Cara Menciptakan Pribadi Anak-Anak Tangguh

Workshop Grow Happy

Workshop Grow Happy

Setiap orang tua ingin anak-anaknya tumbuh menjadi manusia tangguh.  Sehat secara fisik maupun mental.  Apakah berarti anak-anak yang tumbuh sehat dan suka tertawa itu artinya mereka bahagia? Rasanya semua orang tua mengharapkan anak-anaknya tumbuh sehat dan mempunyai kepribadian yang ceria dan bahagia. Atau jangan-jangan justru kuncinya ada di orang tua, ketika orang tuanya bahagia mereka pun akan menularkan sifat yang sama terhadap anak-anaknya.

Tiap orang tua punya cara masing-masing dalam mendidik dan berinteraksi untuk mencapai tujuan itu. Hanya saja, sebagian besar orang tua kurang memperhatikan kebahagiaan dirinya. Sehingga yang terjadi justru sebaliknya, kita mendapatkan anak-anak yang tidak seperti kita harapkan. Kondisi ini jawabannya ada di acara workshop bertema Grow Happy Parenting yang diadakan oleh Lactocgrow di Ambrogio Bandung.

Cara Berinteraksi Dengan Anak

Saya percaya kalau orang tua bahagia akan menciptakan anak-anak yang bahagia. Masalahnya apakah kita benar-benar orang tua bahagia? Padahal kebahagiaan orang tua itu merupakan indikator kebahagiaan keluarga.

Tapi yang terjadi, sebagian besar orangtua cukup sering mengalami stress dalam merawat anak-anak, merawat rumah dan tanggung jawab lain katakanlah pekerjaannya. Saking banyaknya yang harus dilakukan, seringkali kepala kita menumpuk, merasa tertekan dan stress. Kalau sudah merasa tertekan, tingkat keterlibatan orang tua ke anak-anak pun jadi berkurang. Tapi ada juga orang tua yang fulltime di rumah dari pagi sampai malam selalu bersama anaknya, dia pun hanya ada, hadir, tapi tidak terjadi keterlibatan bersama anak.

Psikolog cantik-Elizabeth Santosa (Lizi)-menjelaskan panjang lebar tentang pentingnya keterlibatan orang tua dengan aktivitas anak. Tidak sekedar ada atau hadir tapi terlibat. Maksudnya seperti ini, kalau kita nonton kartun bareng anak, kita sebagai orang tua tidak sekedar hadir disana tapi sambil lihat gadget. Tapi kita benar-benar menikmati, tahu dan mengerti makna cerita di balik film kartun itu, tahu tokoh-tokoh kartun dan masing-masing sifatnya seperti apa. Kita ikut merasakan apa yang anak-anak rasakan.

Berdasarkan penelitian Bu Lizi, banyak sekali orangtua yang mengaku fulltime mother, tapi sayangnya tidak ada kualitas antara si orang tua (Ibu) dan anak:

“Pada umumnya orang tua sudah mengerti teori pentingnya mendukung anak tumbuh bahagia, seperti menghabiskan waktu yang berkualitas dengan anak. Namun pada kenyataanya, banyak orang tua yang masih belum bisa memaksimalkan keterlibatan emosional mereka bersama anak meskipun telah susah payah menyisihkan waktu. Tantangan hidup modern seperti tingkat stres yang tinggi atau interaksi dengan handphone misalnya, membuat keterlibatan emosional menjadi tantangan baru bagi orang tua.”

Nah, karena berbagai kondisi seringkali orang tua tidak tahu cara membahagiakan diri sendiri. Padahal bahagia ini penting karena bisa menularkan rantai bahagia dalam keluarga.

Rupanya caranya mudah agar orang tua terjadi keterlibatan dengan anak, ini tips dari Bu Lizi:


  1. Fokus pada waktu keterlibatannya, sisihkan waktu benar-benar. Katakanlah 30 menit, 1 jam, tapi betul-betul tidak ada gangguan. Mata kita melihat mata. Eye to eye. Benar-benar tidak ada distraksi, buat anaknya merasa paling penting, terperhatikan. Anak akan merasa senang sekali, semua pembicaraan anak kita tanggapi dan interaksi kita sangat dalam. Tidak sekedar ‘iya’, ‘hmmm’,’ oh’. Anak tahu lho kalau mereka itu didengar tapi tidak tanggapi.
  2. Ada saatnya anak-anak kita tidak mempunyai kemampuan seperti anak-anak yang lain. Katakanlah anak yang lain bisa main bola tapi tidak dengan anak kita. Lama-lama si anak akan muncul perasaan malu dan minder. Upaya yang harus kita lakukan yaitu harus memupuk kemampuan anaknya.

