Hidup itu Seperti Merajut

Hidup itu seperti merajut.  Membuat dasar pola rantai, mengambil benang, mengeluarkan, ambil benang, setelah kokoh siap dirajut dengan beragam kode.   Jika hitungan salah maka akan kelihatan tidak simetris, dibongkar lagi atau diteruskan.  Jika malas menyelesaikan tidak akan terlihat hasil akhirnya, namun jika dituntaskan hati akan terasa puas dan hati akan senang apapun bentuk akhirnya.  Ibarat merajut, hidup itu mengaitkan benang satu demi satu sesuai kode rajutan dan menyelesaikannya hingga bentuk akhir yang diinginkan sesuai pola.  Masalah hasil akhir produknya seperti apa, itu bagian dari proses masing-masing orang dalam melatih keahliannya.

 Ada kegembiraan, kejenuhan, bosan, monoton, semangat yang tiada henti, ada jiwa yang terkait saat kita telah menembus titik kesulitan.   Pada akhirnya kita bisa mengatakan bahwa hidup itu mudah karena kita mempelajari, tahu, mempraktekan kode-kode yang tersusun dalam hidup.  Saat kita bisa merangkaikan beragam kode dan menyusunnya, menyelesaikan tiap titik pertemuan kode maka hasil akhir hidup bisa kita kunyah diluar dugaan.  Terasa lebih baik atau mengecewakan, tergantung kesungguhan masing-masing.

Hidup tidak henti dari pembelajaran, ada nilai-nilai hidup yang tidak didapatkan dari bangku sekolah.  Karena banyak sekali teori hidup yang seringkali kita sendiri yang menemukanya.  Ini persoalan keyakinan.  Karena bisa jadi kita terlalu keras kepala untuk di beri tahu.  Mata dan hati kita terlalu sempit untuk menampung pengetahuan yang demikian banyak tapi saking banyaknya atau merasa paling benar, seringkali kita merasa telah menampung semua pengetahuan dan merasa paling tahu akan segala hal.  

Jangan mengatakan kita sudah terlalu tua atau lelah untuk mempelajari sesuatu, karena pengetahuan wajib kita pelajari hingga berhenti bernafas.  Begitupan, jangan mengatakan terlalu muda untuk mempelajari dan memulai sesuatu, karena setiap detik hidup sangatlah berarti.  Seperti dalam Al Qur’an (Al-Kahfi:109) seolah membuat kita merenung bahwa ilmu kita tak lebih dari setetes air di samudera.  Jadi buat apa kita merasa paling mengetahui ditengah kehidupan yang beragam dan selalu ada kejutan.

Persembahan untuk pagi 
Ima. 16 Nopember 2011

2 komentar:

Silakan meninggalkan komentar Anda. adv