27 April 2012
Pernah baca novel trilogy Dukuh Paruk karya Achmad Tohari? Dalam novel ini kita diajak berimajinasi ke sebuah daerah yang kering dan mereka percaya bahwa kesuburan tanahnya bergantung pada ritual tari ronggeng.  Keberadaan tarian rongeng dipercaya mempunyai daya mistis untuk mengawinkan langit dan bumi lalu melahirkan hujan dan mampu menyuburkan tanah.  Lalu dengan berkembang dan percampuran budaya modern barat yang bersifat sekuler, rasionalistik dan empirik, makna ronggeng menjadi terkikis dan terpinggirkan lalu melahirkan konotasi berbeda.

Ada  referensi yang berkaitan tentang proses panjang mengenai peradaban tanah Sunda yang memiliki keterkaitan kuat dengan keberadaan ronggeng, judulnya ‘Perempuan dan Ronggeng’.  Dari buku terbitan Pusat Kajian Lintas Budaya & Pembangunan Berkelanjutan (LBPB) ini, kita diajak untuk mengenal, memahami proses makna bersejarah ronggeng di tanah Sunda.  Penulis, Dr. Endang Caturwati, M.S.  menuturkan dengan lugas dari fungsi ronggeng yang spiritual sampai dimanfaatkan keberadaanya oleh kolonial Belanda sebagai alat prostitusi terselubung yang mampu mempengaruhi runtuhnya gaya hidup individu atau kelompok di daerah perkebunan. Sapai dituturkan pula upaya yang dilakukan para pecinta seni tari untuk merubah citra ronggeng mewujud dengan nama baru yang kita kenal sekarang adalah jaipongan.  Sebuah proses tidak sederhana dan penuh kretivitas yang menarik.


Rasanya sulit menerima kenyataan saat menyusur sejarah kita yang begitu kelam, banyak intrik dan  eksploitasi dari berbagai sudut.  Memang seolah penguasa saat itu menciptakan situasi yang serba salah bagi penduduk lokal dalam mempertahankan stabilitas hidupnya.  Para perempuan merangkap sebagai kuli perkebunan dan partner seks yang dibayar untuk melayani kebutuhan domestic penduduk laki-laki di daerah perkebunan. Hal ini terjadi karena kebijakan upah bagi kuli perempuan saat itu 50% dari upah laki-laki.  Sementara agar para kuli laki-laki betah menjadi pekerja diperkebunan, didatangkanlah hiburan ronggeng, disediakan minuman keras, judi dan ketiga kebisaan ini semakin melilit mereka pada jurang kemiskinan karena memaksa mereka berhutang agar bisa saweran dan berjudi. 

Buku ini tidak melulu membicarakan proses panjang sejarah ronggeng, namun diceritakan pula sisi lain kehidupan ronggeng sebagai manusia biasa.  Pada bab Ronggeng sebagai perempuan biasa, kita diajak untuk memahami bisikan dari hati kecil perempuan yang mendapatkan pelecehan dari para lelaki maupun suaminya.  Keinginnanya sebagai perempuan yang ingin dihargai, disayangi dihormati dari pasangannya seolah hanya menjadi sebuah harapan, sangat terbalik kondisinya ketika begitu banyak laki-laki yang memuja disaat ia diatas pentas pertunjukan. 


Buku ini semakin membuat kita tersadar bahwa proses panjang pembersihan nama baik yang kini menjadi seni tari, tidaklah sesederhana yang kita fikirkan.  Dengan melewati sejarah panjang dan kelam, keindahan tariannya disalah arti dan disalahgunakan.  Kini tari sunda dalam hal ini jaipongan, ditangan orang yang kreatif dan strategi yang cantik mampu menarik hati banyak kalangan bahkan mampu mendunia. 

