Tanggal 1 Desember adalah hari AIDS sedunia, bukanlah sebuah perayaan tapi didedikasikan guna meningkatkan
kewaspadaan masyarakat akan epidemi AIDS yang terus meluas. Begitupun dengan adanya kontes menulis ODHA berhak hidup sehat, minimal mengingatkan saya tentang seluk beluk HIV dan AIDS. Cara ini menjadi sebuah alarm
penting bagi orang-orang agar lebih jeli menjaga kesehatan. Bahkan bagi orang Indonesia sering lupa,
melupakan, dilupakan dan sering harus diketuk kepalanya agar ingat bahwa, “Hey,
hey… ada AIDS dan ODHA yang mesti diperlakukan serius, nih!.” Jadi penanggalan untuk hari A, hari B ini hal
yang cukup efektif agar teringat, peduli dan bergerak melakukan sesuatu.
Moment ini mengingatkan saya pada
sebuah Rumah Cemara yang dibicarakan seorang teman sekitar tahun 2004-an. Saat itu teman saya bercerita bahwa mereka membutuhkan
program kegiatan dan siapa tahu saya tertarik untuk menjadi volunteer. Saya boleh bikin kegiatan yang bisa memacu
kreatifitas ODHA, seperti mengadakan pelatihan teater, diskusi buku atau
apapun. Tapi saat itu situasi kurang
memungkinkan. Dulu, selain
ketidakmungkinan untuk terlibat menjadi volunteer sayapun masih belum memahami
kondisi mental mereka. Dan apa hubungan
program-program kegiatan yang memacu kretifitas dengan virus yang ada dalam
tubuh mereka. Meskipun akhirnya mengerti
juga bahwa wadah seperti Rumah Cemara memang dibutuhkan untuk memfasilitasi
teman-teman ODHA (Orang Dalam HIV AIDS) bisa berbagi hati, pengetahuan mengenai
AIDS (Acquired Immune-Deficiency
Syndrome) berikut pengobatanya, melakukan
aktifitasnya tetap berjalan sehingga semangat hidup tetap ada.
Tahun-tahun berjalan, ada berita bahwa
mereka ikut dalam Homeless World Cup 2012 yaitu sebuah kejuaraan street soccer
international dengan peserta dari kelompok minoritas, beritanya ada disini. Sebuah gerakan bawah tanah yang membuka pikiran
bahwa ditengah kehidupan yang hingar bingar ini ada kelompok yang terpinggirkan
dan mereka tetap bersemangat untuk tetap berkarya. Ini sebuah bukti, bahwa dengan semangat hidup
bisa mendorong siapapun dengan kondisi apapun, tubuhnya terus bergerak,
berkarya dan berdaya. Kita yang sehat
sepatutnya bisa belajar dari semangat hidup mereka sekalipun vonis hidupnya
tidak lama lagi.
Kenapa menjadi minoritas? Bukankah mereka sakit dan butuh dukungan? Inilah kenyataan yang terjadi di masyakarat
kita. Bisa jadi karena keterbatasan wawasan
mengenai HIV dan AIDS sehingga cara pandang dan sikapnya menjadi kurang
baik. Virus ini mematikan dan yang mematikan
ini tentunya bisa membuat orang takut. Sebetulnya kita tidak perlu takut, karena
proses penularan HIV AIDS ini hanya bisa tertular melalui cara-cara yang
intim. Seperti melalui hubungan intim
(seksual), terjadi percampuran darah melalui penggunaan jarum suntik yang
bergantian dan percampuran luka. Selain
takut, kebanyakan masyarakat kita langsung menghukum dengan beragam sudut
pandang dan sikap yang mengucilkan. Bahkan
berkembang sebuah pendapat bahwa virus ini bisa menular melalui aktifitas yang
mudah seperti melalui udara atau sesuatu yang mereka pegang. Padahal penularannya tidaklah semudah penularan
orang yang terkena flu atau cacar. Kita
tidak perlu takut untuk bersalaman, berpelukan, memakai gelas bekas ODHA,
berenang bersama dan melakukan aktifitas bersama lainnya.
