Nasihat Ibu

Ada ribuan nasihat Amih yang selalu diingat, dari bangun tidur, makan, pas mau pergi sampai tidur lagi, Amih tidak pernah berhenti memberi petuah a, petuah b, petuah c dan seterusnya.  Rasanya lelah dan menyebalkan mendengar setiap detik rasanya saya seperti orang yang selalu salah dimatanya.  Nasihat-nasihat ini diterima sebagai “amarah sang ibu”, disaat kita mengambil keputusan dan melakukan sesuatu yang dianggap tidak baik, tidak pantas, tidak oke-lah sebagai orang.  Ada dua kejadian yang saya tulis disini yang memotivasi saya tetap merasa “hidup”.

Nasihat pertama  ini sering keluar ketika dia membangunkan saya di subuh seperti alarm sambil berkata:

“Ima… gugah! Hirup teh kudu boga kahayang.”
Arti kalimat itu:  “Ima… bangun! Kita harus punya keinginan dalam hidup."

Setiap hari dibangunkan dengan kalimat yang sama, dengan nada yang sama, ketukan pintu yang seolah terjatuh dari kasur.  Membuat hati jengkel tentunya.  Tapi kejadian ini –secara tidak langsung- mengikuti setiap langkah atas keputusan-keputusan dan semangat hidup saya.  Apakah saya kini bergelimang harta dan menjadi orang yang berhasil dalam profesi maupun materi? Belum memang, tapi saya merasa bahagia dengan keputusan-keputusan dan setiap detik hidup yang dijalankan.  Rasanya, sayapun sampai ada di titik ini bisa jadi mengikuti kalimat petuah alarm “bangun tidur”.  Terutama saat stuck in the moment, saat merasa tidak ada jalan keluar dan merasa hidup begitu-begitu saja, kalimat ajaib ini seolah mengantarkan kembali pada rel kehidupan, pada setiap langkah yang sudah dijalankan, merapikan kembali langkah yang terganggu oleh “godaan”.  “Alarm” ini selalu membangunkan saya dari keletihan, kemalasan dan ke-galau-an batin lainnya.  Selalu membuat saya berfikir keputusan yang saya buat sekarang adalah untuk 10 tahun ke depan, karena waktu itu hanya sebentar. Tiba-tiba sampai pada 3 tahun ke depan, tiba-tiba 5 tahun dan seribu kejadian sudah terlewati. 




Petuah yang lain, yang keluar dari mulut amih saat… mungkin saat itu masih sd, atau mungkin lebih kecil dari itu.  Saya duduk di bawah meja –bisa jadi saat itu sedang merengek- lalu rengekan itu terhenti karena Amih tiba-tiba menangis, matanya memerah karena menahan air mata lalu dia berucap:

“Lamun aya salah sahiji anak Amih nu jadi penulis.  Meureun geus jadi sababaraha buku carita anu alus.”
Arti kalimat itu:  “Kalau saja ada salah satu anak amih yang jadi penulis.  Bisa jadi kisah-kisahnya dituliskan menjadi beberapa buku cerita yang menarik.”

Sejak hari itu, saya selalu berharap bisa menjadi penulis cerita di majalah anak-anak.  Saat itu, saya selalu menyisihkan uang jajan agar bisa membeli majalah anak-anak Bobo di hari Kamis.  Tapi tidak pernah satu tulisanpun dimuat ataupun juara mendapat kuis-kuis.  Yah, masih kurang kerja keras barangkali dan malu-malu untuk melakukannya.  Bisa jadi stimulus-stimulus ini yang membuat saya senang baca dan mempunyai buku harian.  Sejak saat itu, melalui tulisan saya ingin membuat amih bangga, selalu tersenyum dan tidak pernah merasa duka lagi.

Impian dan keinginan untuk terus menulis semakin hari semakin berkembang.  Selalu saja ada jalan, ilmu, pertemuan di dunia maya melalui cara yang tidak terduga.  Meskipun impian itu pernah hilang karena lebih memilih jalur dan aktifitas yang lain; menekuni teater dan komunitas baca di toko buku berbasis komunitas .  Saat mempunyai keluarga sendiri apalagi setelah mempunyai anak, justru semua pengalaman itu menjadi guru untuk terus meneruskan impian untuk menulis, untuk terus belajar, berlatih dan mengasah percaya diri.  
Lalu, amih juga pernah berkata:

“Warisan paling berharga itu ilmu, tidak ada ilmu yang sia-sia dengan mempunyai ilmu kamu tidak akan jatuh miskin.”

Jadi, Bangun! Bangun mimpi, carilah ilmunya dan melangkahlah.

Terimakasih Amih, dulu kalimat-kaliamat itu sungguh mengesalkan sekarang saya bersyukur mempunyai Ibu yang selalu mengingatkan.

Selamat hari Ibu  semoga selalu bersemangat untuk memperbaiki diri dan membangun keluarga ke arah yang lebih baik

11 komentar:

  1. AKu jadi ingat, mbak. Ibu selalu marah jika aku masih tidur setelah ashar. Setelah itu dan sampai sekarang, aku tak pernah bisa tidur siang karena alarm ibu selalu berdenting di hatiku. takut jika tidur siangku menabrak ashar dan ibu memarahiku. xixixi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyah, iyah, gak boleh tidur sore juga sama. Jadinya emang kayanya kalo tidur sore itu jadi merasa "bersalah" hihii

      Hapus
  2. Itu memang bener mba...kalau ngg dimarahin, ngg dong hehehe...aku juga berapa kali begini, berseberangan dengan orang tua, terutama mama...orang tua selalu ingin yang terbaik untuk anaknya, always...cheers dan selamat hari ibu...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mom versus doughter selalu muncul, tapi pas anak dewasa semuaaaa yg kerasa itu bermanfaat bgt

      Hapus
  3. Hahaha... itu kalimat pertama mirip banget kalo si mamah 'ngagelendeng' aku, kalo ngga susunan katanya: hirup teh meni jiga teu boga kahayang". Wkwkwk... selamat hari ibu yah mba buat mamanya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahahaaa... Iya, sama, sama banget, mirip-mirip gitu lah yah haha

      Hapus
  4. semoga impian ibu agar mak ima jadi penulis kesampaian...met hari ibu ya mak...

    BalasHapus
  5. Kelihatannya ibunya orang yg semangat ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyah, amih orang yg selalu semangat, disiplin. Kalo ngikutin amih mah berat, tapi mudah2an bisa sih hehe

      Hapus
  6. Nasihat Ibu bagus banget
    Peran ibu tak tergantikan
    Jasa ibu tiada tara
    Selamat Hari Ibu
    Salam hangat dari Surabaya

    BalasHapus

Silakan meninggalkan komentar Anda. adv