Mengenal Pabrik Ajinomoto di Karawang

Foto: Dedew

Rencana masak untuk makan malam ini yaitu oseng sayur dan ayam teriyaki. Sengaja bikin yang simple dan cepat biar praktis tapi enak. Biasanya, saya sudah merendam ayam pilet yang sudah dipotong memanjang dengan Saori saus teriyaki lalu disimpan dulu di kulkas. Jadi begitu waktunya makan malam tinggal panaskan wajan, masukan minyak sedikit lalu masak rendaman ayam sampai matang. Sementara menunggu ayam teriyaki matang, saya potong-potong sayur, irisan bawang digoreng sampai harum baru masukan potongan sayur. Agar rasa sayurnya terasa lebih enak, saya tambahkan Saori saus tiram. Udah deh sempurna makan malam ini.

Sehari-hari berkutat di dapur untuk memenuhi gizi tubuh keluarga, akhirnya saya bisa bersentuhan langsung dengan tempat proses produksi penyedap rasa yang membuat masakan disukai keluarga. Kami datang ke tempat memproduksi Saori, Masako dan Sajiku di Pabrik kedua Ajinomoto di Karawang. Menyenangkan sekali, disana kami mendapat wawasan proses produksi yang panjang, teliti, tertib, disiplin dan lingkunganya bersih terawat. Selain itu saya belajar banyak dari pemilik dan pengelola Ajinomoto tentang dedikasi dan konsistensi dalam mengelola usahanya sehinga bertahan berpuluh-puluh tahun di Indonesia.

Suasana di pabrik Ajinomoto. Foto: Ima

Tiba di Pabrik Ajinomoto

Perjalanan dari Bandung ke Karawang cukup ditempuh 2 jam, jalanan lancar melalui jalan tol Cikampek. Karawang dikenal sebagai daerah industri, disana juga pabrik Ajinomoto berdiri. Begitu masuk ke wilayah pabrik, kiri kanan pepohonan, rerumputan menghampar asri. Begitu keluar dari bis, wangi khas penyedap rasa menyebar disekeliling halaman. Seperti wangi cream soup hangat dengan potongan daging ayam dan jamur.

Lalu rombongan diajak berkumpul ruangan yang cukup luas, dipenuhi meja memanjang berwarna putih dan menyusun kursi-kursi plastik berwana merah. Rupanya tempat yang kami masuki merupakan kantin, tempat para karyawan mendapat jatah makan yang kebersihannya sangat terjaga. Sambil menunggu peserta berkumpul dan istirahat sejenak, kami dibagi pastri dingin dengan isian cream. Saya baru mencicipi pastri dingin dengan rasa yang enak. Cocok sekali kalau dimakannya dengan coffe latte. Rupanya Ajinomoto memproduksi pastri dingin dan distribusinya masih seputar Karawang. Ini pengalaman pertama saya makan pastri dingin, sambil berbincang ringan tentang pastri dan wangi cream soup di halaman pabrik.

Pastri dingin produksi Ajinomoto.
Foto: Ima


Mungkin karena perusahaan Jepang, acara dimulai sesuai jadwal. Kepala bagian marketing Ajinomoto menerangkan tujuan kami diajak ke pabrik yaitu untuk mengenalkan proses produksi mereka dan melihat-lihat kondisi di dalam pabrik. Namun sebelum keliling, kami diberi gambaran besar tentang komposisi bangunan, fasilitas, aturan yang berlaku bagi karyawan, personal movement, rotasi seragam hingga fasilitas kerja di pabrik yang harmoni.

Berlaku bagi semua pengunjung, sebelum keliling pabrik, kami diberi pengarahan keselamatan kalau terjadi bencana saat berada di dalam pabrik, seperti gempa atau kejadian lainnya. Penjelasannya menarik perhatian semua pengunjung, karena menyangkut keselamatan kami selama di pabrik. 


Berkeliling Pabrik Saori, Masako dan Sajiku

Begitu keluar pabrik, lagi-lagi wangi cream soup menggoda selera makan saya. Wangi. Saya jadi membayangkan bagaimana proses para pemilik pabrik Ajinomoto ini pertama kali hadir di Indonesia berpuluh tahun silam. Kini area pabrik begitu luas dan besar lengkap dengan fasilitas pedestrian. Membuat hati berdecak kagum, ada 3 pabrik yang dikelola disini, pabrik Saori, Masako dan Sajiku.

Di pintu keluar kantin terdapat masjid dengan ukuran yang cukup besar dan bisa memfasilitasi kebutuhan beribadah para karyawan disini. Ruangannya bersih, nyaman dan tentu bisa membuat karyawan lebih tenang beribadah. 

Masjid di lingkungan pabrik.
Foto: Ima


Menuju semua pabrik itu, kami melewati green area. Di sana ada pendopo dan tempat khusus bagi perokok. Lingkungan yang seimbang untuk memenuhi kebutuhan karyawan ditengah tanggung jawabnya memenuhi pekerjaan. Tempat merokok desainnya lucu, atapnya warna kuning dan tersedia kursi dan asbak. Meski tidak besar, tapi cukup untuk menikmati sebatang rokok. 

Tempat merokok untuk karyawan.
Foto: Ima

Dari green area ternyata kami harus naik tangga, menyusuri lorong diketinggian 4 meter dari tanah, jadi kami bisa melihat pemandangan dari atas. Lantai bersih dan atap bersih terawat, suasana pabrik yang dalam bayangan saya banyak orang dan berisik sama sekali tidak ada. Rombongan diajak ke pintu masuk pembuatan produk Saori. Nah, ini penyedap rasa kesukaan saya, membuat masakan sederhana jadi enak.

