Buku Puisi Prili Latuconsina

                                       

Selasa gerimis, sore itu. Para remaja duduk duduk di pelataran galeri The Panas Dalam Publishing. Menunggu seseorang, menunggu cinta, menunggu perempuan yang akan launching buku 5 Detik. Adalah Prili Latuconsina seorang aktris muda yang sedang di gandrungi oleh remaja karena membintangi sinetron remaja di salah satu televisi swasta. Kali ini dia datang bukan sebagai artis televisi, tapi perempuan muda yang melahirkan karya sastra: kumpulan puisi bertajuk 5 Detik. 

                      

Menarik. Baru kali ini saya mendatangi acara peluncuran buku dengan antusias yang berbeda. Padahal sore itu cukup gelap, gerimis lalu hujan. Bisa jadi alasan kuat buat seseorang batal datang ke sebuah acara. Tapi apresiator bertahan, tidak serta merta bubar bahkan suasana semakin riuh begitu Prili datang dan menjelaskan tenang proses dia menulis puisi.

Puisi? Iya, buku hasil karya Prili ini berupa kumpulan puisi dengan berbagai tema dan bab. Sangat menarik, cover buku dengan dominan hitam, hard cover dan ilustrasi wajah perempuan dengan warna warni. Sarat simbol dan makna.

Awalnya saya fikir buku ini tentang perjalanan hidupnya atau kumpulan cerita atau bahkan novel. Tapi lebih unik lagi, Prili berani menelurkan karya puisi ke masyarakat luas yang rata-rata kurang menikmati puisi dan berfikir panjang untuk membeli sebuah buku kumpulan puisi. Karena, buku puisi itu tidak semua orang berlari dan terburu-buru untuk dimiliki. Apresiasi masyarakat pada buku puisi tidak begitu banyak, pembelinya sangat segmented. Tapi saya suka, atas keberaniannya dan tanggung jawab karya terhadap masyarakat luas.
     

                      

Karya puisi yang dilahirkan dari Prili, bisa menjadi jembatan antara karya sastra dan masyarakat yang kurang menikmati sastra. Sehingga sastra bisa dinikmati oleh semua kalangan, sekalipun kamu tidak terlibat jauh didalamnya.


                  
                       

Prili tidak sendirian, dia melibatkan editor The Panas Dalam Publishing yaitu Pidi Baiq dan Fuad. Proses Prili dalam menulis puisi rupanya tidak instan, dalam keadaan sibuk pun, menulis puisi menjadi ruang kebebasannya dalam berekspresi, berkarya. Di tengah kesibukan tuntutan media, dia hadir menjadi sosok yang menarik. Nyaris seluruh penggemar yang datang ke acara launching itu ingin mengoleksi buku dan berbaris rapi untuk mendapatkan tanda tangannya yang ditorehkan di buku Prili. Suasana yang sangat manis, antara penulis dan penggemarnya.

Kolaborasi penulis dan editor ini menjadi kumpulan puisi ini menjadi terasa legit dan berjiwa. Kamu, Cinta dan Kehidupan. Buku puisi yang menarik untuk dinikmati.


@imatakubesar
Bandung, 2017

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan meninggalkan komentar Anda. adv