27 April 2012

Sudah lama melirik sebuah tempat yang nyaman di sudut jalan Lamping, tepatnya di wilayah Cipaganti Bandung.  Namanya kopi lamping, dari nama tempatnya bisa diduga itu sebuah tempat nongkrong, ngobrol maupun diskusi sambil menikmati kopi panas dan makananan hangat.  Menariknya, tempat itu sederhana, memanfaatkan bangunan klasik rumah Belanda, tidak terlalu luas bahkan berkesan cozy, dipercantik dengan ornamen ukiran jawa, kursi kayu dan kap lampu yang unik.  Ada yang unik lagi, di depan pintu gerbang dihiasi sado, delman model lama.

Setelah sekian lama menunggu waktu yang tepat, akhirnya kami tidak lagi melirik tapi memasuki gerbangnya lalu duduk dengan nyaman di kursi kayu gaya kuno.  Warna lampu dan kayu-kayu  menggugah selera dan menciptakan suasana yang tenang.  Pelayan cantik berkerudung datang dengan membawa buku menu, disana tercantum beragam kopi olahan, beragam cita rasa teh, camilan hingga makanan berat.  Diantara sederet menu kopi, mata saya tertuju pada kopi aceh dan roti bakar keju.  Sementara suami saya memilih teh jahe sereh, mengingatkannya pada wedang secang yang ada di kedai kebun seni.



Rasa penasaran terhadap kopi ini akhirnya harus berkompromi lagi dengan rasa sabar.  Rupanya setelah menunggu kopi datang, kita harus menunggu kopi menetes ke dalam gelas. Kopi Aceh disajikan diatas saringan yang diletakkan di atas gelas kaca.  Didalam gelas berisi susu kental manis.  Untuk menikmati kopi ini, kita menunggu semua kopi menetes ke dalam gelasnya lalu baru diaduk perlahan.  Proses menunggu ini ternyata tidak sia-sia, karena rasanya benar-benar enak sehingga mampu menyembuhkan ketidaksabaran saat menunggu datangnya kopi.  Dari proses kopi ini seolah-olah menyimpan makna, bahwa hidup itu bertahap, tidak tergesa-gesa dan dijalani dengan penuh kepastian sehingga mampu menorehkan keabadian.  Seperti proses pengolahan kopi ini, hmmm… 

Kopi aceh salah satu kopi terkenal dari Indonesia yang mampu mendunia.  Di Aceh sendiri kopi diseduhkan dengan cara yang unik yaitu kopi dididihkan lalu disaring oleh kain hingga beberapa kali penyaringan.  Semakin kental, kopinya makin terasa lezat.  Cara pengolahan ini, kedai Sorong merupakan salah satu alasan saya ingin datang ke Aceh selain mempunyai sejarah pahlawan Tjut Nyak Dien yang melegenda itu.  Bagaimana bisa Starbuck mengakui rasa kopi Aceh, sementara saya sebagai orang Indonesia sendiri belum pernah merasakan sisi kenikmatanya.  Rasanya tidak adil kita harus membeli kopi Aceh di Starbucks dengan harga selangit, sementara kita hidup di negeri sumber penghasil kopi tersebut.  Akhirnya berkunjung ke kopi lamping menjawab rasa penasaran itu.  Dan rasanya?  Tak terkatakan.

Indonesia salah satu surganya kopi, dengan berbagai cita rasa dan cara penyajian yang unik.  Bahkan ada kopi hasil pengasaman di perut binatang, you know what, it’s luwak.  Yup, rasanya? Selangit, nyam! Sungguh beruntung tinggal di Indonesia, jadi harus jaga kesehatan, pola makan, olah raga, apalagi kalu bukan untuk menikmati hidup, minum kopi, menjelajah pegunungan dan menikmati berbagai makanan dan keindahan alam yang tidak ada duanya. 

Mari ngopi...



