“Belum makan ikan kalau belum ke Reds Dipo.”

Ikan Laut Goreng Bakar Reds Dipo.  Foto: Ima
Sepertinya tag line ini cocok dan pas buat menggambarkan olahan ikan laut yang disajikan oleh Reds Dipo sebagai tempat makan khas ikan laut.  Ikan laut sebenarnya diolah sederhana saja sudah enak, katakanlah cukup dibalur dengan garam, jeruk lemon, bakar atau goreng, beres.  Tapi di Reds Dipo, saya menemukan rasa berbeda dan bau anyir ikan lautnya tidak terasa.  Buat orang-orang yang tidak terbiasa makan ikan laut, lidah kita akan merasa betah menikmati ikan hasil karya tempat makan ini dengan karya cita rasa sambal yang membuat kamu nagih.  Ini cukup berbahaya, karena rasanya membuat kita bertahan di tempat duduk dan piring kamu dijamin ludes.  Sanguan!


Romatisme Makan Ikan
Bisa jadi 8 atau mungkin 9 tahun lalu, saya pernah menikmati ikan bawal bakar warung tenda  dengan gerobak di seputaran Jalan Diponegoro, dekat taman segitiga dekat gedung sate.  Saat itu ditraktir oleh Tasdik-saudara saya- saya lupa dia merayakan apa.  Kami makan rame-rame dengan teman-temanya, berbagi kebahagiaan dengan rasa ikan yang enak di lidah.  Dia keukeuh sekali ingin traktir kami disana, katanya kami harus coba makan ikan laut terenak di Bandung.  Ajakannya cukup meyakinkan, saya dan suami hayu aja, siapa yang nolak ditaktir?  Saat itu kami datang malam hari, warung tenda dengan suasana dan memberi kesan banyak segmen pembeli tertentu yang menarik warung ikan laut ini.  Saya langsung menangkap jenis logo yang dikemas dengan sentuhan desain grafis yang asik, pelayanan, semangat anak muda yang mempunyai idealis berwirausaha, ada kesan yang berbeda.  Biasanya saya menikmati makanan laut di warung-warung tenda dengan logo yang seragam.  Saat itu muncul image warung tenda yang ingin ditonjolkan dan memberi kesan tempat nongkrong anak muda yang senang makan ikan: kenyang, enak, murah... keren.  Suasana Bandungnya terbangun banget.

Kali ini, saya menikmatinya di sebuah bangunan yang kokoh, bukan tenda lagi.  Tempatnya strategis di daerah Dago, kalau di jalan utama (Jl. Ir. H. Juanda) tampak jalan layang Paspati, lalu perempatan, dan ada bangunan (Bank) BCA.  Tepat di sebelah (Bank) BCA ini ada Jl. Dipati Ukur No.1, tak jauh dari sana ada bangunan Reds Dipo.  Disana, Reds Dipo tidak sendirian tapi ada beberapa usaha kuliner lain yang ikut nongkrong.  Bangunan ini tadinya satu lantai, lalu bertambah menjadi 2 tingkat.  Usahanya ini pun tidak lepas dari cerita jatuh bangun, dari masalah suplyer ikan yang menipis, pernah ditipu, dan pencarian tempat usaha ketika tidak boleh jualan lagi di wilayah Jl.Diponegoro.  Rupanya karena pemilik bangunan sekarang adalah temannya yang mempunyai usaha distro Flashy, jadi dibantulah dia untuk buka usaha disana.  Sampai akhirnya bisa bertahan di Jl. Dipati Ukur ini sudah masuk tahun ke-8.

Romantisme cerita usaha yang disampaikan oleh Kang Yapi-Marketing Reds Dipo- pun tidak kalah menarik.  Reds Dipo ini dirinis oleh 5 orang mahasiswa Unpar dengan energy wirausaha dan kreatifitasnya yang tinggi.  Kedekatan warung tenda ikan bakar dengan radio Sky menimbulkan ritme usaha yang manis.  Ketika radio Sky ada acara pertunjukan musik, para pengisi acaranya makan di tempat itu dan membagi pengalaman makannya di jejaring sosial.  Saya melihat sinergi kerjasama berjejaring usaha pemiliknya dengan komunitas usaha lain sangat bagus.  Sangat menarik dan cantik.


