Namanya, Placenta.
Benda ini yang memberi asupan makanan, oksigen bagi janin yang ada di
rahim ibu. Posisi normalnya, benda ini
ada diatas janin. Dua kehamilan saya, posisi
placenta ada di bawah, atau disebut Placenta Previa. Selain menghalangi jalan keluar janin, asupan
makanan ke tubuh bayi tidak optimal karena tertekan oleh tubuh sang janin. Hal ini yang membuat saya harus melahirkan
secara sesar. Anak pertama lebih gawat
lagi, ternyata air ketuban sudah hijau dan tekanan darah tinggi. Anak kedua keguguran di usia yang masih 2
bulanan,dan kehamilan anak ketiga mengulang sejarah kehamilan pertama yaitu placenta
previa. Katanya kalau mengalami placenta
previa, kehamilan selanjutnya akan mengalami hal yang sama dan berat badan
bayipun akan semakin mengecil. Karena
asupan makanan dari placenta tertekan oleh badan bayi. Betul saja, anak yang ketiga ini lahir dengan
berat badan 2,4 kg dan harus dirawat selama beberapa hari karena terjadi
masalah di paru-paru. Bayi harus dirawat
dan dibantu pernafasannya.
Kelahiran yang ketiga ini dilematis juga, pertama, jalan
keluar bayi terhalang lagi oleh plasenta dan janin tidak boleh terlalu berat
karena dikhawatirkan terjadi pendarahan.
Pendarahan sangat mungkin bisa merusak otak bayi. Dan kalau dilahirkan sekarang ada kemungkinan
berat badan kecil dan bermasalah dengan paru-paru. Betul saja, yang terjadi adalah bermasalah
dengan paru-parunya. Tapi syukurlah,
setelah dirawat,sekarang sudah membaik tinggal asupan asi-nya cukup, badan dan
ruangan harus dibuat hangat.
Rasanya mengerikan jika mendengarkan penjelasan-penjelasan
secara detil. Tapi itu dunia ibu. Ibu
yang sedang hamil. Kenyataan yang harus
dilewati dan dijalani. Melahirkan
sesarataupun normal. Bagi beberapa
perempuan yang pernah melahirkan secara normal, banyak juga teryata menganggap
bahwa sesar adalah solusi melahirkan yang enak dan diperuntukan bagi perempuan
manja. Beneran, lho! Saya sempat sakit hati mendengar ini. Karena saya fikir, melahirkan dengan normal
maupun sesar rasanya stetap sakitdan mengerikan. Lalu,rasa sakit (baca:menderita) yang harus
bagaimana lagi yang harus dirasakan perempuan melahirkan? Aneh. Aneh
sekali. Bahkan ada yang iri karena saya
melahirkan sesar karena tidak merasakan apa yang dia rasakan ketika melahirkan
normal. Saya bingung, karena sayapun merasakan
sakit dan sepertinya saya tidak boleh mengeluh karena sakit akibat operasi karena
dianggap lebih beruntung. Tampak saya
marah? Engga, hanya sedih dan tidak enak hati. Saya melahirkan sesar karena keadaan, bukan berarti yang menyengajakan
lahir sesar bukan keputusan bijak.
Masing-masing orang mempunyai pilihan untuk tetap bertahan hidup dengan
caranya sendiri.
Anehnya. Bagi
perempuan yang perah melahirkan, dibalik ketakutan dan rasa sakit ketika atau
sesudah melahirkan. Rasa sakit itu
terkalahkan dengan keinginan untuk segera sembuh dan mengalahkan sejuta rasa
kantuk ketika harus menyusui dan mengganti popok di malah hari. Apalagi ketika si anak tersenyum dan tertawa,
rasanya menghilangkan sejuta kelelahan dan melupakan rasa sakit. Mereka akan tumbuh besar, entah akan menjadi
apa dan bagaimana. Seperti pagi yang
menggantikan malam, ia akan terus bergerak dan berputar. Tersenyum dan menangis. Sampai satu titik saya sempat berfikir,apakah
kebahagiaan harus dilewati dengan rasa sakit dulu?
sy dua kali melahirkan, dua2nya caesar.. emang aneh juga sih kl ada yg berpikir kl melahirkan secara caesar itu pasti identik dg manja..
BalasHapus