Di Bandung muncul sebuah komunitas yang memfasilitasi ibu-ibu untuk mengembangkan diri dalam bidang menulis, namanya Ibu-Ibu Doyan Nulis atau mereka menyebutnya IIDN.  Rupanya grup ini mampu memikat ribuan perempuan yang tengah sibuk dengan kehidupan rumah tangganya dan menstimulus kembali kretivitas yang selama ini terpendam atau bahkan disisihkan.  Banyak alasan yang membuat para ibu melepaskan hobi bahkan profesi menulis sejak mereka memutuskan menikah dan mempunyai anak.  Prioritasnya yang berfungsi sebagai ibu kerap menjadi membuat perempuan melepaskan semua mimpi-mimpinya.  



Komunitas ini di buat oleh Indari Mastuti pemilik dari Indscript Creatif salah satu bisnis yang dijalaninya berupa agen naskah dan meraih ibu-ibu untuk produktif dalam membuat buku.  Proses komunikasi dijalin secara online, karena IIDN memahami kegiatan para ibu ini tidak sederhana meskipun kelihatanya sederhana.  Waktu yang cenderung panjang dengan aktifitas yang tidak ada hentinya sehingga terasa tidak cukup.  Jangankan untuk menulis dan membaca, mengurus anak dan menyelesaikan pekerjaan rumah tangga yang setumpuk rasanya tidak mungkin.    Namun dengan adanya fasilitas online, rupanya mempermudah dan membuat para ibu menjadi lebih produktif dan kreatif.  Salah satunya saling memotivasi untuk terus menulis maupun saling menginspirasi dalam membuat usaha online.
Para penulis di Indscript Creatif ini sebagian besar adalah pernah melakukan pelatihan menulis online maupun offline.  Namun ada pula yang memang beberapa penulis profesional bergabung dengan indscript untuk melakukan kerjasama dalam penerbitan buku.  Tapi beberapa ibu-ibu yang lain selain menciptakan buku lebih melatih dirinya maupun tetap bersikap konsisten dalam menulis dengan menyalurkan karyanya pada sebuah blog.  Karena blog bisa mengungkapkan banyak hal, dari tema serius hingga sederhana namun tidak kalah pentingnya dengan ciri khas gaya bertutur masing-masing blogger.
Di komunitas IIDN interaktif, ada kelas-kelas diskusi salah satunya kelas blog.  Rupanya ibu-ibu sekarang memiliki blog yang tidak kalah menarik bahkan luar biasa.  Berikut adalah daftar blogger para ibu-ibu doyan nulis yang terdata 5 Desember 2011, kita bisa menemukan tema-tema yang menarik bahkan menginspirasi:
1.    Ibu-ibu Doyan Nulis: http://ibu-ibudoyannulis1.blogspot.com/
2.    Indari Mastuti: www.indari.blogspot.com
3.    Ima Emaknya Alif: www.matakubesar.blogspot.com
4.    Ety Abdul
5.    Kanya Puspokusumo
6.    Deasy Rosalina 
7.    Rike Swasono 
33. Arundhina Bu Mega Thea: http://gerbangmatahari.blogspot.com/
36. Julie Nava: http://writingpaths.com/
37. Irawati Prilia: http://keluargapelancong.net/
38. Arini Tathagati: http://tathagati.blogspot.com/
40. Beta Kun Natapraja: http://putrigrage.wordpress.com/
41. Marisa Agustina: http://risablogedia.blogspot.com/
43. Arin Murtiyarini: http://www.asacinta.blogspot.com/
44. Nurul Wachdiyah: http://blogulu.blogspot.com/
35. Liza Fathia: http://liza-fathia.com/
47. Wulan QAmillah: http://wulan-q.blogspot.com/
48. Vivi Fajar Anggraeni
49. Faizah Ni'mah
50.  Flanel Wuri
       http://wurinugraeni.wordpress.com
      http://aurainbiz.blogspot.com/
53.  Bunda Lahfy 
54.   Yas Marina 
55.  Mahabah El Ahmead
      http://titiksuswati.blogspot.com/
66.  Ida Tahmidah
      http://tahmidah.multiply.com
57. Mahabbah El-Ahmead
      http://www.mahabbah-elahmady.blogspot.com/
Yuhuuuuu, Blogger :) Saya punya info menarik buat teman-teman yang mau mencoba ikut audisi untuk tergabung di buku STORYCAKE.  Buku seri storycake yang lain sudah ada dua, diantaranya storycake for ramadhan dan storycake for amazing mom (tulisan saya ada di buku yang ini heheh...).  Rasanya senang, karena audisinya ternyata tidak mudah cukup membuat hati deg-deg-an.    Nah, kali ini saya mendapat info lagi dari Lygia Pecanduhujan yang merupakan PJ alias penanggung jawab untuk menghaslkan antologi bertema BACKPACKERS.  Buat teman-teman yang pernah backpaker ada bagusnya mencoba audisi menulis ini.  Ini dia note (klik sumber note ini) yang saya dapat dari Lygia Pecanduhujan:

