Belajar Pada Film Wonderful Life




Sumber foto: Disini.


"Tidak ada yang salah dengan anak Ibu, semua anak terlahir sempurna."  
Salah satu klu dialog paling dalam 
di film Wonderful Life.

Begitu dialog ini keluar, jantung terasa tertohok lalu ingatan saya melesat ke rumah, menuju anak-anak.  Menonton film Woderful Life, seperti sebuah cermin bagi penontonnya, khususnya bagi saya.  Beberapa kejadian,  menarik emosi yang dalam antara Amalia (Ibu Aqil) dan Aqil (anaknya).  Beberapa kondisi Aqil menjadi persoalan sendiri dan ditangkap sebagai reaksi yang “menjengkelkan” berikut mengkhawatirkan bagi seorang manuasia dewasa. Karena, Aqil tidak tumbuh seperti anak-anak pada umumnya di usianya yang sama.  Tak hanya itu, adegan pun dilengkapi dengan suasana alam yang sangat bagus, suasana khas pedesaan cuaca tropis di Indonesia.  Sawah, hutan, danau, langit, semua berkolaborasi melengkapi keindahan energi cinta yang perlahan tumbuh antar Amalia dan Aqil.  Atiqah Hasiholan sebagai Amalia dan Sinyo yang berperan sebagai Aqil berperan sangan alami dan indah.  Keduanya akting layaknya ibu dan anak sungguhan.  Chemistry keduanya tertangkap pada gesture, mimik muka dan kelugasan mereka berdua dalam bermain.  Sangat indah. 

Sumber foto: di sini.

Film dengan tema cerita parenting ini unik, diangkat dari kisah nyata tentang perjalanan hidup seorang Ibu yang mempunyai anak disleksia.  Disini kita bisa melihat bagaimana karakter si-ibu pekerja yang begitu tertekan menghadapi kondisi lingkungan terhadap anaknya.  Sosok ibu menjadi tokoh yang banyak menuntut pada anaknya, dalam keadaan tertentu Amalia yang modern, pintar dan pemimpin handal di perusahaan hebat, justru tidak faham dengan keadaan anaknya dan berusaha dengan mencari berbagai pengobatan hingga datang ke dukun.  Dia selalu berfikir bahwa semua penyakit ada obatnya dan bisa ditangani oleh uang (bayar orang ahli).  Bisa jadi, hal ini lahir dari rasa Cinta terhadap anaknya dengan harapan anaknya dapat menjadi seseorang sesuai standar Amalia. 

Sumber foto: Disini.

Ini menariknya, upaya yang dilakukan oleh Amalia ini menjadi titik nol proses batin pertemuan antara dirinya sebagai Ibu dan pribadi Aqil yang unik.  Perlahan Amalia melihat Aqil dalam bersosialisasi, berkomunikasi, berekpresi dan apresiasinya terhadap berbagai lingkungan yang dia lewati.  Di film ini, perlahan penonton pun seolah ikut dibukakan matanya, bahwa kemampuan dan apresiasi anak-anak terhadap lingkungan sangat unik.       

Jalan cerita sederhana dan klise, seorang ibu yang berjuang mencari pengobatan kemana-mana dengan mengorbankan banyak hal hingga mempertaruhkan pekerjaannya.  Hal yang menarik dari film Indonesia ini, kita akan diajak untuk mengeksplore berbagai tempat pengobatan alternatif khas Indonesia.  Dari pengobatan tenaga dalam, jamu-jamuan hingga dukun.  Melalui orang-orang ini dan berbagai situasi yang terjadi, si-ibu seolah mendapatkan berbagai klu satu persatu keluar dari ketidakfahamannya.  

