Seumur-umur, saya tidak pernah punya kendaraan sendiri,
kecuali punya Amih-Bapak dan pinjam kakak.
Alasannya, selain tidak punya cukup uang untuk membeli sendiri,hehe…
tidak ada motivasi untuk punya sendiri karena tidak bisa mengendarainya. Kalau punya uang lebih, saya dan suami lebih
memilih untuk traveling dan makan.
Barangkali karena waktu itu kami belum punya anak, jadi feel free
aja. Sampai akhirnya, dorongan ingin
punya motor timbul ketika punya anak pertama-Alif- yang sering menjadi ‘penonton’
pengguna motor yang lewat di depan rumah.
Lama-lama, dia bilang “Mah, pengen itu.”
Maksud ‘itu’ adalah motor. Watir
pisan lihat ekspresi dan nada Alif ini pas bilang begitu, rasa bersalah itu
muncul, ah menyebalkan. Saya sampai
berfikir apakah perlu kredit motor, kan lama-lama juga lunas, karena tadinya
kami pengen punya motor bukan dengan cara kredit. Jadi saya fikir, selama ada angkot ya
manfaatkan saja, kami seperti pecinta angkot atau angkotan umum atau bahasa
inggrisnya public transportation biar kesannya gaya. Yah, sama saja artinya kendaraan umum. Kami kemana-mana lebih memilih angkot walupun
suka ngetem, jalannya bak naik jet
coaster dan suka di rem mendadak. Alasan
lain tidak punya mobil/motor, yak karena tidak ada keinginan punya motor maupun mobil, aneh,
ya? Saya juga heran sendiri padahal kan
gaya, yah.
Sejak Alif bilang,”Mah, pengen itu”, energi dan sugesti
untuk dapat ‘itu’ diciptakan. Heheee…
Ayo semesta, dukunglan keinginan kami.
Mirip para suku indian yang keliling perapian dan mengibaskan asapnya ke
angkasa. Ini lebay, bukan begitu, dari beberapa buku yang pernah saya baca dan
diskusi sama beberapa teman, ternyata ada cara untuk mewujudkan keinginan,
seperti ini:
1. Saya
mencatatnya di buku bersama dengan list kebutuhan yang lain.
2. Menciptakan suasana, obrolan, seolah-olah kamu
punya motor. Misalnya nih,”Ayah, kunci
motor dimana, Ima mau ke Pasar.” Atau “Ayah,
kita cuci motor, yuk udah kotor banget.”
Heheh… unyil banget ga sih, tapi begitulah, keseharian kami lakukan
mirip di panggung pertunjukan.
Seolah-olah.
3. Katanya harus ada, setidaknya 5 (lima) orang
terdekat yang mendukung keinginan kita.
Misal, saya ingin punya motor, maka orang-orang terdekat kita mendukung
keinginan itu. 5 orang itu diantaranya:
Suami, anak, Amih, sahabat, kakak. Nah,
kan, ketika orang-orang itu mendukung keinginan kita, maka semesta akan
mengarahkan pada tujuan itu.
4. Tetap menjalankan usaha yang kita jalani dengan
tekun dan berbuat baiklah, karena jalan rezeki bisa arahnya dari mana saja,
mungkin pernah dengar ayat di Al Quran tentang ini:”Rezeki datang dari arah
yang tidak diduga-duga.” Bisa jadi
penghasilan kamu dari jual Koran, guru, penyanyi tapi ‘sesuatu’ yang kamu
harapkan itu justru datangnya bukan dari pekerjaan yang sedang kamu
lakukan. Jadi tetaplah berusaha.
5. Doa dan sabar.
Apalagi yah, setahu saya segitu aja. Nah, sejak itu saya dan suami menjalankan
proses ini dan beberapa bulan kemudian, Amih saya dapat rezeki hadiah sebuah
sepeda motor dari sebuah Bank. Dan anehnya merk motor yang dihadiahkan itu adalah yang kami inginkan.