12 Tahun Reds Dipo
Tidak heran, tanggal 10 September menginjak  12 tahun usaha ikan bakar Reds Dipo dipertahankan dengan kualitas makanan dan rasa yang special, mampu bertahan di lidah para pelanggannya.  Sudah banyak pelanggan yang jatuh hati dengan rasa ikan dan bumbunya yang khas.  Saya selalu kagum sama orang-orang yang wirausaha, bisa bertahan lama dan menjalankannya dengan kesungguhan.  Saya percaya, memulai dan mempertahankan usaha ini pasti tidak mudah, terkait harga bahan pokok, sumber daya manusia, tempat, urusan perizinan dan banyak lagi.  Tapi saya pun percaya ada kebahagiaan dan kepuasan mereka dalam menjalankannya.  Apalagi ketika usahanya ini dapat menjadi bagian dari kehidupan dan digemari oleh banyak orang.  Ikan bakar Reds Dipo, salah satu ikon makanan laut yang bisa kita nikmati di lembah pegunungan Kota Bandung. 

Rasa dan pilihan makanan laut disini macam-macam, ada ikan krapu, bawal, banjar, cumi balado, ada juga tambahan lain seperti sayur capcay, kalian cruchy, sambal yang pas di lidah dan banyak lagi.  Ikan laut disini kesegarannya etrjaga, bisa jadi karena perputaran pembeli yang banyak jadi pengiriman ikan selalu segar.  Ada ikan goreng-bakar ada juga ikan yang hanya di goreng saja, rasanya beda karena bumbu untuk ikan bakar membuat ikan laut ini jadi lebih sedap.  Minumannya  juga cocok buat menemani nasi hangat plus ikan bakar dengan sambal yang membuat nagih. 

Ini yang makin menarik, sambal disini ada 2 jenis, namanya unik ada sambal Tyson dan sambal Cris Jhon.   Penamaan sambal yang diidentikan dengan rasa sambal yang bikin “dzig!” banget.  Keduanya enak, bedanya, sambal Tyson mampu bikin kita terjatuh saking pedasnya.  Sementara buat kita yang kurang suka pedas, bisa menambahkan sambal Cris Jhon sebagai cocol ikannya.  Bahkan karena rasa pedasnya ini, mendorong kita maunya nambah makan dan nambah lagi. 


Ah, ya, saya coba kopi robusta ice ala Reds Dipo, yang unik dari minuman ini, kopi diolah dalam bentuk es balok.  Rasa kopi akan terasa begitu es-nya meleleh di gelas, minuman bisa dinikamti setelah esnya mencair sempurna. Jadi kamu engga bakal kehilangan rasa karena es yang mencair, tapi akan mengundang rasa dingin yang pas, paduan kopi dan manis  susunya akan bercampur sempurna.  Sangat asik sebagai teman ngobrol di siang hari.  Kalau kamu ajak anak-anak, pesankan mereka ice cream juga, ini rasanya juga asik.  Karena dilengkapi dengan rumput laut, eeg jelly dan warna warni marsmallow.  Nuansa makan siang menjadi lengkap dan mambuat mood kamu jadi lebih senang.  Ah, ya, ice cream ini ada 3 pilihan rasa: vanilla, taro dan green tea.


Ice Cream.  Foto: Ima

Tak perlu khawatir atau malu-malu datang ke sini, karena harga makanan sangat jelas di selipkan di dalam menu.  Karena tidak semua rumah makan makanan laut melengkapi menunya dengan harga.

Ada info menarik, di ulang tahun ke-12 ini, Reds Dipo mengeluarkan 12% keuntungannya untuk rumah yatim piatu.  Selain itu, Reds Dipo menerima para pelanggan yang mau ikut serta memberi donasi maupun barang layak pakai bisa langusung dikirimkan ke sana.  Pelanggan yang memberi donasi akan diganti dengan menu sayur.  Rumah makan buka setiap hari, Selasa-Kamis dari jam 11.00-22.00 WIB, sementara hari Jumat buka setelah shalat Jum’at.  Tapi buat yang ingin delivery order, makanan bisa dipesan dari jam 10.00 WIB.


Selamat ulang tahun Reds Dipo dan selalu menjadi bagian dari pergerakan hidup.

Bandung, 20 Sepetember 2015
@imatakubesar
“Beri kebahagiaan untuk orang lain, maka anda akan mendapatkan kebahagiaan untuk diri sendiri.”  Tulisan ini dikutip dari status teman saya Winursih Uwien Budi, thanks yah Uwin.

Halo,

Sore kemarin saya mendapat berita mengecewakan, karena tidak jadi pergi ke Semarang bareng teman-teman Blogger Bandung.  Saya agak kecewa karena sebelumnya saya bahagia dapat kesempatan bisa melakukan perjalanan menggunakan kereta api wisata ke Kota Semarang hari Rabu ini.  Ada yang mengatakan karena salah satu media akan melakukan liputan jadi dibatalkan tapi ada yang mengatakan pengiriman formulir yang terlambat.  Padahal kami dikirim formulir untuk diisi sehari dari batas waktu.  Agak aneh juga.   Tapi dari pada berlama-lama bergumul dengan rasa kecewa, tentu bakal mubadzir. 

