Ngobrol Bareng Ketua MPR RI di Bandung

Gelombang Netizen




Sore itu-11 Desember 2017, beberapa netizen dan wartawan menghadiri undangan dari MPR RI di Aston Tropicana Bandung. Undangan yang hadir sekitar 40 orang. Undangan seperti ini, biasanya tak hanya mengikuti acara, tapi sebagai ajang silaturahmi dan menjalin hubungan yang lebih baik sesama blogger aktif dan penggiat media sosial.

Saya sempat bertanya, kenapa kami penggiat blog di undang ke acara ini. Sepertinya alasannya bisa jadi sesederhana ini, kini blog, web dan media-media sosial, menjadi salah satu alat penting mendapatkan informasi. Mulai dari mencari info sekolah, resep makanan, tempat traveling, tips and trik, kesenian, kesehatan, parenting, biografi, referensi ini itu, dll. Biasanya tulisan-tulisan yang dikemas sangat beragam dan mampu meraih pembacanya sendiri. Pembahsannya beragam, tentang kuliner, jalan-jalan, pendidikan, parenting, agama, kesenian, film, dan banyak lagi.

Perkembangan teknologi sekarang ini, fasilitas aplikasi dan media sosial, menjadi “arena bebas” dalam mengapresiasi situasi lingkungan dan berbagi pandangan. Dari tulisan ini, berseliweran berbagai respons suka dan tidak suka yang cukup masif. Tak jarang, berita-berita itu menjadi viral dan memicu sekelompok orang melakukan langkah-langkah besar, kreatif dan karya-karya yang produktif. Ada pun berita-berita yang menyentuh sensitifitas SARA dapat memicu perkelahian, menjadi besar, meledak bahkan menghancurkan satu sama lain.

Begitulah manusia, ketika berada dalam satu kelompok. Satu dengan yang lain akan saling mempengaruhi, saling menjatuhkan, saling menguatkan. Ibaratnya ketika dalam sekelompok orang ada satu orang teriak, maka akan memancing beberapa orang dalam kerumunan itu ikut berteriak. Begitupun sebaliknya. Sama halnya ketika sekelompok manusia dikumpulkan dan saling berjejaring dalam media sosial. Energi satu orang akan saling mempengaruhi. Diterima atau ditolak. Bergerombol atau menyingkir.

Pergerakan orang-orang yang hadir di arena jejaring internet seperti gelombang. Ada yang terbawa gelombang, ada yang bermain di atas gelombang, ada yang mengikuti gelombang, ada yang menyingkir dari gelombang, ada yang tenggelam. Mau tidak mau, kita berada di tengah-tengah tekhnologi yang menjadikan jiwa dan tubuh kita terlibat di dalamnya. Beragam situasi sangat mungkin, selama kita mau mempelajari ilmunya. 


Kembali ke acara MPR Ngobrol Bareng Netizen Bandung tempo hari. Netizen Bandung mendapat kesempatan baik untuk bincang-bincang seru dengan ketua MPR RI yaitu Zulkifli Nurhasan. Acara yang cukup singkat namun mengikat makna yang menarik. Tentang kebangsaan dan membangun kesadaran kita dalam hidup di tanah Indonesia yang beragam. Perpecahan yang terlihat begitu menyedihkan di media sosial, kemarahan-kemarahan meradang yang pro kontra dan caci maki seperti hamburan petir. Ini mengerikan. (Tarik nafas, keluarkan)


Ngobrol Bareng MPR RI

Di awal acara, kami bersama-sama menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Undangan yang hadir menyanyikan dengan hikmad. Selanjutnya Ketua MPR RI-Zulkifli Hasan- membuka pertanyaan pada semua netizen dan mempersilahkan para undangan bertanya, mengkritik berebagi hal di acara Ngobrol Bareng MPR ini. Ada sekitar 10 pertanyaan dari para netizen dengan pertanyaan-pertanyaan yang berbeda. 


