Perempuan dan Pernikahan






Menikah.  Hamil.  Seolah sebuah proses yang sederhana dan alur hidup yang mesti dihadapi oleh seorang perempuan.  Persoalannya adalah, ada beberapa sikap dan proses kepribadian diri yang mesti diolah agar perempuan mampu menghadapi persoalan pernikahan yang tidak sederhana.

Kementrian Kesehatan kerap mensosialisasikan tentang pentingnya kesehatan masyarakat.  Kali ini saya tertarik menyoroti perhatian Kemenkes pada kesehatan perempuan dalam hal reproduksi tubuh perempuan.  Perempuan sudah dari sananya mempunyai rahim yang berkaitan erat dengan tumbuh janin dan lahirlah bayi manusia.  Sumber kehidupan.

Persoalannya kapan tubuh dan mental perempuan ini siap menghadapi dan mendidik kedatangan anak manusia di muka bumi ini.  Mulai dari memelihara bayi yang tidak tahu apa-apa hingga tumbuh besar, mandiri, menjadi atau tidak menjadi apa-apa.  Kuncinya ada ditengah orang tua bahagia dan tangguh dalam memelihara dan mendidik anaknya.  Lalu bagaimana jika yang terjadi, para perempuan tidak memahami bagaimana menghargai dan kesadaran terhadap tubuhnya sendiri.  


Persoalan Reproduksi Perempuan

Perempuan tidak akan bisa lepas dari kemolekan dan keindahan tubuhnya.  Tubuhnya haruslah dipelihara dari sejak dini.  Sebab kelak dia harus mempersiapkan tubuhnya untuk menyimpan janin dan melahirkan anak.  Jika Ibu sehat maka anak pun akan terbawa sehat, baik secara mental maupun tubuhnya.  Karena segala unsur yang ada di tubuh Ibu, akan memberikan kontribusi genetik pada si-anak.  

Sehingga akan lebih baik, jika perempuan yang berniat ingin menikah dan mempunyai anak, sebaiknya di atas usia 19 tahun.  Kenapa usia 19 tahun?  Karena di usia ini, tubuh perempuan sudah siap menerima janin dan melahirkan anak.  Resiko melahirkan di bawah usia 19 tahun salah satunya kematian dan anak yang kurang gizi (stunting).

Jadi, jika ada yang ingin menikah di usia remaja, sebaiknya tidak hamil dulu sampai usia perempuan siap menerima janin.  Misalnya hamil di usia 20- 23 tahun agar tubuh si-Ibu siap dan lebih kokoh begitupun bayinya pun mendapatkan gen yang baik sesuai dengan kondisi tubuh Ibu.  


Hamil Muda Karena...

Penyebab hamil muda ada beberapa alasan, ada karena kawin paksa lalu hamil dan hamil diluar nikah.  Herannya dan kenyataannya, yang menanggung akibat semua itu adalah si perempuan.  Dia akan menanggung malu juga dirinya tidak lagi bisa berdaya dan menciptakan eksistensi/manfaat di masyarakat.  

Perempuan dimanapun seringakali terjebak oleh berbagai tatanan sosial dan budaya prihal pernikahan.  Terutama tuntutan keluarga dalam memenuhi kebutuhan status sosial.  Sehingga tak jarang jika keluarga mempunyai anak perempuan, seolah tidak punya banyak pilihan selain segera dinikahkan dengan laki-laki yang mempunyai kedudukan tinggi agar bisa memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.  Banyak alasan selain ekonomi keluarga, mereka lebih mementingkan status sosial.  

Seringkali karena kasus ini, anak perempuan dibawah usia 19 tahun merasa harus berbakti pada orang tua memutuskan menikah atas pilihan keluarga.  Tanpa memikirkan tubuhnya, hatinya, dan kesiapan mentalnya dalam menghadapi kehidupan barunya.

Tak hanya masalah tekanan keluarga, masalah sosial seperti hamil diluar nikah kerap terjadi dikalangan remaja usia di bawah 19 tahun.  Banyak hal yang berpengaruh negatif, secara mental dia mendapat tekanan dari lingkungan keluarga maupun masyarakat. Baiklah, yang menjadi korban akibat dari ini adalah perempuan lagi.  Dia tidak bisa lagi melanjutkan sekolah dan harus mengurus anaknya di usia polosnya.

Tanggung jawab Ibu tidak hanya sekedar menikah, hamil, melahirkan. Dalam sosok perempuan, haruslah hadir sebagai sosok yang sehat.  Untuk sehat, dia harus punya bekal yang tinggi tentang kehidupan dan memelihara keluarga.   

Oleh karena itu, Kemenkes menanggulangi kejadian ini dengan melakukan penyuluhan keberbagai kalangan.  Karena seringakali masyarakat masih awam dan merasa tidak punya hak atas tubuhnya dan tidak bisa menjaga kondisi anak perempuannya.  


1 komentar:

  1. Tidak sesimpel itu, saya setuju.

    Tidak sekadar hamil dan melahirkan, melihat bagaimana ibu saya menjadi seorang ibu. Lebih dari perjuangan fisik yang harus dilalui, perjuangan mendidik moral yang--saya melihat ibu saya--tiada lelah tanpa batas sabar, hebat sekali!

    Akan sangat bermanfaat dan menyenangkan bila kemenkes bisa mengadakan penyuluhan seperti ini secara berkala di daerah-daerah.

    BalasHapus

Silakan meninggalkan komentar Anda. adv