Jadi, saya mau membuat giveaway pertama dengan hadiah sederhana.  Hadiahnya:



1.       1 buah buku berjudul: “Kereta Api di Priangan Tempo Doeloe”, Penulis: Sudarsono Katam Penerbit Pustaka Jaya. 
        Buku ini saya keluarkan dari stok buku dari toko buku yang sedang saya rintis.  Saya merasa ajaib membunyai toko buku, meskipun masih sederhana dan mendapat kemudahan dari Apip teman saya yang bekerja di penerbit Pustaka Jaya.  Buku ini yang saya keluarkan karena saya suka Kereta Api.  

2.       Pulsa Indosat jumlahnya Rp. 100.000 (Seratus Ribu Rupiah)
       Pulsa ini saya dapat dari acara "Hari Pelanggan Nasional", saya merasa ajaib dapat undangan dari Mba Ani Berta menghadiri acara yang diadakan Indosat.  Berada disana dan mengingat proses ajaib dan mendapat kesempatan ini melalui menulis di blog adalah kesempatan yang ajaib.

3.       Dompet rajutan, ini buatan sendiri.  Membuat dengan jiwa dan cinta. 
       Dompet ini sederhana, tapi mendapat keahlian biasa merajut dan menyelesaikannya buat saya adalah hal yang ajaib.

Intinya, saya mau menukar kekecewaan dengan berbagi kebahagiaan.  Berada dikondisi saya sekarang aja adalah sebuah situasi yang ajaib.  Itu saja.
  
Ada sedikit cerita ajaib, bulan September adalah bulan yang bersejarah buat saya dan suami.  Tanggal 16 September 2005 adalah hari wisuda suami (akhirnya), 17 September 2006 hari pernikahan kami dan tanggal 18 September 1977 adalah hari ulang tahun suami saya.  Dan, di bulan ini pun tanggal 24 September 2009, anak pertama kami Devdan Alif Ahmad lahir.  Jadi tanggal 16, 17, 18 September plus 24 adalah hari-hari yang bersejarah dan ajaib buat saya.  Kehidupan saya berubah menjadi menyenangkan dan terbuka dalam memandang hidup.  Menikahi Cholis adalah sebuah keajaiban, bagaimana tidak, dia adalah sahabat saya sejak tahun 1997.  Kami kenal di sebuah oraganisasi teater di kampus.  Klise, yah.  Sahabat jadi partner hidup, suami.  Tapi kami baru menyatakan sikap (cieee…) tahun 2005. Semua sahabat kami tidak ada yang percaya bahwa kami akan menikah, jangankan mereka kadang sampai sekarang pun sering berfikir kami merasa ajaib bisa menikah.  Ini salah satu keajaiban dari keajaiban yang lain.  Hidup saya penuh keajaiban dan berliku, dari mimpi, cinta, harapan, proses.  Cara Tuhan mengajarkan hidup sangat berat tapi jika dipahami semua proses itu berujung pada pemaknaan yang cantik. 

Permainananya adalah, teman-teman cukup ceritakan momen ajaib di antara sekian momen ajaib yang pernah terjadi dalam hidup kalian.  Tak perlu banyak-banyak, cukup ceritakan di kolom komen tulisan ini, batas waktunya sampai tanggal 17 Sepetember jam 23.59 WIB.  Lalu follow twitter saya di @imatakubesar dengan hastag #momenajaibku.  Saya akan memilih 3 momen yang menurut saya dan suami yang paling menyentuh dan ajaib.  Pengumuman akan kami layangkan di hari ulang tahun suami saya tanggal 18 September 2015.

Terima kasih banyak partisipasinya teman-teman, semoga hadiah kecil ini cukup berarti dan menghangatkan hati.

Salam hangat,
@imatakubesar

16 September 2015
Sabtu kemarin, di Dago, saya bertemu lagi dengan kopi.  Dengan seribu ketekatan untuk mengurangi minum kopi.  Tapi hari itu, saya akan melepas rindu dengan rasa, harum, kehangatan, keakraban dengan kopi.  Cinta dan kopi, buku dan kopi, keakraban dan kopi, ketenangan dan kopi, sahabat dan kopi.  Kopi menjadi bagian imajinasi dan kehangatan buat saya.  Tapi, jangan tanya kenapa sekarang saya mengurangi kopi selain faktor usia dan tubuh yang semakin banyak protes.  

