Makan HokBen Pakai Sambal Indonesia, hhmmm...

Ada Sambal Indonesia di HokBen




Kalau boleh dibilang, selain beragam jenis kerupuk yang ada di Indonesia. Kamu bakal nemuin beragam jenis sambal dengan beragam rasa pedasnya. Sepertinya, nyaris deh semua orang Indonesia mesti makan sambal dan kerupuk.

Nah, baru-baru ini Hoka Hoka Bento yang panggilan akrab HokBen ngeluarin sajian terbarunya. Yaitu menu HokBen perpaduan Indonesia-Jepang dengan nama Hoka Suki. Bedanya dengan yang lain, hoka suki dengan 3 varian ini kita bisa pilih salah satu sambal khas Indonesia diantaranya, ada sambal matah (khas Bali), sambal hijau (khas Padang) dan sambal bawang (khas Jawa). 


Buat dapat menu sambal Indonesia, HokBen mengeluarkan 3 paket khusus. Paket ini ada 3 jenis, hoka suki 1 ada 3 tusuk sate ayam (atau nama kerennya Yokitori Grilled), Hoka suki 2 isinya 4 buah udang goreng (Ebi Furai) dan Hoki Suka 3 isinya Chicken Katsu. Uniknya lagi, semua paket ini dilengkapi dengan nasi, acar kuning dan kering kentang. Terasa sekali kolaborasi rasa menu Indonesia-Jepang ini. Nah, saya pilih Hoki Suka 3 plus sambal matah dan tambah Rp 5000 untuk dapat sambal hijau. Rasanya nikmat, saya jadi mau makan pakai tangan. Enak banget! Mana nasi di hokben kan pulen, jadi pas. 



Diantara 3 sambal itu, saya paling suka sambal hijau, rasanya manis-manis pedas. Buat perut saya yang kurang ramah sama sambal, rasa pedas yang dihasilkan cabe dan paduan lainnya benar-benar aman. Heran, ya? Ya, mungkin saya bahagia dan rindu sambal, maka tubuh pun begitu mudah menerima menu Hoka Suki 3 plus sambal matah dan hijau.

Saya sempat mikir, kenapa ya HokBen mengeluarkan menu ini. Rupanya mereka melihat kalau orang Indonesia itu sangat suka pedas. Terbukti kalau cabai pasaran naik harga, masyarakat “ramai”, maksudnya banyak yang protes.

Menarik juga HokBen melakukan menu baru ini, karena pengalaman di dunia kuliner dari tahun 1985 sejak hanya 1 gerai di Jakarta. Jadi dengan begitu, sudah sangat mahir menangkap selera konsumennya. Dari 1 toko kemudian buka cabang berikutnya di Bandung hingga sekarang sudah mencapai 145 gerai. 

Foto: Blogger Bandung

33 tahun HokBen berdiri, Hoka Hoka Bento sempat mengalami peremajaan (re-branding). Berawal dari nama, logo juga merambat pada patern yang kerap menghiasi setiap gerai. Proses nama, itu berawal dari konsumen-konsumennya yang kerap menyingkat tempat itu menjadi HokBen.



“Ke hokben, yu.”
Begitu sebutan akrab untuk Hoka-Hoka Bento dengan 2 simbol anak kecil benama Taro dan Hanako.

Kalau yang saya perhatikan, orang-orang yang makan di Hokben ini rasanya nyaris tidak ada yang sendiri. Kalau tidak bareng-bareng dengan teman, makan di sana itu enaknya sama keluarga, orang tua-anak, teman-teman. Makanannya terasa lengkap, kenyang dan seperti menu rumah. 



Rupanya romantisme ini pun bisa ditangkap oleh orang kreatif HokBen, sehingga muncul filosofi patern sebagai simbol untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Dari kualitas bahan baku, sertifikat halal yang sudah tertera di no. 00160048830908, pada tahun 2007 menambah fasilitas delivery service di nomor cantik di 1 500 505, pesan online di www.hokben.co.id, bahkan sudah ada HokBenApps yang tersedia di Google Playstore & Apple Store, dan pesanan melalui kendaraan lewat (Drive Thru).