Karena diantara anak-anaknya cuma saya yang belum punya motor, jadi
motor itu di berikan kepada saya. Bisa
dibayangkan bahagianya tapi ada perasaan tidak enak juga ke kakak-kakak. Takut ada perasaan cemburu, iri, sikapnya
jadi tidak enak, yah jadi dingin gitu lah.
Hiks… situasi ini sungguh tidak enak, tapi setelah bicara ke beberapa
kakak ternyata saya suudzhan, mereka
ternyata baik-baik saja, tuh.
Bahagianya
jadi double, dapat motor dari Amih dan restu kakak-kakak. Akhirnya, resmi, motor ini atas nama saya dan
diberi nama si-Asyor.
Bertahun dan berbulan, kami memanfaatkan motor ini. Ternyata punya kendaraan sendiri itu enak,
bebas macet dan efektif waktu. Seringkali,
saya dan suami mencuri waktu pas anak-anak masih lelap tidur, pergi berdua
setelah subuh, lalu makan lontong sayur di Dipati Ukur, atau hanya keliling
Bandung menikmati pagi. Meskipun kadang-kadang
suka masuk angin dan kena hujan, kamu tahu sendiri kan, motor. Nah, sampai waktunya kami harus berpisah sama
motor ini karena suami sakit karena kami kehabisan ‘ongkos hidup’, kamu tahu
sendiri, buat makan, buat transportasi, jajan anak-anak, ini itu yang kalau
dicatat bisa memeras kepala dan hati.
Oke, saya akhirnya melepaskan motor, menjualnya. Yah, mungkin memang sudah waktunya berpisah,
insya Allah dapat ganti yang lebih baik, kan dijual pun bukan untuk hura-hura
tapi mungkin memang waktunya dimanfaatkan untuk kebutuhan kami sehari-hari,
untuk kondisi sekarang, seperti ini. Hffft…
Sekarang, kondisi suami sudah lebih baik, saya mulai menata
segalanya dan mulai membuka toko buku (lagi).
Sekarang berani berfikir harus punya sepeda motor, agar aktifitas lebih
efektif dan mempermudah fasilitas penjualan buku. Misal fasilitas delivery buku dan produk
lainnya kalau pembelinya masih di wilayah Bandung. Selain itu, sayapun suka dapat undangan blogger dan
Alif mulai sekolah tahun ini, kalau punya motor tentu aktifitas akan lebih
mudah. Tawaran kredit motor cukup
menggoda dan mulai membanding-bandingan beberapa kelebihan dan kekurangan kartu kredit, hanya mulai cari cara nih bagaimana mengumpulkan untuk DP
motornya. Okew, mulai lagi, berdoa,
usaha, sabar dan biarkan alam bergerak. Intinya, jangan berhenti berdoa, kata guru ngaji
waktu saya kecil bahwa pedangnya umat Islam adalah doa. Saya fikir, kalau minta motor mah bukan hal
yang besar buat Allah, silahkan berdoa, apalagi di bulan Ramadhan dengan segala
keistimewaanya.
Bandung, 22 Juni 2015
Imatakubesar
#CatatanRamadhan2015
Aamiin. Ikut mengaminkan doamu. Semoga motornya cepet keganti. :D
BalasHapusBtw, aku udah follow blogmu, Ima. Folbek blogku di www.niaharyanto.com juga, ya. Hehehehe... fakir follower nih :D
Setelah dipakai untuk yg bermanfaat ... insya Allah semesat mengamini
BalasHapus*ikut yang atas and, bolehlah follow jg blog so akuh , nanti di folbek yah hehe
Setelah dipakai untuk yg bermanfaat ... insya Allah semesat mengamini
BalasHapus*ikut yang atas and, bolehlah follow jg blog so akuh , nanti di folbek yah hehe
Amin .. Insya Allah cepet punya motor lagi. BIar kalo ke Parongpong ngga ngabisin duit 25 ribu .. heheh
BalasHapusTeh Nia: Huhuuuy... aaaamiiin, yes, demesta mengamini. Alhamdulillaaaah... sippppsss....sip, polbek yak
BalasHapusTeh Fitri: Amiiiiin... kompak, nya, nuhun udah nge follow Ima. Yipiiii...
Teh Dey: Eta pisaaaaaaan....