Tau backpacker kan ? Itu lho, si tukang jalan-jalan yang modalnya ransel gede doang plus duit irit –kalau gak bisa dibilang minim-. Apakah jika Saya sudah jalan - jalan dengan bawa ransel super gede, berarti saya adalah seorang backpacker ? Wait, jangan tergesa - gesa menyebut diri menjadi backpacker. Menurut hasil googling, Seorang backpacker sejati itu bukan hanya seseorang yang jalan-jalan nenteng ransel gede puluhan kilo. Arti backpacker lebih dari itu. Seorang backpacker adalahSmart Traveller..

Anyway, apapun itu, setelah dua buku STORYCAKE sebelumnya yang sudah terbit (Storycake For Ramadhan dan Storycake For Amazing Moms), akhirnya GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA akan kembali hadir dengan serial Storycake terbaru yang gak kalah seru dan heboh : STORYCAKE FOR BACKPACKERS !

 Punya pengalaman menarik, heboh, gila-gilaan, inspiratif dan lain-lain tentang petualangan ala backpacker ? Punya anak yang hobi ngegembelbackpackeran sampe bela-belain bolos sekolah ? punya kerabat, saudara, sahabat dan kenalan yang punya cerita menarik seputar dunia backpackeran ? langsung aja ikutan audisi ini yaaa …

 *Catatan : Travelling dengan menggunakan koper, itu gak masuk bagian dari backpackeran lho ya, He he he …

 SYARAT UMUM :

1.      Usia Bebas, Laki-laki dan perempuan.

2.     Tulisan harus berisi kisah nyata pribadi, maupun orang-orang terdekat dan harus dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Jika nanti naskah lolos seleksi, maka Kamu harus menyerahkan surat pernyataan keaslian naskah.

3.      Jika Kamu menuliskan kisah hidup orang lain, maka di akhir cerita, tuliskan nama lengkap si tokoh nyata tersebut. 

4.      Tulisan belum pernah dipublikasikan dalam bentuk apapun (termasuk di dunia maya).

5.     Tuliskan kisah kamu yang tak terlupakan, paling menginspirasi dan
sangat menarik tentang pengalaman backpackeran kamu kemanapun (keliling dunia, keliling Indonesia atau bahkan cuma keliling di dalam kota ).

6.      Setiap peserta hanya boleh mengirimkan 1 (satu) naskah terbaiknya.


 SYARAT KHUSUS :

1.     Naskah berupa tulisan nonfiksi populer (bukan makalah ilmiah), dengan kisah yang mengalir, ringan, dan mudah dicerna berbahasa Indonesia  yang baik. Boleh menyelipkan bahasa santai dan gaul, tapi tetap sesuai dengan EYD. Hindari pemakaian kata-kata yang menyinggung SARA, mengandung pornografi, bahasa kasar, dan bahasa ALAY.

