Real Love

Bacanya sambil dengerin lagu ini yah... Real love dari The Beatles yang menemani setiap perjalanan hidup saya hehe..



 Suatu  sore yang hangat, kami jalan-jalan ke UPI (Universitas Pendidikan Indonesia) berdua saja bareng Devdan-anakku yang masih balita.  Dia sangat suka jalan-jalan, barangkali menurun dari sifat mama dan ayahnya.  Taman UPI adalah tempat favorit kami untuk melepaskan penat, selain banyak pohon dan kolam ikan, jaraknya tidak begitu jauh.  Selain menikmati taman, saya suka menikmati bangunan tuanya.  Ada Villa ISOLA atau Amih sering menyebutnya dengan nama Gedung Bareti.  Dulu gedung perkuliahannya juga unik karena bentuknya masih sisa peninggalan masa lalu.

Saya jadi lucu sendiri, UPI atau dulu kita mengenal IKIP adalah tempat bermain yang menyenangkan.  Saya termasuk anak yang balantrak*, naik pohon, loncat-loncat di pohon pagar sampai pohon pagar itu lempes, mengambil ikan di kolam sampai di teriakin satpam dan paling ekstrim di dekat Villa Isola terdapat tanjakan.  Tanjakan itu kurang memiliki kemiringan 45 dengan ketinggian hmmm… mungkin 10 meter.  Saya bersama teman-teman selalu memanfaatkan tempat ini untuk berseluncur.  Betapa bebas dan bahagianya dunia!!! Ah, rasanya baru kemarin, masa lalu terasa sekejap mata.  Dulu waktu masih kecil, rasanya kami sudah termasuk manusia yang paling besar.  Sekarang setelah bertubuh besar, berusia berlipat-lipat, seolah diingatkan kembali bahwa saya pernah menjadi anak sekecil Devdan.  Wooow…

Jadi ingat kalimat bijaknya M. Iqbal “Manusia dilahirkan untuk melewati satu demi satu tahap dalam kehidupanya.”  Sekarang inilah saya, giliran saya menjadi orang tua.  Tidak sesulit yang kita fikirkan tapi juga tidak semudah yang kita fikirkan.  Jadi kumaha ieu teh? Yah pokonya gitu lah… selama kita berfikir dan mensugestikan diri bahwa punya buntut itu tidak serumit yang difikirkan, jalani aja dan pas ada masalah cari solusinya di buku, tabloid, diskusi sama teman yang berfikir terbuka yah setidaknya setiap hari tidak menjadi rutinitas tapi lebih beragam dan berwarna.

It’ a real love… kata Jhon Lennon mah.  My son and my husband are my real love… bisa berbagi kebahagiaan, kesenangan, kesedihan, kelelahan, rahasia, frustasi, kebingungan, daaaaaan banyak lagi termasuk marah-marah hehheeee…  

Sore selalu datang dengan beragam cuaca, bisa menjadi menyenangkan bisa sebaliknya tergantung gimana menyikapinya.  Seperti datangnya Devdan ditengah-tengah kami, anak kecil yang mungil, senang berceloteh, senang naik angkot, jalan-jalan, susah makan, suka nangis yang ekstrim, dan tentunya masih ngeces.  Setiap hari kami selalu belajar darinya, otak kami selalu dibuat untuk selalu berfikir setiap ada kebaruan darinya.  Eh, dia pernah makan diatas karpet dengan lutut kaki nekuk ke atas, kaya orang yang lagi makan di warteg gitu sambil tangannya memasukan makanan.  Nikmat dan bebas.  Kaget, lucu ngeliat dia posisinya tampak dewasa, saya fikir niru siapa.  Lalu saya lihat posisi duduk saya, iya benar, gue banget.  Sering tidak sadar saya melakukan posisi duduk seperti itu dan ditiru dengan sempurna.   Termasuk gaya makanya sup atau minum air teh yang selalu diseruput dan berbunyi “slurp”  yang mirip ayahnya.  Ayahnya selalu menampik, “Ih, siapa yang ngajarin makanya kaya gitu.”  Hmmm… Buah tidak akan jatuh jauh dari pohonnya, begitu katanya.


0 komentar:

Posting Komentar

Silakan meninggalkan komentar Anda. adv