Aku, Tulisan dan Waktu

Tanggal 10 Nopember 2014 bertepan hari pahlwan, Mba Ani Berta mengajak 10 blogger untuk menulis online 10 hari.  Tema besarnya "10 Hari dari Blogger Untuk Hari Pahlawan".  Sayangnya 3 orang blogger mengundurkan diri karena beberapa hal, jadi yang jalan 7 blogger.  Ini mereka yang menerima tawaran nge-blog merayakakan hari pahlawan:  Indri Noor, Riski Fitriasari, Desi Namora, Ima Emaknya Alif (saya sendiri), Ia Alginat, Shinta Ries dan penyelenggaranya Mba Ani.  Oke, pasti bakal seru benakku saat pas ide ini mencuat.  Ternyata ketika dijalani memang seru dan banyak situasi tidak difikirkan jadi muncul dan menambah wawasan, sedap!


Besoknya tema udah langsung diluncurkan dan mention dari Mba Ani membuat hati saja sedikit berdesir ketika melihat tema pertama, “Pahlawan di Sekitar Kita”.  Tema hari pertama ini, syaratnya mengangkat 1 pahlawan disekitar kita tapi tidak ada hubungan keluarga.  Wah, tadinya saya mau memilih salah satu keluarga saya.  Kemudian saya merunut satu persatu teman-teman dengan aktifitas dan proses hidupnya yang asik.  Ah, tapi khawatir muncul ketidaknyamanan satu dengan yang lain, jadi saya memilih yang lebih objektif yaitu tukang ojeg.  Jadi sudut pandangnya ke masalah profesi sekecil apapun dia akan berjasa, berguna dan dibutuhkan fungsinya bagi masyarakat.

Saat tema di hari-hari berikutnya muncul, saya langsung tidak bisa berhenti berfikir dan mencari beberapa pilihan objek kasus yang tepat untuk diangkat. 
Berpacu dengan waktu, kreatifitas dan keadaan rumah membuat hati dan kepala harus berfikir praktis, bagaimana menulis sesuatu dengan waktu yang pendek.  Saya akhirnya berusaha tidak terlalu ngoyo dengan keinginan memasukan banyak ide cerita, tapi fokus pada satu objek dan satu sudut pandang, tulis sesuatu yang kamu tahu dan terdekat.  Fokus pada satu masalah dan lebarkan, fokus pada satu titik dan selesaikan.  Biasanya saya kalau menulis suka melebar kemana-mana, bahkan terlalu banyak yang ingin disampaikan jadinya amburadul.



Serunya mendapat ajakan seperti ini muncul komitmen dengan beberapa teman dan ada keinginan yang kuat untuk menuntaskannya.  Kita mempunyai target waktu untuk memposting tulisan secepat mungkin tapi harus tepat sasaran. Nah, ajaibnya ketika ada deadline seperti ini, menjadi stimulus untuk menyelesaikan tulisan dengan kondisi apapun.  Walaupun waktu sedikit, semua bisa dimanfaatkan untuk menuangkan pikiran.  Apalagi kondisi sehari-hari kadang-kadang banyak kejutan, seperti anak yang menguasai laptop, harus memasak, membuat bekal untuk suami, mengantar suami ke tempat terapi dan mati lampu.  Hehe! Kadang, siang hari sama sekali tidak bisa dipakai untuk menulis karena banyak yang harus dilakukan dan laptop dipakai oleh anak.  Kadang agar anak tidak melulu di depan laptop, emaknya pun ikut tidak di depan laptop, jadi laptop harus diamankan dulu.  Karena anak saya ini suka sekali nonton lego di jejaring youtube.   

Tidak disadari cara seperti inipun menumbuhkan kebiasaan baik,  saat satu hari saja tidak menulis seperti ada yang hilang, hampa (ciee…!).   Perasaan ini muncul ketika Mba Ani lupa posting tema di hari ke-7-kalau tidak salah.  Saya akhirnya menulis tema lain yang membuat program harian saya tetap jalan, minimal menulis 500 kata meskipun tidak ada sesuatu, apapun harus ditulis.  Ini program latihan, pemacu buat diri sendiri sebetulnya, jadi pas ada ajakan dari Mba Ani bisa sekalian dan makin seru.

Nah, pernah akhirnya baru bisa menulis jam 10 malam karena pagi laptop dipakai anak, agak siangnya laptop disembuyikan, siang sampai magrib mengantar suami ke tempat akupunktur.  Magrib hingga anak tidur laptop masih disembunyikan.  Saya akhirnya menuangkan ide tulisan di buku tulis.  Ya, saya masih melatih diri menulis secara manual, buku dan bolpoin, sebetulnya sudah lama sama memakai metode ini agar tidak bergantung pada laptop.  Soalnya, beberapa tahun lalu saya pernah mengalami tidak bisa menulis karena rebutan laptop sama suami padahal banyak yang ingin dituliskan.  Walaupun seringkali apa yang kita catat di buku tulis banyak yang harus diedit dan bahkan berubah sama sekali.  Ini aneh juga, ketika menulis di buku tulis dan dituliskan kembali di laptop, seringkali energi, ide dan susunan kalimat jadi berbeda.  Pasti ada saja yang diubah dan dihapus.

Tema-tema yang dilemparkan Mba Ani seringkali membuat kita mencari sudut pandang objek masalah.  Nah, tema yang muncul memberi banyak kejutan, membuat saya bisa berfikir dan memancing berbagai sudut pandang terhadap pengembangan tema itu sendiri.  Proses menulis tema ini bisa mengasah kepekaan pada hal-hal kecil, bahwa siapapun bisa menjadi pahlawan dan apapun bisa sangat berarti dan bermakna luas.

Terimakasih buat kesempatan dan kesungguhan hatinya Mba Ani Berta.  Menuntaskan 10 tema ini bagian proses yang berarti dan menyenangkan.

@imatakubesar

Ima. Serpong. 28 Nopember 2014

4 komentar:

  1. lebih berasa serunya mba Ima, kalo diselingi cerita rebuatan laptop sama suami n anak ya.. hehe.. aq kalo siang sering rebutan laptop jg sama ponakan, hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu seru juga, Des, terasa adrenalinnya antara ide yang pengen dituliskan tapi belom bisa ngetik. Hihiiii..

      Hapus
  2. Saya jadi inget waktu ikut tantangan 30 hari ngeblog nonstop yg diadakan oleh Blog detik, tahun lalu, ya gitu, kudu kreatif mencnari-cari bahan dan ide tuk dijadikan bahan ngeblog. Tp, ternyata aku bs melaluinya..wew...hihihihi... btw, menulis on line 10 hari ini, sdh diumumkan pemenangnya belum..? hehehe #penasaran.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh engga ada pemenang, ini cuma tantangan seru seruan sama temen, ada yg lanjut ada yg juntey di tengah jalan. Hayu, bikin tantangan lagi. Seru juga, ternyata

      Hapus

Silakan meninggalkan komentar Anda. adv