dua ada tempat peminjangan kostum dengan ruang yang mungil dengan tata ruang yang seperti ruang make up artis dengan menggantung kostum-kostum dan alat make up, ruang ganti dan kaca. Diatas ada balkon yang menghadap ke pemandangan yang segar dan unik.
Studio foto, menyediakan kostum Eropa yang unik. Foto: Ima |
Kura-kura menikmati pakannya. Foto: Ima |
Pengunjung memberi pakan untuk kambing. Foto: Ima |
Ada yang unik lagi, kamu masuk ke rumah aksesoris yang menyedikan handmade yang lucu-lucu dan gembok. Gembok? Iya, soalnya ada pagar kawat sepanjang jalan setapak hingga naik ke puncak. Di pagar itu kita bisa pasang gembok dengan nama kamu dan pasangan kamu. Jadi wilayah ini diankanan gembok cinta. Lucu buat seru-seruan. Kiri kanan dipenuhi pohon cemara, setiap sudut dipenuhi tumbuhan yang membuat suasana tetap segar dan menenangkan.
Taman gembok cinta. Foto: Ima |
Bangunan kiri adalah restoran, rumah batu yang kanan di lantai 2 adalah studio foto & peminjaman baju. Foto: Ima |
Bandung, 12 Maret 2016
@imatakubesar
@imatakubesar
Waaaaah tulisannya bikin jadi pengen ke bandung lagi, terakhir ke bandung lebaran kemaren dan belum ada farmhouse ini
BalasHapusBerarti tahun ini jadwalin main2 ke Bandung lagi, heheee... makin banyak yg asik di sini dan saya kiga orang Bandung belum dikunjungin semua.
Hapusulasannya keren, btw foto2nnya speperti suasana luar negeri
BalasHapussalam utk keluarga mbak
salam sehat dan sukses amin
Makasih Agung Han. Liat langsung lebih indah, Kang, serasa di dunia impian. :)
HapusTempat yang belum kesampean ke sana... semoga tengah tahun ini bisa otw ke sana...
BalasHapusAaaaamiiin... aaaamiiin.Insya Allah bisa,
HapusBerkali-kali baca tentang tempat ini jadi mupeng ke sana. Instagrammable banget tempatnya ya Mbak. Jadi lain kali mampir lagi sambil bawa anak-anak Mbak Ima? Saya sih pengen ajak anak ke sana, cuman jauhnya itu sih... :D
BalasHapusRencanain, deh, anak-anak pasti seneng dan dapat kenangan dan stimulus visual yang indah.
HapusBukan katanya lagi tapi memang tiket ditukar dg susu murni atau sosis... wah jadi pengen ke Farmhouse Lembang (lagi)!
BalasHapusHayuuuuu...
Hapus