2.      Panjang naskah  maksimal 5  halaman kertas A4, ketik 1,5 spasi, huruf Times New Roman 12. Ketik dan simpan hanya dalam file Microsoft Word berformat (.doc).

3.      Naskah dikirim dalam bentuk attachment ke alamat e-mail : emakbackpacker@yahoo.com. Ingat, naskah jangan ditulis di badan e-mail. Pada subyek, tuliskan: (ANTOLOGI SFB) – Judul Naskah.

4.      Naskah dalam bentuk (.doc) itu harus mencantumkan judul naskah dan nama penulisnya di bagian bawah judul sebelum cerita.

5.     Sertakan nama asli, nama FB, dan biodata deskriptif sepanjang satu paragraf di akhir naskah.

6.      Akan dipilih 30 naskah yang dinilai paling unik, memotivasi, heboh dan menginspirasi untuk dibukukan dalam sebuah antologi.

7.      Naskah ditunggu hingga tanggal 1 Mei 2012 Pukul 24.00 WIB.

8.     Peserta yang ingin mengikuti audisi ini harus mempublikasikan info audisi ini di Notes masing-masing dan di  Blog (tentatif) berikut foto cover buku-buku storycake yang ada dalam notes ini.

9.     Berhubung Akun Lygia Pecanduhujan sudah penuh, maka silahkan para peserta mengklik dan mengelike Fanpage : http://www.facebook.com/pages/Lygia-Pecanduhujan-Fanpage/121905561178499 dan mentag fanpage tersebut dalam notesnya beserta dengan minimal 20 teman lainnya.

10.   Pengumuman kontributor yang masuk dalam antologi ini akan di-posting di fanpage Lygia Pecanduhujan    pada tanggal 10 Mei 2012 Pukul 24.00 WIB.

11.  Naskah yang terpilih akan diterbitkan oleh GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA (GPU).

12.  60% dari jumlah royalti akan dibagikan secara rata kepada seluruh kontributor dalam buku ini.

13.  BACALAH KEMBALI SELURUH PERSYARATAN DI ATAS DENGAN TELITI, karena seluruh naskah yang masuk yang tidak memenuhi satu saja syarat, akan langsung dinyatakan gugur.

Jadi, tunggu apa lagi? Tulis kisahmu yang paling menarik, lalu kirimkan sekarang juga.


(*) Jangan tunggu sampai Deadline untuk mengirimkan naskah jika ingin naskah teman2 dibaca dengan teliti.  



Please feel free to copy paste and share to everyone !

Salam Backpackers !



Lygia Pecanduhujan


Silahkan baca Tips & Trik mengikuti proyek Antologi di link ini.



Mendadak.  Suatu pagi kami tadinya -seperti biasa-  jalan-jalan ke UPI yang kebetulan dekat sekali dengan rumah kami.  Disana masih banyak pohon rindang, kolam ikan, suasananya cukup nyaman.  Tapi mendadak saya punya ide untuk pergi ke Dago Pakar atau Taman Hutan Raya (Tahura).  Sebetulnya sudah lama sekali saya tidak pernah menginjakkan kaki ke hutan ini, tepatnya sejak zaman sekolah dasar, sekitar tahun 80-an.  Waktu kecil, baik kegiatan di sekolah maupun di masjid sering mengadakan cross country alias jalan kaki menelusuri beberapa desa yang masih asri lalu berhenti di tujuan wisata alam.  

Sepanjang jalan menuju TAHURA di penuhi  sepeda

Banyak kenangan masa kecil yang terpotong, namun aktivitas cross country ini masih tersimpan hangat di ruang ingatan dan hati, kegiatan ini banyak mempengaruhi saya untuk terus menyukai tempat-tempat alami.  Ada kedekatan yang sulit dijabarkan.