Tak hanya itu, seperti di Hokben Pasir Kaliki 160 saya menemukan suasana berbeda. Di bagian belakang ada semacam joglo ala Jepang. Duduk lesehan, menikmati makanan, menikmati angin. Nyaman sekali. Tempatnya pun cukup besar, bisa untuk acara Gathering sekitar 30-150 orang.



Gathering Rasa Lengkap
Seperti Gathering Blogger beberapa hari lalu, Blogger Bandung dan HokBen mengadakan pelatihan membuat video pendek bersama Kang Ali Muakhir dan menikmati sajian terbaru Hoka Suki.

Gathering ini menarik, selain bisa ketemu, berbincang hangat dengan teman-teman sesama blogger, kami dapat banyak ilmu perkembangan usaha kuliner HokBen dan tahapan membuat video pendek.

Dimulai dari Mba Kartina Mangisi (Communication Division Head) berbagi tentang proses perkembangan usaha, pelayanan dan makna di balik simbol-simbol desain HokBen. Menarik, saya suka sekali dengan konten yang dibicarakan Mba Kartina. Pertama Rupanya Hoka-Hoka Bento mengalami peremajaan pada tahun 2012. Dari mulai logo, nama, patern-patern yang menghiasi sudut ruang HokBen.

Meskipun logo tidak terlalu banyak berubah, tetap memunculkan 2 anak yang bernama Taro dan Hanako dalam logo tersebut. Kalau kamu datang ke HokBen seperti di pinggir jalan Pasir Kaliki 160, di sudut-sudut ruang banyak view yang menarik dan patern bulat-bulat kuning yang kerap menghiasi. Rupanya bulatan-bulatan kuning itu punya makna yang dalam, diantaranya:

1. Parent and Kid

2. Welcoming Hello

3. Friendship

4. Respect

5. Pride 

Foto: Dedew

Singkatnya, selama ini konsumen yang datang ke HokBen seringkali sekeluarga, sekumpulan teman, jarang sendiri. Setiap ada yang datang selalu disambut dengan hangat, bersahabat, peduli dengan kebutuhan konsumen dan merasa ada kebanggaan tersendiri. Benar juga, ya. Jadi, makna-makna bulatan kuning itu menunjukan keadaan-keadaan tersebut.

Selanjutnya, Pa Sunarto (store manager) menceritakan tentang gerai HokBen sering menerima berbagai pesanan. Sebagai lokasi yang strategis, dekat dengan RSHS (Rumah Sakit Hasan Sadikin), bandara, wilayah perkantoran. Bahkan seringkali mendapat pesanan dari pihak Bandara Husein Sastranegara ketika pesawatnya mengalami delay. Atau pesanan dadakan lainnya seperti kebutuhan makan siang di kantor-kantor, ulang tahun, dan sebagainya.

Saya lihat sekeliling, gerai HokBen yang satu ini luas dan asik. Ada indoor dan outdoor. Seperti yang saya ceritakan di atas, ada joglo di belakang halaman, di tengah antara ruang utama dan joglo ada taman rumput yang terasa adem. Tak hanya itu, ada mushola untuk muslim yang hendak melakukan shalat. Lalu, saya baru ngeh, iket kepala pegawainya ada yang menggunakan udeng (iket bali), blangkon (iket khas Jawa) dan Tanjak (Iket Khas Sumatra Selatan). 




Setelah perkenalan seluk beluk dunia HokBen, kami peserta gathering diajak game memakai udeng. Ada 3 orang yang tampil ke depan, ada Bang Aswi, Dedew dan Teh Retno. Masing-masing diperlihatkan dulu cara menggunakan udeng, selanjutnya memasang sendiri dan dipilih mana yang paling rapi dan menarik. Rupanya pemenanganya Teh Retno, sekalipun cewe tapi tetep ya menang pasang udeng.

