A la Hijab dan Fashion Muslim

Foto: Id Satto


Hari Kamis tanggal 26 Maret- 1 Februari 2015 di Jakarta Convention Center (JCC), menggelar acara Indonesia Fashion Week 2015 (IFW).  Selama beberapa hari ini, kita dimanjakan dengan beragam desain baju yang menarik dan merangkul beragam segmen selera pasar.  Sepertinya di acara ini fashion muslim cukup mendominasi dan membuka sudut pandang tentang perkembangan pakaian perempuan muslim di dunia.  Melalui fashion, seolah diajak untuk mengenal budaya dan ciri khas gaya hidup suatu komuni.  Karena fashion itu selain menunjukan pribadi pemakainya, desain pakaian pun menunjang kebutuhan tubuh manusia dengan kondisi alam, aktifitas sehari-hari yang dapat mempengaruhi kehidupan sosial, politik, pola hidup dan budaya suatu negara itu sendiri.  Pakaian seringkali menunjukan identitas seseorang, bisa membuat dirinya percaya diri, nyaman dan ada. 

Begitupun ketika saya berkenalan dengan A la Hijab di acara IFW 2015, membuka peluang pada semua segmen pasar pecinta fashion di seluruh dunia.  Ala hijab merangkul semua pecinta fashion muslim, dari perancang busana, penjual, pembeli dan blogger dengan harapan bentuk kolaborasi ini bisa saling menguntungkan.  Kalau kita lihat perkembangan hijab di 10 tahun terakhir ini di Indonesia sedang pesat-pesatnya, dari linkup nasional yang kemudian menglobal.  Seperti yang dilakukan oleh A la Hijab yang difasilitasi oleh Franka Soeria (Co Founder A la Hijab), anak bangsa yang mengangkat fashion muslim Indonesia agar semakin di lihat belahan bumi lain.  Melalui kekuatan media sosial yang dikreasikan oleh A la Hijab, membentuk harapan fashion muslim Indonesia bisa mempercepat pertumbuhannya.

Franka Soeria, Foto: Id Satto
Menurut Franka Soeria yang kini tinggal di Turki dan giat memediasi para pecinta fashion muslim di belahan Eropa.  Dia sering sekali mengundang para desainer komunitas muslim di Maroko, India, Turki, Inggris untuk di peragakan. Agak sulit mengundang desiner Indonesia karena jarak yang jauh dan seringkali kurang dikenal. Disana, fashion show muslim lebih seperti kelompok arisan di ruang tertutup dan sederhana.  Sementara di Indonesia menggelar fashion show muslim dengan panggung yang sangat luas.  Sebuah kondisi yang sangat berbeda bahkan mendapatkan apresiasi pengunjung dan tepuk tangan yang banyak.  Sayangnya energi ini tidak di tangkap oleh para komunitas pengguna fashion muslim di belahan Eropa. Karena masih banyak yang mengira bahwa Indonesia adalah negara yang tertinggal dan tidak berpendidikan.  Padahal fashion muslim di Indonesia sangatlah luas dan jago.  Hanya sayangnya masih jago kandang dan kurang di kenal di pasar global.     A la hijab berharap bisa membawa hasil karya anak bangsa ini ke permukaan dan membukakan mata belahan bumi sana untuk mengenal Indonesia sebagai negara yang maju dan melek fashion. 

Kondisi fashion hijab di Indonesia bergerak sangat cepat, bisa jadi ditunjang dengan populasi muslim yang sangat banyak, media pun banyak mendukung, beragam suku bangsa, kebutuhan sosial, tingkat pendidikan dan kreatifitas yang tinggi, membuat fashion muslim menjadi hidup bahkan tidak ada matinya.  Hal ini sungguh menarik diperhatikan tapi sepertinya ketika fashion hasil karya bangsa ini masuk ke ranah negara lain agak sulit diterima, bisa jadi karena beda budaya, cuaca, kebutuhan, kelas sosial yang menumbuhkan seleranya.  Franka memberi tips bagi desainer yang ingin mengeluarkan karyanya ke luar negeri, sebaiknya melakukan riset budaya dulu.  Karena ini dikhawatirkan bisa jadi hasil karyanya bagus dan unik tapi hanya enak dilihat tapi tidak dibeli, misal karena tidak nyaman untuk dipakai sehari-hari atau bahkan harganya tidak terjangkau.  Kondisi komunitas muslim di beberapa negara berbeda-beda, seperti di Amerika tidak semua muslim Amerika mampu membeli baju dengan harga tinggi.  Seperti warna baju menjadi pertimbangan untuk membeli baju karena warna baju kesukaan tiap negara pun beda-beda, ada yang suka warna kalem, tegas dan bercorak.  Seperti komunitas muslim di Meksiko dan Afrika suka dengan warna-warna cerah, komunitas muslim di Turki lebih warna-warna hitam dan putih, apik dan minimalis, komunitas muslim di Amerika lebih ke urban look, Dubai yang kini abayanya tidak hitam lagi dan mulai menyentuh warna-warna pastel dan banyak lagi. 


Foto: Imatakubesar

Hijab atau dulu kita mengenal dengan nama jilbab, merupakan identitas dan kewajiban bagi perempuan muslim.  Syarat pakaiannya adalah menutup seluruh tubuh kecuali dari pergelangan tangan dan muka, artinya pakainnya ini bisa dipakai untuk sahnya shalat.  Menariknya di ajang IFW Jakarta, mata saya semakin dibukakan bahwa kehidupan fashion perempuan muslim begitu dimanjakan.  Beragam model, warna, jenis kain, pernak pernik disesuaikan dengan berbagai kebutuhan dan selera.  Setiap boot mempunyai ciri khas desainnya.  Dari kebutuhan untuk bekerja, dipakai sehari-hari bahkan pakaian muslim untuk menikah dengan gaya yang unik dan menunjukan karya-karya yang unik.  Melalui Ala hijab semakin di cerahkann tentang fashion muslim di berbagai belahan negara di dunia yang unik dan menarik untuk di kaji.  Kita bisa mempelajari  dan faktanya  adalah setiap negara mempunyai style yang berbeda-beda dalam mengimplementasikan hijab, keimanan dan pertumbuhan budaya.   

@imatakubesar
9 Maret 2015

5 komentar:

  1. Padahal orang-orang Indonesia itu pada ngeksis di sosmed, ya. Faktor bahasa gitu, ya sampe soundingnya kurang sampe ke Eropa gitu. Sayang ya, desainnya hijabers Indonesi keren-keren padahal.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kayanya masalah media dan event yg kurang di ciptakan kali, Fi. Dan citra budaya ttg Indonesia sendiri masih dianggap negara kurang maju.

      Hapus
  2. Seru sekali ya ikut acara begini. Tahun depan intip ah..

    salam...

    BalasHapus
  3. Seru dan suka Banyak ide bermunculan kalo datang ke acara begini.

    BalasHapus
  4. Seru dan suka Banyak ide bermunculan kalo datang ke acara begini.

    BalasHapus

Silakan meninggalkan komentar Anda. adv