Awalnya para netizen ini agak sungkan, namun akhirnya satu persatu muncul memberikan pertanyaan tentang berbagai permasalahan sosial di Indonesia. Mulai dari kegeraman terhadap kinerja DPR, soal gas LPG 3 kg yang langka, sampah, pajak penulis hingga plagiat dan pembajakan buku, respons pemerintah terhadap hoax, polemik lingkup kota hingga negara, saling hujat antar agama, dll. Sangat menarik.

Setelah menampung semua pertanyaan-pertanyaan itu, Bapak Zulkifli Hasan membahas satu persatu pertanyaan. Beliau menjelaskan peta-peta masalah yang dikaitkan dengan kondisi negara dan sikap MPR pada persoalan ini. MPR melihat beragam masalah yang hadir di masyarakat dan elemen pemerintah yang nakal karena kehilangan karakter diri, etika dan hidup bernegara.


Dari pemaparannya, kami diajak untuk memahami bahwa persoalan-persoalan ini semakin menjamur. Dimana setiap kelompok warga “dibenturkan” dengan persoalan ideologi, suku, bahasa. Kita begitu mudah terpancing masalah. Harus disadari bahwa ada beberapa hal yang membuat negara ini tidak mudah terpecah belah, bahwa warga negara Indonesia harus:

1. Mengerti asal muasalnya

2. Mengerti negerinya

3. Memiliki ilmu

Melihat kondisi negara yang terkoyak dan mudah terpancing kemarahan, ketua MPR mengajak netizen merajut merah putih yang terkoyak. Netizen sebagai alat informasi yang dekat dengan pembacanya, diharapkan tulisan-tulisannya menjadi bagian media kontemplatif memandang kehidupan yang lebih asik dan optimis. Terlebih kita harus lebih hati-hati, selektif dan bersama-sama membuat suasana “komunikasi” di dunia maya lebih jernih di tengah hoax dan ujaran kebencian yang kerap terjadi. Bagaimanpun, Indonesia adalah satu keluarga, sebaiknya kembali berjabat erat lagi untuk Indonesia menguatkan 3 identitas kita:

1. Identitas suku dan latar belakangnya

2. Identitas nasional

3. Identitas sebagai warga dunia


Pemerintah adalah salah satu elemenen penting dalam bernegara, namun bukan berarti semua masalah dilemparkan pada mereka. Pemerintah dan warga negara harus mempunyai apresiasi, kritis, sinergi menyuarakan aspirasi secara positif untuk pertumbuhan negara yang semakin kokoh dan solid.

Bandung, Desember 2017
Imatakubesar

Foto-foto: Imatakubesar

6 komentar:

  1. wah... itu ada fotoku hihi... Iya sih selama ini kita lebih apa2 pemerintah, paling enak nyalahin pemerintah karena dibayar salahsatunya dg pajak kita dan kerjanya kdg tdk kelihatan. Tp sebenarnya semua balik pd kesadaran kita masing2 ya. mgkn itulah pentingnya sdm yg berkualitas

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaaaaa... sebagai netizen yg berani nanya dan apresiatif.

      Hapus
  2. Seneng ya bisa tatap muka dengan ketua mpr
    Sering2 atuh, mau curhat lagi nih 😀😀

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, pas udah selesai jadi banyak pertanyaan, nih, Bun.

      Hapus
  3. Harusnya para pejabat ini juga menunjukkan akhlak yang baik (untuk dicontoh) kepada masyarakat.
    Karena bagaimanapun, mereka adalah pemimpin.
    Inilah pentingnya menyelenggarakan dialog 2 arah antara pimpinan dan masyarakat.
    Agar bertemu di satu titik yang disepakati.

    Salut sama penyelenggara dan semua yang turut mensukseskan acara ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mba Lendy, masalah akhlak, moral pemerintah kaya yang abai atau sengaja dibaikan.

      Hapus

Silakan meninggalkan komentar Anda. adv