Sebagai urang sunda biasanya suka dengan makanan yang alami,
seperti karedok leunca, lalapan, sambel goang, pepes ayam, dipadu dengan nasi
merah dan asin. Atau makanan yang serba
sayuran lainnya seperti gado-gado, lotek, itu sedap sekali dan menggoda perut
keroncongan di siang hari, ditutup dengan minuman teh tawar panas. Sedap!
Nah, rupanya pengaruh pasangan itu cukup tinggi yah, dalam
segala, baik sudut pandang menghadapi hidup, sikap dan banyak yang lainnya,
salah satunya menambah selera makan. Dulu paling tidak bisa makan makanan yang
bersantan seperti sop Jakarta, sop buntut, belum apa-apa imajinasi tentang
banyaknya minyak, gurih, cukup mengganggu tenggorokan, belum apa-apa langsung
di hapus dalam daftar makan. Sekarang
sop Jakarta, sop buntut, sate padang, gule kambing, sampai lontong sayur padang
menjadi makanan yang menyenangkan.
Sejak itu, bertambahkalah makanan bersantan dan guruh lainnya yang bikin ketagihan. Lontong Sayur Padang. Buat yang belum pernah atau penyuka lontong sayur padang,
ada tempat yang biasa kami jajal di pagi hari.
Bahkan dulu sebelum punya motor, kami biasa sengaja ber-angkot ria dari
Ledeng ke Dipatiukur untuk menikmati sarapan lontong sayur padang dan teh telur.
Jaraknya cukup jauh dari rumah kami tapi ada kesenangan tersendiri. Tidak
hanya ingin menikmati makanan yang satu ini, tapi saya senang menikmati pagi hari
di Bandung, udara masih dingin, sepi, pepohonan lebih terlihat segar, terasa
lebih ramah dan hangat. Udara dingin Bandung
itu terasa beda dari kota-kota lain, selalu memberi rasa dan imajinasi yang berbeda.
Perjalanan yang cukup jauh ini rasanya bisa dilengkapi dengan sarapan, apalagi komposisi lontong sayur yang satu ini rasanya pas agak pedas oleh jahe, cabe merah, sereh, kuning kunyit dan gurihnya santan. Rasanya yang hangat apalagi kalau semalamam sudah begadang untuk
sebuah pekerjaan, mendampingi anak yang membuat kita terjaga, sayur dan teh telur ini bisa mengobati rasa lelah, badan kembali semangat
dan hangat. Lokasinya di pinggir jalan,
depan kampus UNPAD tepat sebelahparkir bis Jatinangor itu selalu penuh, siapapun termasuk kami bisa merasa tak masalah dengan makan dipinngir jalan,
dibawah tenda dan taplak yang kurang bersih.
Dimeja panjang yang sederhana, penikmat lontong sayur datang
dan pergi. Dari raut mukanya terlihat
ekspresi rasa puas setelah mereka menghabiskan satu piring dengan takaran yang
pas. Ketika makan, rata-rata semua
serius dan lahap. Tapi setelah habis
mereka mulailah ngobrol datu dengan yang lain sambil menyeruput teh telur
hangat. Pengunjung yang datang beragam,
mahasiswa, pekerja, ibu-ibu, bapak-bapak, pejalan kaki, pemakai motor hingga
mobil, nangkring disana. Memang sih,
selain rasanya sedap dan harganya pun murah. Cukup mengeluarkan Rp. 7000 sajo, perut kenyang . Bertahun-tahun makan di tempat itu, malah belum
tergerak untuk mengulik resep yang banyak disajikan di website orang. Biasanya langsung cari resepnya dan mulai
mencoba buat sendiri.
Nah, kalau sekali-kali ke Bandung untuk main, berlibur atau
pulang kampung. Pagi-pagi waktu yang
tepat untuk menikmati sisi kota yang masih segar. Biasanya jalanan akan macet saat waktu
sekolah, bekerja dan pulang kantor. Kita
bisa dengan jelas menikmati bangunan-bangunan tua sisa peninggalan Belanda, popohonan
yang besar-besar, grafitty yang menarik untuk dinikmati dan beragam sajian
kuliner pagi berbaur dengan langit.
Maksudnya makan di outdoor alias pingir jalan, atau dibawah pohon
rindang.
Lontong padang yg di simpang dago juga enak loh teh. :-)
BalasHapusUdah nyoba doooong, coba sate padangnya juga. itu kata ima, sate padang terenak, empuk dan gurih :)
HapusLontong padang tuh rasanya gimana yah? sama gak, dengan lontong kalimantan?Hehehe. salam kunjungan rutin...
BalasHapusKaya gimana yah, mirip-mirip kupat tapi pedes. Sayurnya nangka sama telur, kadang ada yang pake ayam juga
HapusMasih sangat terjangkau Mak harganya dan pastinya enak banget ya :)
BalasHapusEnaaaaaaaaaqqqqqq... duh jadi mau huhuuuu
Hapusyang penting mah , kuahnyanya banyak , jadi pengen nambah terus :D
BalasHapusetpis, eta pisaaaaan heheh
Hapus