Ketika Cinta berkata, “Ya!”


Tidak semua orang mampu berkata “Ya” pada Cinta.  Bahkan ada yang berusaha keras untuk menghindari, melupakan, menguburnya dalam-dalam.  Seolah Cinta menjadi sesuatu yang mustahil untuk digapai, digenggam dan diajak berjalan bersama dalam satu kehidupan yang tidak pernah berhenti.  Bahkan ketika banyak orang bersetuju bahwa kehidupan akan berakhir saat kematian datang, padahal kita akan melanjutkan hidup baru dan tetap hidup dalam setiap jiwa-jiwa yang masih bergerak diatas bumi.  Tapi cinta juga akan datang seperti angin, datang tepat pada waktunya.

Barangkali, bisa jadi, dapat dipastikan sekarang waktunya untuk berlatih lagi dan menjaga ketukannya.  Agar tetap semangat dan semakin mengenal dengan bidang yang dua ini: menulis dan merajut.  Beruntung sekali dulu bisa terlibat secara langsung di sebuh toko buku berbasis komunitas, tobucil, karena disana selain menjual buku-buku tapi mewadahi aktifitas hobi yang berbau kreatif, dari merajut, menulis, diskusi buku, musik, dll.  Dulu saya mengintip-ngintip dan sedikit-sedikit belajar merajut, tidak terlalu serius tapi saya sangat suka. 

Beberapa tahun lewat, beberapa bulan kebelakang ini saya tertarik untuk menggali lagi.  Dan ternyata lebih mudah dari perkiraan.  Saya coba lupakan orang-orang yang sudah melejit dan ahli dibidang tersebut bahkan sudah melanglangbuana dengan karya rajutanya.  Saya berusaha tetap fokus saja  dan mempunyai program sendiri.  Sendirian aja, yang lain engga diajak-ajak, nih?  Bukan begitu, ritme saya memang mudah terombang ambing, jadi saya lebih memilih sendiri dulu dan membuat percaya pada diri sendiri dulu. 

Nah, program beberapa bulan kemarin adalah mengumpulkan beberapa produk, melatih pembiasaan dan merapikan hasil rajutan.  Satu hari minimal 1 jam merajut dan harus karya itu harus selesai.  Sekalipun ingin berpindah benang dan model pertahankan agar tidak tergoda membengkalaikan karya yang sedang diolah.  Enaknya disebut produk atau karya ya?  Sepertinya prduk lebih berkesan industri sementara karya lebih berkesan hasil sebuah proses.  Baiklah,saya lebih memilih karya meskipun belum bagus-bagus amat.  Sambil merajut, otak saya mencari-cari nama yang tepat rajutan handmade ini,ehm… baiklah saya akan memperpanjang tangan nama blog saya, “matakubesar handmade atau matakubesar-merajut dengan cinta”  lucu juga.  Tapi akhirnya saya putuskan, matakubesar handmade. 
Suami saya sangat mendukung, ia membantu mencarikan pola-pola rajut dan tentunya mendesain logo.  Saya fikir, aduh ini keberatan ga sih?  Katanya, branding itu harus dibangun dari sekarang.  Sementara saya masih malu-malu tapi senang dia begitu serius mendesain logo dan diaplikasikan ke kartu nama.  Ini kartu namanya:



Melihat hasil karyanya, rasanya berat di logo tapi terus terang jadi memacu semangat utnuk meningkatkan kredibilitas (beu!).

Ini karya yang berhasil difoto selama bulan Oktober 2012, ada beberapa yang sudah terjual.  Itupun saudara yang beli dan nebeng jual ke keponakan:


 Juga tas selempang yang dipakai sendiri, karena suka sama yang satu ini, terasa gue banget hehe:



Pada akhirnya, saya berfikir untuk mengumpulkan karya dulu dan mencari pengrajin agar menjadi bagian dari produk handycraft yang lebih layak jual.  Sementara ini masih mengumpulkan dan menjaga semangat itu.  Itu dulu.  Sambil ngumpulin ilmu dan keahlian, semoga tetap dan selalu terjaga,minimal dengan pamer di blog bisa mencegah dari rasa malas.  Heheeee…

Hidup haruslah terus bergerak, bukan?

4 komentar:

  1. tasnya lucu deh. satu tas bisa kelar sehari? cayoooo, perlu kesabaran ekstra ya teh buat menyelesaikannya. btw template blognya makin cantik aja

    BalasHapus
  2. maca ciiiiih heheheeee... sambil malu-malu narcis. heheeee...tulisan efi juga makin yuhuuuuy...

    BalasHapus
  3. Bagus mbak....smg makin rajit ngrajutnya ya, yg paling penting lekas dapet ibu2 telaten yg bisa diajak berjuang bersama....

    BalasHapus
  4. halo mba b4tiqu... terimakasih yaaaa, mba juga semakin maju usaha batik nya ya :)

    BalasHapus

Silakan meninggalkan komentar Anda. adv