Nah, di sesi gathering berikutnya, kami dapat pelatihan membuat video pendek oleh Kang Ali Muakhir. Ini asik sekali. Dia memaparkan berbagai poin penting kalau mau bikin video dengan durasi pendek tapi menceritakan banyak hal.

Intinya, film pendek itu merupakan film berdasarkan 3 hal: gaya bertutur, durasi, micro documentary. Mungkin teman-teman pernah melihat film dokumenter yang menceritakan tentang kebersihan sungai, tolak nikah siri, dll. 


Film pendek itu menceritakan suatu fenomena yang mengajak penontonnya berfikir dan berkontemplasi tentang pentingnya menjaga kebersihan, misalnya. Bagaimana efeknya jika kita seenaknya membuang kotoran sembarangan di sungai padahal sungai itu digunakan untuk beragam kebutuhan.

Diselang itu, kami lihat beberapa contoh film pendek (dokumenter), dengan durasi pendek namun mengandung pesan yang kuat. Menulis untuk video dokumenter sama seperti membuat tulisan di blog. Bedanya ada beberapa hal yang harus dipersiapkan dalam bentuk visualnya. Nah, apa saja sih yang harus dilakukan sebelum menulis:

1. Pra Produksi

    a. Kenali topik

    b. Riset (foto, video, rekam, catat)

    c. Membuat log line (mini script)

    d. Short list

2. Produksi

    a. Short list

    b. Selalu buka mata untuk memperkaya shoot

3. Post produksi

    a. Preview semua hasil shooting

    b. Ambil beberapa shoot, ambil yang terbaik atau namanya transcript hasil shooting

    c. Tahap script berdasarkan transcript

    d. Editing 


Ilmu yang sangat bermanfaat meski singkat.  Tapi buat saya yang sedang belajar membuat Vlog tentu bisa bermanfaat, menambah kualitas isi Vlog yang memang dibuat sesimple dan sesingkat mungkin tapi pesan yang ditayangkan sampai.

Dari sesi yang singkat, saya dapat ilmu yang lengkap. Dari konsep usaha kuliner HokBen, kearifan lokal seputar iket, pembuatan video pendek. Pemilihan tempat yang pas dan strategis, membuat gerai ini tampak menarik dan mudah ditemukan. Seperti suasana siang itu, kami semua mendapat sambutan hangat, menu lengkap, suasana menarik yang sehangat sambal Indonesia.

Bandung, 16 Maret 2018

Imatakubesar

10 komentar:

  1. Wah.. ada sambal matah dan sambal hejo ya. Besok2 nyoba ah, biasanya sih pesan Spesial 2 di Hokben Setiabudi.

    BalasHapus
  2. Penasaran sama sambal nusantaranya Teh :)

    BalasHapus
  3. Berarti aku belum pernah ke HokBen Pasir Kaliki yaa...
    Engga tau kalo kalo ada Joglonya.

    Kalo kata orang Jawa mah...tempatnya "ameng-ameng" cari angin sembari lesehan.

    Hai Taro dan Hanako...
    Semoga bisa nyobain sambal kalian berdua yaa..

    ((kangen makan HokBen))

    BalasHapus
  4. Penasaran sama sambal matahnya, enak sigana teh

    BalasHapus
  5. Asyik ya gerai yg di paskal ini, ada outdoornya jg, tp jauh saya mah...

    BalasHapus
  6. Saya lebih suka sambah matahnya. Rasanya pedas dan segar, karena ada aroma jeruknya. Hokben Paskal 160 tempatnya nyaman ya...ada lesehannya pula

    BalasHapus
  7. Aku sambal hijau juga:)

    BalasHapus
  8. Sambelnya semua suka ..enak ya teh :)

    BalasHapus
  9. Penasaran ingin coba sambal matahnya Hokben, tapi nunggu sembuh dulu sekarang lagi nggak boleh makan pedes :(

    BalasHapus
  10. Jadi mikir, emang bener ya, sambal sama kerupuk pelengkap makan dan banyak pula macamnya..

    BalasHapus

Silakan meninggalkan komentar Anda. adv