“Bekerjalah seolah kamu
akan hidup selamannya dan beribadahlah seolah esok kamu akan meninggal dunia.” Sumber: disini
Petuah ini populer untuk
membuat kita selalu semangat bekerja dan ibadah. Ibadah kepada Allah dan ibadah kepada manusia. Selalu deh tersadarkan bahwa hidup harus terus
bergerak dan bekerja. Selain bisa bermanfaat
untuk orang lain, tentunya kita akan mendapatkan penghasilan yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Selain bekerja, kita pun harus merencanakan penggunaannya penghasilannya, karena hidup tidak hanya hari ini, kan.
Kebutuhan hidup tidak hanya pakaian, makanan dan rumah. Namun semakin hari usia kita bertambah dan bertambah pula kebutuhan. Kebutuhan diri, keluarga, dan kebutuhan bersosialisasi. Perkembangan jaman, ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut kita untuk memenuhi kebutuhan tersebut, katakanlah, handphone dan pulsanya, padahal sebelum ada handphone kita baik-baik saja tapi kondisi yang membuat pola hidup bergerak lebih cepat, mengharuskan mempunyai gadget ini. Lalu sekolah dan biayanya, dengan persaingan kualitas dan fasilitas membuat orang tua rela berusaha keras menyekolahkan mereka di sekolah yang bagus dan aman. Kemudian melakukan perjalanan dan fasilitas keamanannya, kesehatan dan hal yang bisa mendukung untuk sehat, keamanan dan jaminannya. Untuk memenuhi kebutuhan itu kita harus bekerja dan berusaha.
Bekerja dan Ibadah adalah
satu kesatuan yang tidak bisa dilepaskan, karena bekerja itu sendiri bagian dari
ibadah. Kenapa kita harus bekerja, tentu
untuk bermanfaat bagi orang banyak dan mendapatkan penghasilan. Namun seringkali ketika kita gajian atau mendapatkan keuntungan dari usaha, seringkali kita lepas kendali, kurang kontrol dalam penggunaanya. Tergiur membeli gadget baru, buku-buku yang baru terbit, nyicil ini itu, jalan-jalan, sampai seringkali kita lupa untuk menabung dan menjaga pola hidup sehat.
Rencana ini penting, karena ada kalanya kita selalu
terbentur dengan beberapa masalah, baik kesehatan, kecelakaan, bahkan kematian. Ketika kita mengalami salah satu ujian tersebut, maka keluarga akan kena imbasnya. Baik masalah mental maupun materi. Ujian-ujian ini selalu saja ada. Dari sana, kita harus menata keuangan dengan cermat dana bijak agar aman dari masalah keuangan. Beberapa hal yang terbiasa kita lakukan menyisihkan pendapatan dengan menabung, namun banyak pula yang menyisihkan dana untuk asuransi. Perlu disiplin dan komitmen tinggi agar kita tidak tergoda untuk mengoprek uang tabungan agar dana investasi masa depan ini bisa menopang hidup kita di masa-masa tertentu.
Oke, tentunya tidak ada
yang tahu jalan hidup kita akan seperti apa.
Maunya lurus-lurus saja, semua rencana lancar dan aman. Semua orang ingin
merasa aman, aman dari sakit, kecelakaan, dan bencana alam. Banyak hal yang bisa dilakukan, bersiap diri dari
kondisi-kondisi yang mungkin terjadi. Ada contoh yang menarik, tentu kita tahu cerita Nabi Yusuf, beliau menyiapkan diri dari
kemarau. Akhirnya setiap panen, dia menyisihkan sebagian hasil panennya untuk kebutuhan 5 tahun masa
paceklik. Kitapun bisa melakukan yang
dilakukan seperti Nabi Yusuf, menyisihkan keuntungan (menabung, menyimpan)
untuk mempersiapkan kemungkinan yang terjadi melalui berasuransi. Syukur-syukur perjalanan hidup kita baik-baik
saja, tapi, kalau ada sesuatu yang mengharuskan mengeluarkan banyak biaya, kita
sudah menyiapkan itu dengan jalan berinvestasi & berasuransi.