Kopi Cappuchinno, Foto: Ima

Biasanya di seputar rumah sakit, kamu akan menemukan jajaran warung makan, buah-buahan, kios majalah/koran dan warung kopi.  Rasanya enak dan murah, bisa jadi sasarannya buat keluarga yang menunggu pasien dan penjenguk yang ingin membawakan buah tangan.  Buat saya keliling di seputar rumah sakit mencari makanan, bisa jadi hiburan tersendiri.  Duduk-duduk dan menemani keluarga yang sedang sakit tentu suasananya agak sedikit berbeda, aktifitas fisik juga jadi lebih sedikit.  Paling mungkin senam-senam, nulis di smartphone, makan, baca, online dan tidur.  Jadi waktu makan saat yang tepat menjelajah pencarian kuliner di seputar rumah sakit buat si penunggu.  Kadang hal ini bisa sedikit menghibur.
Dulu waktu masih kecil, Ibu saya sakit.  Setelah rawat jalan, setiap 1 minggu sekali harus terapi ke rumah sakit.  Saya senang sekali kalau diajak menemaninya, soalnya disana ada kantin menjual muffin yang rasanya enak sekali.  Ada juga mobil khusus menjual roti Frech Bakery, setiap pagi sampai siang nongkrong di depan halaman rumah sakit.  Paling suka beli sandwich smoked beef atau roti kulit nangka.  Hmm... rupanya saya dari kecil sudah jeli sama makanan-makanan enak.
Nah, biasanya makanan yang ada di seputaran rumah sakit itu enak, praktis, murah.  Ada penjual nasi kuning, bubur ayam, roti bakar, warung kopi, roti, baso tahu, mie baso.  Rata-rata jenis makanan itu lah.  Rupanya di dalam rumah sakit Advent Bandung, tempat suami saya di rawat sekarang, ada kantin yang menyediakan menu makanan berat yang semua menunya sayuran dan menyediakan nasi merah.  Bahkan ada rendang dan sate yang berbahan dasar dari jamur.  Ini salah satu menu syurga buat saya, selain ramah di perut, harganya juga tidak terlalu mahal.  Bisa jadi mereka menyediakan menu vegetarian karena rumah sakit ini dasarnya tidak boleh makan daging-dagingan.  Jadi mereka mengolah sayuran serupa daging, rasanya juga tidak kalah enak, malah enak banget. 
Semua makanan diolah sendiri, termasuk roti-rotian.  Roti disini unik, salah satu roti yang saya suka adalah roti gandum.  Bentuknya cokelat bulat-bulat.  Ada roti gandum isi ada yang tawar.  Gandumnya padat sekali dan rasanya enak.  Sepertinya raginya juga sedikit, soalnya ketika saya sobek, terasa lebih berat dan berserat.  Saya dapat roti ini dari kakak yang nengok, tadinya mau beli tapi ternyata ada yang mengirim.  Rezeki :)  Nah, untuk menikmatinya, saya turun lagi ke kantin beli milo panas.  Roti gandum ini saya makan bareng Milo panas, dicocol.  Rasanya ajaib dan bikin perut kenyangnya lama.  Jadi tidak banyak ngemil. 
Nah, mungkin kuliner di rumah sakit saat menunggu keluarga yang sedang sakit boleh juga dilakukan.  Momennya dinikmati seperti liburan setidaknya bisa mengurangi rasa cemas memikirkan keluarga kita yang sedang sakit. Buat saya, ini salah satu cara yang bisa memelihara hati dan pikiran kita tetap semangat dan positif.
Pagi ini matahari masih terbit, itu artinya kita masih diberi kepercayaan untuk mengisi dan mengukir hidup.  Siapkan diri, olah terus untuk isi hati dan hari dengan penuh arti dan kebahagiaan.  Tancap gas, mang! Hehee... 
@imatakubesar
Bandung, 8 September 2015
Bandung, seperti biasa mentarinya cerah menghangatkan jejalanan.  Saya berangkat menuju Trans Studio Mall (TSM) menggunakan angkutan umum, dari arah Ledeng (Bandung Utara) ke Trans Studio Bandung cukup jauh.  Banyak angkot lewat daerah ini, kamu bisa  menggunakan angkot jurusan Kebon Kelapa-Cicadas dan Elang–Cicadas.  Dari seberang jalan gedung Trans Studio tampak indah dari depan, disebelah kiri ada masjid besar dengah kubah berwarna emas, melengkapi keindahan dengan simbol kehidupan yang seimbang. 

Perayaan Pelanggan

Riuh suasana tamu undangan dari Indosat, blogger, komunitas Scooterhood,
komunitas gadget dan followers. Foto: Ima.