ODHA bisa tetap hidup berdampingan dan
masih berhak mendapatkan kesempatan untuk menjalankan kehidupannya karena semua
aktifitas biasa tidak akan menularkan virus yang berbahaya tersebut. Bahkan kini banyak ODHA masih asik menjalankan
aktifitas kreatifnya, semakin berdaya dan masih hidup. Sayangnya, tidak semua lingkungan sosial
mampu memahami dan menerima, bahwa ODHA butuh dukungan semangat agar hidupnya
terus berjalan. Bukan hanya dikasihani dan
dicaci, namun diberi kesempatan untuk tetap menjalani kehidupan dengan “sehat”,
pikiran dan jiwanya tetap “sehat” juga tetap mengoptimalkan kemampuannya agar
hidupnya lebih berarti. Toh hidupnya
belumlah selesai, hanya saja ada virus yang hinggap di dalam tubuhnya yang membuat
pertahanan tubuhnya berkurang.
Meskipun belum ada obat yang bisa
menghentikan HIV, ODHA bisa melakukan terapi ARV (Antiretroviral) yaitu obat
penekan perkembangan virus HIV. Langkah
ini membuat ODHA bisa bertahan hidup lebih lama. Sampai saat ini obat yang bisa menyembuhkan
virus tersebut belum ada, hal inilah yang bisa menjadi mimpi buruk dan seolah
hidup hanya tinggal menunggu kematian.
Tapi siapa yang mampu menentukan waktu kehidupan seseorang. Padahal siapapun akan meninggal dengan
beragam kemungkinan, dalam keadaan sakit atau tiba-tiba, penempuh bahaya atau
bahkan penempuh jalan aman. Semua manusia
akan mati dan tidak ada yang tahu waktu kematian itu akan tiba. Bedanya ODHA sudah tahu bahwa hidupnya
tidaklah akan lama, yang membuat hidupnya terasa lama dan tidak terhantui
kematian adalah dukungan dari lingkungan sekitar bahwa hidupnya masih bisa
berguna dan tidak terfokus pada kematian
Tak ada satupun manusia yang mau mengidap penyakit yang mematikan
itu. Bagi seseorang yang sehat, berat
rasanya membayangkan tentang kematian, apalagi bagi seseorang yang terinfeksi
HIV.
Kita hanya harus tahu apa penyebab dan
bagaimana proses penularannya. Sehinggga
kita tidak perlu parno, menghindar secara berlebihan bahkan menjaga jarak. Hal yang perlu ditanamkan adalah HIV AIDS ini
ada dan tetap menjaga harmoni pola hidup.
Merubah sudut pandang berfikir dan menerima ODHA tetap sebagai mahluksosial yang tetap bisa menjalani aktifitas sehari-hari tanpa tekanan. Sehingga meski tidak memiliki organisasi atau
komunitas, setidaknya sebagai individu mampu menjadi agen untuk orang-orang
terdekat kita agar tidak bertindak ikut-ikutan membuat ODHA menjadi kelompok
minoritas.
semoga menang ya kontesnya ima...:)
BalasHapushihi... iya, 'makasih Rina. Ga berharap banyak sih, cuma pas ada momen ini kayanya pengen sekalian ikut nulis aja :)
BalasHapusIya memang kita sering sekali melupakan banyak hal. Yang paling mengerikan kita sering tanpa sadar meminoritaskan manusia lainnya. Nice teh :)
BalasHapusRupanya teh Ima sudah lama mendengar ttg Rumah Cemara ya. Sy baru saja tahu setelah ikutan presentasinya Farid yg saya cerita di blog saya itu. Eh bukan ding, Farid hanya menampilkan "Rumah Cemara" dalam film pendek yang ia putarkan waktu ia berlaga di HWC tapi sy tahu Rumah Cemara setelah browsing artikel ttg HWC.
BalasHapusSukses lombanya yaa ^__^
Iya, kebetulan dulu sempat aktif di komunitas buku (tobucil) , disana cukup sering interaksi sama beberapa orang. Dan kebetulan Rumah Cemara ini lokasinya tidak jauh dari rumah.
BalasHapussemua itu bukan pilihan kalik.
BalasHapustapi takdir.
jadi ya mereka berhak lah buat hidup sehat.
yg penting kan jangan di pandang sebelah mata :D
Setiap orang hampir ingin mempunyai hidup yang sehat dan bebas dari penyakit, tetapi hanya sebagian yang memperjuangkan untuk melakukan konsisten dalam menjaga kesehatan.
BalasHapusJaga pola makan dan olahraga secara tratur, bila dilakukan secara rutin, maka hidup sehat bisa diraih.