Seorang teman, Rini, yang hampir 10 tahun di
dunia asuransi, menjelaskan panjang lebar tentang memilih asuransi sebagai upaya
investasi. Melalui penjelasnya, rupanya asuransi tidak hanya menabung tapi dana
yang disetorkan bisa berkembang karena dana yang diinvestasikan. Buat yang berhati-hati menanamkan
dananya untuk asuransi, Takaful bisa menjadi pilihan karena dana dikelola menggunakan
prinsip-prinsip syariah. Maksud dari prinsip
dasar syariah yaitu:
- Dewan Pengawas Syariah yang bertugas mengawasi produk yang dipasarkan dan pengelolaan investasi dananya.
- Akad yang dilaksanakan asuransi berdasarkan tolong menolong
- Investasi dana dilaksanakan berdasarkan bagi hasil (mudarabath)
- Kepemilikan dana asuransi merupakan hak peserta, perusahaan hanya sebagai pemegang untuk mengelolanya
- Pembayaran klaim pada asuransi diambil dari rekening Tabarru (dana kebajikan) seluruh peserta yang sejak awal telah diikhlaskan bahwa ada penyisihan dana yang akan dipakai sebagai dana tolong menolong di antara peserta bila terjadi musibah
- Pembagian keuntungan pada asuransi dibagi antara perusahaan dengan peserta sesuai prinsip bagi hasil dengan proporsi yang telah ditentukan
Takaful bukan lembaga baru,
dia berdiri pada tahun 1994, ada dua, diantaranya: PT Asuransi Takaful Keluarga
yang bergerak di bidang asuransi jiwa dan PT Asuransi Takaful Umum yang
bergerak di bidang asuransi umum. Kini asuransi sudah menjadi kebutuhan,
that’s mean, sebuah gaya hidup dari masyarakat sekarang. Sebaiknya kita bijaksana memilih perusahaan mana
yang tepat yang bisa mengelola dana kita lebih aman dan sesuai prinsip syariah.
Kalau teman-teman pembaca blog mulai berfikir dan mengusahakan menyisihkan dananya untuk berinvestasi dan merasa perlu mendapat penjelasan secara langsung. Teman-teman saya ini bisa diajak bicara dan agar kita tak lebih banyak tahu seberapa aman uang kita disimpan di asuransi ini. Kamu bisa menghubungi:
Rini Rianasari di
e-mail: rinirianasari@yahoo.comatau
di akun faceboknya: klik ini
Nina Herlina di e-mail:
ninaherlina_zakaria@ymail.com
Eko Rahmawati di e-mail:
eko.rahma1123@gmail.com
Teruslah bekerja dan rencanakan penggunaan penghasilannya dengan bijak. :)
asuransi emang penting sihh tapi kadang syaratnya suka dibikin ribet, apalagi pas mau pencairan kann
BalasHapusKalo Ima sih kerasa untungnya sekarang, dulu-dulu (4 tahun yang lalu) kami pas pilih asuransi, ga nyangka suami bakal sakit kritis, tujuannya buat invest aja, ga mikir kemana-mana. Terus jumlah uang yang ditunjang kalo suami sakit kritis waktu itu rasanya kecil, eh tapi sekarang saya berharap banget dana itu cair dan tentu bisa menopang kebutuhan kami sehari-hari dan pengobatan suami :)
HapusSebenere pengin pake asuransi, tapi.. masih ragu.
BalasHapusBuat ngelepasin rasa ragu, pelajari dulu mateng-mateng dan pertimbangkan resiko hidup yang mungkin terjadi. Lihat gaya hidup sendiri kaya gimana; cara makan, olah raga, mobilitas, terus gaya hidup kita dalam ngelola keuangan, ngerasa apik ga, disiplin ga, fikirkan 10 tahun bahkan 20 tahun ke depan, bisa ga ngebayangin kodisi kita bakal gimana, prepare lah :)
Hapus