Lupa.  Sebetulnya agak lupa jalan menuju ke sana tapi nekat saja.  Intinya tinggal pergi ke terminal Dago paling disana naik ojeg saja dan kalau ada yang membingungkan tinggal bertanya.  Dari terminal Ledeng kami naik angkutan kota “cicaheum-ledeng”, mengeluarkan ongkos Rp 2500 per orang, berhenti di belokan Jl. Siliwangi lalu jalan kaki sedikit menuju simpang Dago (sebuatan untuk Jl. Juanda).  Disana ada beberapa pilihan angkot, seperti Dago-Kalapa, Dago-St.Hall, Dago-Riung Bandung, ongkos yang dibayarkan Rp 2000 per orang.  Jaraknya tidak terlalu jauh, paling memakan waktu 10 menitan.  Di terminal ini langsung naik ojeg ongkosnya Rp 7000 per motor, tapi tadi waktu pulangnya bisa banyar lebih murah hanya Rp 5000 per motor.  Sip atuh!

Sepanjang perjalanan dari terminal Dago menuju Tahura, banyak sekali orang-orang meng-goes sepedanya.  Dari orang-orang dewasa hingga anak-anak, seru dan ramai.  Bahkan ada tempat yang menyediakan tempat parkir sepeda di depan toko serba ada.  Banyak juga warung-warung minum dan jagung bakar tempat istirahat para penggoes sepeda ini.  Sampai di gerbang Tahura ternyata dekat juga, tidak lebih dari 10 menit-an.  Untuk masuk ke wilayah tersebut harus bayar tiket Rp 8000/orang, langsung jalan kaki melewati jalan setapak.  Pepohonan yang sangat rapat mencuri perhatian saya, riuh dan sejuk.  Diantara pepohonan juga rupanya disediakan meja-meja taman dan beberapa saung untuk berteduh.  Di beberapa titik ada warung kecil-kecilan yang menjajakan ragam minuman dan cemilan. 


Menuruni tangga menuju Goa Jepang
Hutan ini jalannya sudah enak, jadi kita tidak perlu membayangkan jalan setapak seperti di hutan-hutan yang belum terjamah lainnya.  Jalan setapak dan tangga sudah menggunakan batu alam, pinggir-pinggir lembah di beri pagar ber-cat merah.  Di sana ada beberapa wilayah wisata yang bisa dikunjungi, jadi sekali jalan bisa melewati Goa Jepang lalu tak jauh dari sana bisa ditemukan Goa Belanda.  Selain Goa ada jalan menuju 4 curug (dari bahasa sunda: air terjun), diantaranya Curug Koleang, Curug Kidang, Curug Lalay, dan Curug Omas.  

Jalan menuju Goa Jepang, ternyata lebih enak karena sudah di aspal meski sudah sedikit rusak.  Pepohonan masih sangat lebat bahkan kami sempat melihat monyet sedang nongkrong di dahan pohon.  Barangkali karena hari itu hari Minggu jadi cukup banyak pengunjung, kebanyakan keluarga dan kelompok mahasiswa yang ikut menikmati keindahan alam, tentunya tidak seramai dan riuh di tempat belanja.  Goa Jepang ini terdapat 4 goa, ada yang menarik di pinggir goa ini ada akar pohon yang merambat besar sekali dan indah.  Kami tidak masuk ke dalam, Alif takut begitupun saya.  

Selanjutnya meneruskan jalan kaki menuju Goa Belanda, di tengah perjalanan ada pedagang air lihung.  Unik, air lihung itu di simpan di dalam bamboo dan di tutup pakai ijuk.  Gelasnya disusun kayu bamboo serupa tempat gelas dan ada ember kecil berisi air dan daun pandan untuk mencuci gelas.  Selesai meneguk air lihung rasanya enak, harum asap dan segar ke badan.  Ada yang menarik lainnya, cara mencuci gelas itu hanya di kocok ke ember berisi air dan daun pandan.  Pantas gelasnya jadi harum atau jangan-jangan daun pandan itu mengandung antibiotik, ya?

