Program Buka Puasa di Masjid

Beberapa hari sebelum Ramadhan, seorang Takmir masjid berkeliling memberi surat edaran jadwal ta’jil Ramadhan Masjid Nurul Huda. Setiap hari ada 4 kepala keluarga, masing-masing mendapat tanggung jawab mengirimkan makanan menjelang magrib. Jadi setiap jamaah yang datang ke Masjid Nurul Huda bisa menikmati buka disana.

Masjid Nurul Huda awalnya dibangun oleh Bapak, tepat disebelah rumah kami. Lokasinya tepat di belakang Terminal Ledeng Bandung. Saya sendiri tidak tahu tahun berapa masjid ini dibangun, sepertinya dari tahun 1970-an. Di tahun-tahun itu, ketika Bapak membuat masjid menjadi pergunjingan banyak orang karena masih hangat-hangatnya kondisi politik paska dibubarkannya PKI (Partai Komunis Indonesia). Saat itu saya belum lahir, jadi hanya dengar ceritanya saja. Ada saja perbedaan dan kecurigaan yang muncul dari masyarakat sekitar.

Bapak dianggap penganut Islam yang dianggap membahayakan karena saat itu kondisi politik di Indonesia masih rawan. Peralihan dari Soekarno ke Soeharto dan program pembersihan keangotaan hingga anak-anaknya yang berkaitan dengan PKI. Tahun segitu, kalau ada pengajian, kumpulan akan dicurigai lalu muncul fitnah ini itu. Padahal Bapak seorang pedagang ayam yang hanya ingin membuat lingkunganya ada masjid untuk shalat dan aktivitas keagamaan lainnya.

Namun dengan berjalannya waktu, banyak kebiasaan atau budaya masyarakat yang dipengaruhi oleh aktivitas Masjid ini. Masjid tidak hanya sebagai tempat ibadah hablumillah (hubungan dengan Allah) tapi juga habluminannas (hubungan dengan manusia). Sejak ada masjid, masyarakat jadi melek qur’an, karena rentang waktu Magrib sampai Isya dipergunakan mengaji untuk anak-anak.

Karena lokasi masjid ini tak jauh dari UPI, sehingga pengajarnya mahasiswa yang kuliah di UPI (Universitas Pendidikan Indonesia). Ada mahasiswa jurusan bahasa Arab, musik, matematika, fisika namun mereka sangat mumpuni di bidang agama. Anak-anak jadi bisa mengaji, doa sehari-hari, bacaan shalat, sejarah nabi-nabi, hingga dilibatkan untuk acara maulidan maupun cross country/tadabur alam setiap sebulan sekali. Masjid jadi ikut menumbuhkan anak-anak.

Sejak dulu, masyarakat sekitar kerap terlibat untuk berbagai kegiatan masjid selain shalat berjamaah. Masyarakat antusias kalau ada himbauan kerja bakti maupun acara khusus seperti Mauludan. Mereka yang ingin mengirimkan makanan bisa langsung datang, ada yang bawa nasi bungkus, pisang, makanan lokal, ikut membantu membuat panggung, dll.

Apalagi kalau masuk bulan Ramadhan, masyarakat antusias mengirimkan ta’jil atau makanan buka puasa untuk para jamaahnya. Pembagian jadwal ta’jil ini berlangsung sampai sekarang. Setiap hari yang kirim makanan berbeda-beda, rata-rata semua dapat jatah satu kali dalam sebulan. 




Karena loaksi masjid ini di belakang terminal dan merupakan daerah kos-kosan. Jadi jamaah yang datang dan ikut buka di masjid ini beragam. Ada orang istirahat sejenak untuk melanjutkan perjalanan dan mahasiswa yang kos di sekitar masjid. Makanan yang dikirim masyarakat pun menjadi tepat sasaran karena dapat dinikmati oleh orang-orang yang membutuhkan.

Menariknya di Masjid ini setiap hari disediakan dispenser, air galon, teh dan kopi. Meskipun ada jadwalnya masing-masing, ada saja masyarakat yang kerap mengirim makanan dan minuman untuk masjid. Semangat berbagi dan gotong royong sangat terasa. Dengan begitu hubungan antar tetangga pun menjadi lebih hangat dan menarik, karena merasa terfaslitasi keterlibatannya.

9 komentar:

  1. Wuih, keren. Padahal di kota ya, tapi kebersamaan masih terasa. Coba di tiap masjid begitu. Adem kayaknya ya hati. Dari tingkatan masjid, hingga ke tatanan negara. Gak bakal ada deh gontok-gontokan kalo kayak gitu.

    BalasHapus
  2. Subhanallah luar biasa sekali teh ceritanya semoga keluarga teteh sehat dan berkah selalu ya 💖

    BalasHapus
  3. aku jadi inget kakeknya suami dituduh PKI teh :( sampe akhirnya dipulangkan saat bapak mertua dan adik-adiknya udah gede dulu emang serem ga suka sama orang main tuduh PKI ya langsung sikat

    BalasHapus
  4. Subhanallah, baca ini jadi inget zaman kuliah di UPI, barakallah masjidnya selalu ramai oleh kegiatan ya dan bisa menjadi berkah untuk masyarakat sekitar juga, keberkahan senantiasa untuk semuanya terutama teh Ima sekeluarga yang membangun masjid ini

    BalasHapus
  5. Sama Teh, di masjid komplekku juga gitu. Bergiliran kirim makanan. Sehari ada 4 KK

    BalasHapus
  6. Senangnya kalo ikutan tau acara2 begini... Semakin banyak orang baik dan saling berbagi <3

    BalasHapus
  7. Semoga Ramadhan ini menjadi ramadhan yg terbaik untuk kita yg bs menjadikan kita insan bertakwa..

    BalasHapus
  8. Seneng yah liatnya. Di mesjid - mesjid sekitaran rumah juga masih ada nih yang mengadakan program buka puasa di masjid.

    BalasHapus
  9. Masjid seharusnya jadi tempat ibadah yang jauh-jauh dari pengaruh politik dan lain-lain.

    Barakallahu fiik~
    Semoga lingkungan masjidnya berkah selalu yaa, teh...

    BalasHapus

Silakan meninggalkan komentar Anda. adv