Seorang pemandu dari Saori menjelaskan proses pembuatan Saori dengan bantuan infograpik yang unik. Suasana jadi menyenangkan, karena display-display mockup yang menggambarkan hasil karya masakan yang menggunakan Saori. Seperti kwetiau, capcay, oseng kangkung, dan beragam makanan lainnya. Kami seperti dibawa ke museum makanan karena terdapat mockup makanan disusun sedemikian rupa membuat kami betah berfoto-foto. 



Di infografis ini, digambarkan seorang laki-laki dengan menggunakan pakaian tradisional Jepang melakukan langkah-langkah produksi. Mulai dari persiapan, pengadukan, pemanasan, pendinginan, penangkap logam dan penyaringan, pengemasan, terakhir pengepakan.

Puas mendapat penjelasan, kami diperbolehkan untuk berfoto tapi pengunjung tidak diperbolehkan mengambil foto ruang produksi. Jadi kami hanya boleh memotret ruangan display-display mockup di beberapa sudut ruangan. Sekarang saya mengerti, kenapa jalan menuju pabrik harus naik tangga dan menelusuri lorong seperti jembatan penyebrangan. Rupanya, ruang produksi itu ada di bawah yang membutuhkan space yang luas dan tinggi. Lalu pengunjung disediakan tempat untuk melihat-lihat diatas ruangan tersebut. Saya jadi ingat petualangan Charlie yang punya kesempatan berkunjung ke pabrik coklat di film Charlie and The Chocolate Factory. 



Rombongan jalan kaki menelusuri jembatan panjang menuju ruang produksi Masako. Unik deh di pabrik ini, ada mockup bahan baku Masako dan alat-alat produksi dalam bentuk mini. Jadi kita pengunjung ngerasa dapat edukasi proses produksi dengan cara menyenangkan. Rupanya bahan baku Masako itu menggunakan daging ayam dan daging sapi asli. Mereka bekerjasama dengan tenant-tenant daging ayam dan sapi.

Seperti pabrik sebelumnya, kami tidak boleh memotret ruang produksi tapi hanya boleh melihat dan bertanya tentang beragam hal yang berkaitan dengan pegawai, mesin-mesin, pola kerja.

Tak kalah menarik dengan pabrik Saori, di pabrik Masako ada mockup dapur rumahan versi tradisional dan modern. Memberi gambaran bahwa Masako menjadi bahan baku yang dibutuhkan oleh semua dapur keluarga. Kami boleh merespons semua display dan menjadi tempat foto yang unik. Di ruangan ini kita diajak masuk ke lorong imajinasi dunia makanan. 



Nah, satu lagi kami keluar pabrik Masako menuju pabrik Sajiku. Disana display pabriknya lucu sekali, ada dapur lengkap dengan katel berisi nasi goreng yang sedang dimasak. Kita bisa merespons tampilan dapur, gerobak isi beragam produk Sajiku, sebagai bentuk presentasi perusahaan terhadap pengunjung. 





Tentang Disiplin Pabrik

Secara keseluruhan pabrik Ajinomoto sangat terawat dan punya sistem kerja yang mengarahkan pegawai bertanggung jawab dan disiplin. Selain aturan waktu, ada pola yang harus dilakukan karywan yang mau masuk ke ruang operasional, yaitu ganti alas kaki, ganti baju dan sepatu operasional, cuci tangan, pass through air shower, beres semua baru boleh masuk ruang operasional.

Selama 7 hari kerja, ada rotasi seragam yang harus dipakai oleh seluruh karywan. Setiap Senin-Selasa memakai seragam putih, setiap hari Rabu-Kamis memakan baju warna hijau dan setiap hari Jumat-Minggu menggunakan seragam warna kuning.

Tak hanya di ruang operasional, sistem ruang sangat terjaga. Saya menemukan dua washtafel di setiap pintu masuk menuju kantin lengkap dengan sabun cuci tangan, tisue dan pengering tangan. Lalu ada pass box, double auto shutter door, insect killer lamp dan insect trapp. Kebersihan benar-benar diperhatikan tak hanya di ruangan pabrik tapi lingkungan sekitarnya. 



Masih di kantin, semua pegawai mengambil piring, mangkuk, gelas yang sudah disediakan makanan, mereka tinggal ambil nasi dan mengisi air minum sendiri. Minumnya ada 3 pilihan, teh tawar, teh manis dingin dan air mineral. Setiap pegawai juga tamu yang selesai makan, menyimpan sendiri semua peralatan di wash room. Tidak hanya menyimpan peralatan, kami harus membuang sisa makanan dan minuman ke tempat yang sudah disediakan. Sehingga semua fasilitas pabrik terjaga kebersihannya.

Saya sangat terkesan setelah keliling dan mengenal lebih dekat dengan ruang produksi penyedap rasa yang selama ini familiar digunakan sehari-hari oleh keluarga. Pabrik yang luas, peduli lingkungan, bersih, sistem operasional terjaga tentu akan menghasilkan hasil produk yang berkualitas dan aman dikonsumsi oleh masyarakat. Selamat memasaaak!



2 komentar:

  1. seru ya..., biasanya cuma beli produknya, sekarang bisa melihat langsung proses produksinya

    BalasHapus
  2. Aku kan pemakai produk Ajinomoto, terutama Saori dan Sajiku. seneng akhirnya bisa main ke pabriknya.

    BalasHapus

Silakan meninggalkan komentar Anda. adv