Milly & Mamet: Cinta Semanis Ice Cream


Rasaya baru kali ini nonton film komedi yang durasinya 110 menit terasa singkat. Seringkali saya menikmati trailer maupun proses kreatif (di belakang layar) film tertentu, ternyata begitu nonton, hasilnya tidak sesuai harapan. Baik jalan cerita, akting para aktor, eksekusi pengambilan gambar, intonasi dialog, dan unsur lainnya. Tapi film Milly & Mamet (Ini Bukan Cinta dan Rangga), pesan yang ingin disampaikan penulis naskah melalui dialog dan sutradara melalui adegan-adegan dengan kemasan komedi, membuka sudut pandang tersendiri mensikapi realitas masalah hidup yang diangkat ke layar lebar. 

Sudah lama saya mengikuti proses di belakang layar film Milly & Mamet (Ini Bukan Cinta dan Rangga) di akun instagram @MillyMametTheMovie. Suasana yang dibangun dari setiap video sangat menyenangkan, energi asiknya terasa. Banyak suasana lucu dan manis. Dengan postingan-postingan dibalik layar ini, berhasil memikat hati saya memutuskan nonton filmnya di bioskop di hari pertama tayang. Engga tau bagaimana, hari itu, tanggal 20 Desember, tepat di hari pertama film Milly & Mamet tayang, ternyata pas dengan jadwal kontrol ke dokter yang tak jauh dari Cinemaxx Istana Plaza Jl. Pasir Kaliki Bandung. Saya perkirakan, jam 11.30 WIB, proses kontrol dan pengambilan obat beres, jadi kami berdua bisa sekalian nonton yang jam 12.40 WIB. Dan ajaibnya, terwujud. Jadi sore sudah ada di rumah lagi. Alhamdulillah, mestakung. Kamipun bisa nonton dengan tenang dan pulang dengan gembira. 





Kalau kamu pernah nonton film Ada Apa Dengan Cinta (AADC) dan AADC 2, di adegan AADC 2 kita dapatkan Milly menikah dengan Mamet. Kita tahu sendiri kalau Milly berada di lingkaran Geng Cinta yang punya kelas tersendiri. Di film ini, Milly & Mamet menunjukan sisi segar dari kehidupan lingkaran Geng Cinta. Mamet SMA berbeda dengan Mamet dewasa, kini dia hadir sebagai sosok unik, cair, menyenangkan, bahkan tegas, bukan lagi Mamet yang gugupan.

Bisa jadi karena referensi Ernest Prakasa basic-nya sebagai comic, ketika menjadi sutradara jadi lebih jeli menangkap detil komedi. Jalan cerita rumah tangga Milly & Mamet diolah sedemikian rupa, tak hanya berhasil menciptakan tawa tapi hadirkan proses kontemplatif. Saya seperti terlibat dalam ruang hidup mereka, ketika Mamet berpolemik dengan Ayah Milly, bergaul dengan sahabat-sahabatnya dan ketika Alex (Julie Estele) hadir di tengah hidup rumah tangga. Lalu mereka harus mengambil berbagai keputusan penting yang berpengaruh pada perubahan ritme hidup. Dari setiap kejadian, kekuatan mereka dalam mengambil keputusan ada dikalimat ini,”Kalau tidak dicoba, bagaimana kita bisa tahu.”

Kalimat ini yang akhirnya saya faham bagaimana Milly dan Mamet bisa bersatu dan saling mendukung satu sama lain. Mamet yang kita tahu sebagai tokoh culun dan kerap dihindari oleh Geng Cinta, ternyata menjadi ruang hidup sendiri. Dia sebagai tokoh dewasa dengan terjun bidang kuliner demi Ayahnya yang kena sakit, justru melalui jalan ini dia menemukan visi hidupnya.

Menurut saya, film Milly & Mamet yang diolah dengan gendre komedi ini seperti melahap bertangkup-tangkup ice cream. Manis, lembut dan segar. Setiap adegan yang diangkat berhasil memainkan ketukannya sehingga menjadi kisah cinta yang indah dan dewasa. Dialog yang dilempar dari tokoh ke tokoh lain terbangun rapi. Setiap tempat punya momen dengan dihadirkan karakter-karakter yang pas. Dari awal adegan sampai akhir film benar-benar membuat saya puas menontonya, tidak sia-sia menanti tanggal 20 Desember 2018 untuk menonton film ini.