Ada sebuah cerita, anaknya gemuk sudah obesitas. Lalu dimasukan ke kelas balet dan orang tuanya selalu bilang, bahwa anaknya cantik dan dia pasti menang kompetisi. Tapi yang terjadi anaknya setiap ikut kompetisi selalu kalah. Jadi kita boleh memotivasi, tapi jangan beri kebohongan, karena si anak akan berfikir hanya Mama yang membuat saya menang tapi yang lain tidak.

Jadi, tips melibatkan diri dengan anak itu sepertinya mudah, ya. Terjadi keterlibatan dengan anak, sisihkan waktu benar-benar dan memupuk kemampuan anak dengan memotivasinya sesuai keadaan.


Perasaan Orang Tua

Seringkali kita membuat keputusan-keputusan dalam kondisi mental kita tidak happy. Perasaan-perasaan negatif sering muncul dalam beberapa keadaan yang membuat kita kesulitan bersikap terhadap anak-anak. Perasaan-perasaan negatif itu diantaranya, merasa bersalah, waspada, tidak berguna, tidak percaya diri, bingung, ragu-ragu, dendam, kecewa, dikucilkan, kesepian, terhina, takut, frustasi, terancam, gagal.

Bisa jadi kita tidak pernah, jarang, sering dan selalu merasakan hal-hal negarif ini. Jika sering ataupun jarang, sebaiknya kita harus hati-hati dan kembali menata diri, karena sifat ini akan menghadirkan sikap-sikap yang tidak tepat dalam pengasuhan.

Contoh kasusnya seperti ini, seringkali anak-anak mendapat mainan setiap minggu. Kemudian itu pun belum uang jajan harian, lalu mingguan bahkan nanti begitu ulang tahun pun mendapat hadiah mainan juga. Begitu banyak hadiah yang diberikan orang tua pada anaknya. Ternyata alasannya beragam, ada yang karena dia ingin memberikan anak-anak mainan karena dia waktu kecil tidak mendapatkan mainan, tapi ada juga alasan lain karena dia merasa bersalah sering meninggalkan anaknya bekerja. Nah, orang tua tidak boleh punya rasa dendam dan rasa bersalah sehingga sikap kita ke anak menjadi berlebihan.

Sebagai orang tua harus bisa menghadirkan perasaan-perasaan yang positif, seperti merasa bangga, merasa dipercaya, berguna, diterima, tabah, kuat, senang, percaya diri, damai, merasa dicintai, bersyukur, mandiri, aktif, puas, merasa puas, dll. Perasaan bahagia itu mahal karena membutuhkan usaha dan kemauan yang tinggi.

Karena dengan menumbuhkan perasaan-perasaan positif, keputusan diambil orang tua untuk anak-anak tercapai. Jika orang tua bahagia maka anak-anak jadi punya daya untuk bertahan dalam menghadapi persoalan dan tantangan di masa depan. Jadi, jika:

Happy Parent = Resilient Children (Anak yang punya kemampuan untuk menghadapi masalah)

Kita tidak bisa menjamin anak-anak itu benar-benar merasa happy. Tapi dari kecil menghadapi orang tua yang bahagia, anak-anak itu akan lebih bisa menghadapi tantangan di masa depan. Anak-anak akan mempunyai resilient atau daya tahan, kebal, anti stress, tidak cepat menyerah, tahan banting.

Cara Mengolah Rasa Bahagia


Di acara workshop ‘Grow Happy’ para peserta diajak praktek menumbuhkan rasa bahagia. Semacam terapi menggali ingatan-ingatan yang bahagia. Praktek pertama, peserta diberi 4 gulungan pertanyaan. Masing-masing peserta saling bertanya dengan dengan teman sebelah dengan pertanyaan-pertanyaan yang sudah disiapkan panitia. Pertanyaan dalam gulungan kertas itu dilemparkan oleh teman kita lalu dijawab secara bergantian. Coba deh praktekan di rumah, jawab dengan spontan yang paling diingat, ya. Ini pertanyaan-pertanyaannya:


  1. Ingatkah peristiwa dalam hidup ketika anda merasa sangat gugup untuk melakukan sesuatu.
  2. Adakah suatu impian yang ingin anda lakukan sejak dulu namun belum tercapai
  3. Jika anda dapat tinggal di usia tertentu selamanya, pada usia berapakah itu?
  4. Adakah suatu impian yang ingin anda lakukan sejak dulu namun belum tercapai?

Diajawab sendiri, ya, dan rasakan sensasi ingatan-ingatan dan perasaan kita terhadap jawaban yang kita ungkapkan. Kita jadi lebih terstimulus untuk melakukan beberapa perbaikan atau merasakan perasaan tertentu. Langkah ini seperti sesi curhat/meluangkan waktu bersama ternyata bagus untuk menghasilkan hormon oksitosin.


Setelah praktek saling bertanya dan menjawab dengan teman, selanjutnya kita diberi 2 lembar kartu. Kartu pertama berisi pertanyaan seperti ini:

Tulis hal-hal yang telah berhasil anda lakukan dan memberikan kebahagiaan untuk diri Anda (dalam minggu ini, bulan lalu, tahun lalu):


  1. ...
  2. ...
  3. ...
  4. ...
  5. ...
  6. ...
  7. ...
  8. ...
  9. ...
  10. ...