Proses eksplore Amalia dan Aqil melewati satu tempat ke tempat lain, menjadi proses petualangan tersendiri yang indah bagi Aqil dan keindahan tersendiri bagi penonton.  Banyak pemandangan alam pedesaan di Indonesia yang diperlihatkan dengan sangat indah.  Rentang perbedaan masing-masing suasana kota dan desa terbangun kuat, karakter orang-orang desa dengan orang kota melahirkan suasana dan pembawaan yang berbeda.  Angga Dwimas Sasongko sebagai sutradara, saya rasa telah berhasil mengeksekusi cerita dengan apik dan handal menangkap jiwa masing-masing situasi dan adegan. 

Seringkali cinta melahirkan seribu satu sikap dari masing-masing orang. Bahkan, kadang kala cinta sering melahirkan ego sendiri lalu menghancurkan dan menutup mata kita untuk memahami dunia orang lain, dalam hal ini sulit mengerti anaknya sendiri

Di film ini, kita diajak untuk melihat, mendengar, merasa, semua menjadi satu kesatuan hidup yang mengasah kepekaan dan belajar memahami kondisi anak. Selama kita mau membuka hati dan cara pandang, disitu kita akan menemukan keistimewaan masing-masing anak. 

Seringkali, nilai-nilai moral dan informasi baik sangat mudah disampaikan melalui visual.  Film merupakan media yang tepat untuk merangkul sudut pandang masyarakat yang beragam dalam menghadapi anak-anak.  Jadi saya fikir, film ini sangat baik dan film yang sangat menyentuh untuk dinikmati semua kalangan terutama keluarga, pemerhati pendidikan sebagai media kontemplatif dalam menghadapi anak-anak. 

Bandung, 17 Oktober 2016
@imatakubesar

  
Link trailer film Wonderful Life:



15 komentar:

  1. Suka banget sama film ini, pgn nonton lagi da ... Reviewnya ntap!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salah satu film Indonesia yang bikin kenyang, semua dapet. Ceritanya, alurnya, eksekusinya, sedap semua.

      Hapus
  2. teh ima, keren euy .. ulasan blogger rajin. Oia saya menunggu sebuah adegan yang nonjok kemarin itu sebenarnya, eh bener aja keluar...

    itu pas dialog konflik antara ayah dengan amalia yang ditutup dengan, "Aqil tidak sakit, paaak.. Kita yang sakit!"

    Beuh ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyah, kita yang sering melihat segala sesuatu dari sudut orang dewasa. Dulu suka sebel, sekarang pas jadi orang tua, kadang-kadang suka lupa pernah jadi anak kecil. huhu... film ini menjitak banget, euy. cadas beak.

      Hapus
  3. Kadang memang susah untuk mengerti seseorang ya Mbak, apalagi anak sendiri dengan adanya kekurangan.. Jadi mewek nih :'

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, kadang keinginan tarik menarik dengan kondisi yg ada. Kalau kita mempertahankan ego, seringkali berat membuka diri.

      Hapus
  4. suka banget sama film ini.Ulasannya nampol..

    BalasHapus
  5. Menjadi ibu yang memiliki anak disleksia ini benar-benar pergolakan batin ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyah sepertinya begitu, tapi persoalnya tergantung sudut pandang orang tua sendiri. Kalau dia ngerti, dan tau kebutuhan anaknya, semua akan baik-baik saja.

      Hapus
  6. belum nonton jadi mupeng

    BalasHapus
  7. Belum sempat baca bukunya ataupun nonton filmnya tapi sepertinya seru diliat dari teaser nya jadi penasaran jg

    Regards
    Budy | Travelling Addict
    www.travellingaddict.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kadang teaser itu suka bikin kita penasaran, tapi pas nonton engga sesuai bayangan. Nah, kalo film ini, mampu mengeksekusi naskah ke dalam kemasan film. Jadi sayang kalau film bagus engga di apresiasi.

      Terima kasih udah mampir ke blog saya, ya.

      Hapus
  8. saya suka film ini. Sampe akhirnya, beli bukunya :D

    BalasHapus

Silakan meninggalkan komentar Anda. adv