.

Biasanya saya selalu “gagal” nonton film komedi Indonesia. Berusaha lucu tapi ternyata hasilnya garing, ketukan tidak dapat, dialog maksa, ekspresi dan gestur seringkali kurang greget. Tapi di Milly & Mamet kadar lucunya pas dan berhasil membuat kita mikir berikut tertawa.

Milly (Sissy Priscillia) dan Mamet (Dennis Adhiswara) hadirkan komposisi yang pas sebagai pasangan suami istri. Naik turun emosi mulai dari becanda, merasa nyaman hingga bersitegang menjadi bentuk akting yang mengalir. Saya melihat bagaimana karakter Milly remaja dan dewasa, konsisten dengan kadar karakter pembawaan ‘manja’ namun dewasa seperti Milly di AADC. Begitupun dengan Mamet yang dibeberapa situasi tertentu berusaha memposisikan diri sebagai kepala rumah tangga yang tegas, suka merajuk, menenangkan, namun beberapa situasi muncul lagi sosok Mamet SMA yang takut sama istrinya. Ini unik sekali, berhasil membuat saya larut.

Passion Mamet di bidang kuliner menambah suasana film ini jadi lebih berisi. Kita akan melihat sisi Mamet yang culun berubah jadi sosok jenius ketika memasak dan platting. Kedekatan Mamet dengan Alex membawa mereka pada hubungan yang profesional. disini kita akan menemukan Isyana Sarasvati seorang sekretaris yang eksentrik. Dengan wajahnya yang klasik dan pucat, sebuah simbol perusahaan yang membawa Mamet mewujudkan pasionnya.

Situasi yang khas terasa sekali waktu penonton dibawa ke adegan-adegan di pabrik kain. Kita akan mengamini komunikasi para karyawan pabrik dengan beragam karakter. Bagaimana pemilik pabrik kain (Roy Marten) sebagai tokoh pemarah, tegas dan disiplin memperlakukan para karyawan dengan pembawaanya yang keras dan diktator. Namun tingkah para karyawan di pabrik akan membuat kita tergelak. Salah satu adegan yang mengejutkan ketika karyawan pabrik dipanggil menggunakan pengeras suara dengan cara seenaknya. Lalu muncul lontaran obrolan antar karyawan yang saling meledek dengan logat betawi yang kental. Disini kita bisa mendapatkan keberagaman karakter orang yang dimainkan oleh aktor yang pas. Rata-rata semua aktor asik memainkan karakternya, berkesan natural dan saling menghidupkan.

Jadi menurut saya, film ini harus ditonton buat kamu yang butuh hormon endorfin. Dijamin bahagia.

13 komentar:

  1. Aku penisirin sama film ini sejak liat tokoh2nya di event otomotif, hihi

    BalasHapus
  2. wah aku belum sempet aja nonton ini Teh, karena Ernest yang nyutradarain jadi makin makin pengen nonton

    BalasHapus
    Balasan
    1. Asik banget nontonya, berasa dengerin lagu eazy listening. Bodornya pas, ngakaknya juga enakeun.

      Hapus
  3. Seru banget bacanya, sayang saya ngga sempet nonton teh... Tapi ikut seneng klo semesta mendukung yang pasangan kencan ke bioskop heheh

    BalasHapus
  4. wah, jadi penasaran sama film ini, teh.
    aku pernah liat di review lain, kalau film ini tuh sama aja kayak yang lain: rada garing dan maksa gitu deh :D

    BalasHapus
  5. Dari kemarin kepengen nonton ini, tapi belum sempet terus :( asik baca reviewnya, jadi bikin makin pengen nonton

    BalasHapus
  6. Waah kayaknya seru dan kocak abis yaa film ini hehe

    BalasHapus
  7. Duh, bagus bgt ya... Pengen nonton ih...

    BalasHapus
  8. Jadi pengen nonton nih Milly mamet.

    BalasHapus
  9. Pengen nonton film ini. Review filmnya bagus, teh. Saya suka dan jadi penasaran. Kalau teteh paling suka scene yang mana #spoiler hehe

    BalasHapus
  10. Kepooo jadi pengen nonton juga berdua suami qiqiqi

    BalasHapus
  11. Udah lama gak nonton film komedi, nuhun reviewnya

    BalasHapus

Silakan meninggalkan komentar Anda. adv