Cerita Tua

Foto: Ima.


Selot jendela bertambah tua, ada karat melapisinya. Sudut-sudut tua mulai menerka-nerka. Adzan Asyar merayap dari setiap sudut toa tua. Tupai-tupai berlarian, ayam berkokok, burung-burung melantunkan suaranya hingar saling menyambar.

Waktu lambat menerkam. Tubuh lambat bertumbuh. Diri lambat mengerti. Padahal alam seperti rindu dan haus pergerakan akan tiap raga. Menghasilkan dan menjadikan setiap yang hidup menjadi lebih hidup dan subur. Tapi diri seperti tak bersabar pada waktu, tak bersabar pada pelan, tak bersabar pada tiap jumput langkah.

Perempuan tua mantan biduan kini tersungkur di sudut rumah orang, tak berkeluarga, tak beranak. Kemarahan yang memberangus setiap jengkal harta peninggalan orangtunyanya, satu persatu lenyap dilahap api.

Namanya Jelita. Pada masanya, tidak ada yang tidak menyukainya, tidak laki-laki muda, tidak setengah baya, pun tua rasanya mudah tergoda. Seorang penyanyi dangdut, pemilik bioskop, punya beberapa kontrakan, tampilan selalu mewah dan wangi disetiap kesempatan. Suaranya selalu lantang, langkah kakinya dikenal oleh siapapun, selop tinggi, gerak langkah yang lincah, gincunya selalu berwarna terang. Tepuk tangan dan tawa hadir di setiap belokan hingga penjuru ruang.

Kini hidupnya sepi, keinginan meninggi tapi segalanya hilang, lenyap, sunyi. Setiap pagi dan sore, dia duduk bersandar, kaki di lipat di kursi rotan teras rumah orang untuk berjemur. Wajahnya kusut, pandangannya kosong, tak ada make up yang menor di wajahnya. Kerutannya semakin tampak. Ada gelisah di wajahnya.

Kenapa tua menjadi begitu menakutkan?



Bandung, 12 April 2018

Imatakubesar

22 komentar:

  1. Sae ih btw semoga kita tetap berjiwa muda dan awet muda juga heheh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hatur nuhun Teh Sandra, semoga kita selalu semangat, ya.

      Hapus
  2. Iya ya Teh, kadang suka muncul perasaan kenapa menua itu menakutkan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini sering terjadi kalau lihat orang tua-orang tua yang terlantar. suka sedih terus bercermin sama diri.

      Hapus
  3. it's another perpective, seru jadi bikin aku mikir

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih Rara, seoga kita jadi sosok sosok yang selalu survive, ya.

      Hapus
  4. Berasa baca karya sastra, enak dibaca daleeem maknanya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aduh jadi senang, makasih Risky :)

      Hapus
  5. Teteeeh...dibikin buku, teh...
    Keren banget.

    Begitulah masa muda yaa, teh.
    Melenakan.
    Tak pernah terpikir akan menjadi tua. Lapuk. Dan tak berdaya.

    Subhanallah,
    Betapa lemah makhluk Allah yang bernama manusia ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pengen, teh, tapi banyak tapinya. Entar deh dibikin fotokopinya dulu, hihiiiii...

      Hapus
  6. Lah, barusa aja kepikiran dan menyesal kok di usia muda (((usia muda))) dulu serasa menyia-siakan hidup, eh sekarang baca ini. Terkadang, menua memang menakutkan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, sama. Tapi apa yang kita fikirkan kadang ga gitu juga. Kalau kita cepet bangkit, yang dulu2 seolah2 sia-sia pasti banyak manfaatnya.

      Hapus
  7. Semua manusia ada masa kejayaannya teh, siap atau nggaknya tergantung dari yang menyikapi. Dari sekarang aku coba jaga silaturahmi yang luas, biar nanti sampai tua nggak kesepian 🙏

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener, ini dia, memelihara silaturahmi

      Hapus
  8. Waktu mau baca kirain tentang hantu haha...
    Menua bukan pilihan tp pasti, sekrang bagaimana mempersiapkan masa tua agar menyenangkan ya, teh. Btw, bahasa sastranya keren...

    BalasHapus
  9. Ini kisah si ibu yang dikau ceritain ya.. duh kasian ya..Semoga jadi peringatan bagi dirinya utk bisa memanfaatkan sisa umurnya dengan lebih baik lagi :) Jadi bercermin juga ..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, jadi cermin buat Ima banget, Teh Ida. :'(

      Hapus
  10. Semoga kita semua sebaiknya. Bahagia di masa tua. Dan kita menikmati ketuaan kita. Aamiin...

    BalasHapus
  11. Saya pernah punya bos dia benar - benar sangat takut sama TUA, duh sampe beli anti aging mahal berjuta - juta, tapi ya memang namanya TUA mah udah kodrat ya teh, mudah2an kita semua sehat dan selalu istiqomah, aamiin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tua mah udah pasti, tapi menyikapinya itu ga semua bisa.

      Hapus

Silakan meninggalkan komentar Anda. adv