Kartu ini wajib diisi dan dijawab hanya dalam waktu 5 menit saja. Dengan mengisi jurnal ini, akan menghasilkan hormon dopamin, memunculkan rasa bahagia di ingatan dan hati kita.

Sementara kartu kedua pertanyaan-pertanyaan seperti ini:


  1. Saya mencintai diri saya sendiri karena...
  2. Saya berbakat dalam hal...
  3. Saya merasa bahagia jika...
  4. Menurut orang terdekat saya, saya berbakat dalam hal...
  5. Orang terdekat saya memuji sikap positif saya yaitu...


Nah, coba isi hanya dalam waktu 5 menit dan rasakan sensasinya. Ternyata kamu punya banyak kelebihan dengan mengingat dan mengakui diri. Ada rasa seperti ini, “eh, ternyata saya keren juga ya.” atau “Eh, ternyata saya orangnya asik juga, ya.” Dan pernyataan-pernyataan lainnnya.

Coba deh praktekan kartu pertama dan kartu kedua itu, itu semacam menyadarkan untuk lebih menghargai diri sendiri. Efeknya banyak, kita jadi lebih bahagia karena kita begitu menarik dan punya banyak kelebihan. Dengan perasaan positif itu, reaksi terhadap keadaan di lingkungan rumah pun akan jauh lebih menyenangkan.

Setelah menjawab pertanyaan dan mengisi pertanyaan-pertanyaan tadi. Kami diajak untuk “bergerak”, yaitu olah raga mengikuti irama. Karena dengan bergerak akan menghasilkan hormon endorfin yaitu merasa nyaman dan bahagia.

Jadi justru dalam workshop ini justru kita lebih banyak diajak untuk memupuk kebahagiaan diri sendiri. Karena, jika kita bahagia maka menulaikan kebahagiaan juga pada orang-orang sekitar, teuatama anak-anak tercinta. Baik cara berkomunikasi sampai kualitas dalam berinteraksi dengan anak-anak akan tercapai.

Visi Workshop Grow Happy

Gusti Kattani Maulani sebagai manager Lactogrow menjelaskan, meningkatkan kualitas hidup itu berkontribusi untuk masa depan Indonesia yang lebih sehat, grow happy ingin lebih dikenal lagi sama kuatkan Indonesia. Bagaimana cara meningkatkannya. Kita banyak banyak menemukan, di area keluarga itu tidak banyak yang mengerti bahwa makan itu harus ada karbohidrat, protein, sayur, lemak, karena masih dibutuhkan sama anak-anaknya mereka. Happy nutrisi, protein, mineral, karena asupan keluarga di Indonesia masih kurang.

Bahagia itu punya peran yang sangat penting, ketika anak suatu anak bahagia itu akan membuat generasi yang bahagia. Ketika kita bahagia, akan memberi manfaat yg lebih banyak lagi bagi orang sekitarnya dan akan membangun indonesia untuk lebih baik lagi.

Lets grow happy together.


12 komentar:

  1. Pulang dari event ini bener2 bahagia. Dapet ilmu sekaligus ketemu mamak2 kece. <3

    BalasHapus
  2. Perasaan positif Ima lebih sering ya *ngintip hasil kuisioner .. heheh. Insya Allah anak2 Ima jadi bahagia.

    BalasHapus
  3. Event nya seru dan bermanfaat banget apalagi buat kita yang udah jadi parent kaya dapet pencerahan banget nuh

    BalasHapus
  4. Seru banget acaranya ada games yg memang thought bgt, nuhun sharing nya teh

    BalasHapus
  5. Menarik sekali ilmu dan acaranya semoga nanti bisa ikutan juga nih😊

    BalasHapus
  6. Ini postingannya jleb banget, Teh.
    Bikin merenung-renung.

    BalasHapus
  7. hihihi, aku masih terus belajar jadi orang tua biar anak-anak makin hepi

    BalasHapus
  8. Jadi ibu harus terus bahagia ya teh, thanks banget informasinya teteh

    BalasHapus
  9. Banyak ilmu yg sangat berharga dari workshop ini.

    BalasHapus
  10. Bahagia itu pilihan katanya..entahlah aku bahagia krn mmg semuanya membahagiakan. Jgn sampai ada masalah rumit ah...ga tau bs milih bahagia apa tidak...heu..

    BalasHapus
  11. Mari kita berbahagia terus Teeeeh!
    Mangkaning bahagia kita mah cetek, nge-Goblin aja udah bikin kita bahagia hahahaha

    BalasHapus
  12. Waah kalau soal bahagia begini, I'm in. Penting banget menjaga kewarasan dan kebahagiaan diri sendiri.

    BalasHapus

Silakan meninggalkan komentar Anda. adv