Minuman tradisional lahang berupa air hasil 
dari  penyulingan pohon aren, rasanya manis 
dan menyegarkan
Kami berjalan bersamaan dengan seorang bapak-bapak dan perempuan yang sepertinya suami istri.  Bapak-bapak itu tampaknya ahli sejarah, soalnya sepanjang jalan dia bercerita banyak pada perempuan itu tentang  batu yang bertuliskan “Batas Kab. Bandung-Kab. Bandung Barat” dan bahan air lihung yang ia beli menjelaskan asal muasal rasa lihung yang unik.

Hore! Akhirnya sampai di Goa Belanda.  Anehnya di Goa ini anak kami-Alif- justru mengajak masuk.  Akhirnya kamipun masuk ke goa dengan menyewa senter yang harganya Rp 3000.  Saya agak takut, suami saya sepertinya tidak, Alif lebih ceria saat melihat semacam rel kereta dan dia berceloteh tentang thomas and his fiends.  Barangkali mengingatkan dia tentang edisi film kereta Thomas yang terjebak di lorong. 

Perjalanan sebetulnya tidak terlalu melelahkan untuk meneruskan perjalanan menuju curug.  Tapi kami fikir untuk sementara ini sudah cukup saja, akhirnya kami menikmati sisa perjalanan, sejuknya udara, gemerisik sungai, bercengkrama dengan pepohonan yang indah sambil duduk-duduk di tempat lesehan sambil melahap mie rebus, jagung bakar dan bandrek panas.  Damainya!

Kembali pada titik tertentu bahwa kita dan alam adalah satu.  Alam sudah sangat banyak memberi kita kehidupan tapi seringkali kita dengan mudah melupakan bahkan merusaknya.

*Pulang.  Kembali bersatu dengan riuh kendaraan bermotor, macet, asap knalpot, musik, film, seni,  masa depan, aku dan kamu :)*



Siluet pohon yang tinggi di kawasan TAHURA segar dan tenang




Anakku,
Melangkahlah
Berlarilah
Meloncatlah
Menyelamlah
Terbanglah
Tebarkan cinta
Dunia ini terlalu berarti 
Jika hanya tidur dan menggerutu
Buat hidupmu lebih hidup
Kenali dan rasakan
Kau pun akan mengerti
arti
hidup
kesedihan
kebahagiaan
karena
kamu anakku yang luar biasa


Anak selalu memberi kejutan dari segala tindak tanduknya.  Seringkali, kita sebagai orang tua sering lupa bahwa mereka tumbuh dan berkembang.  Meniru seluruh alam yang ada di sekelilingnya dan bereksperimen pada apa yang dilihatnya.  


Kemarin, saya lihat-lihat lagi folder foto yang diambil sekitar bulan november 2011.  Waktu itu anakku berusia 2 tahun-an.  Foto itu, pesawat berdampingan dengan wafer selamat nyaris berbentuk pesawat.  Hingga suatu waktu dia tiba-tiba mendekati dan memperlihatkan sesuatu.  Tadinya saya cuma memuji-muji biasa saja tanpa mengerti apa yang coba ia perlihatkan.  Bahkan saya iseng langsung memakan kue yang berbentuk aneh itu, tapi dia senang. Setelah kedua kalinya ia membuat wafer dengan gigitan yang sama, saya kaget sekali ternyata yang dimaksudnya adalah dia bisa membuat bentuk pesawat terbang.  


Waktu itu saya kaget dan kagum, bagaimana bisa anak sekecil itu bisa meniru sesuatu atas dasar apa yang ia lihat, diingat lalu reaksi yang refleks antara gigi dan imajinya.  Sebuah perkembangan otak yang luar biasa.  Ada perasaan takut juga, saat di usia golden age ini dia tidak mendapat nutrisi yang tepat dari lingkungan sekelilingnya.  


Tapi saya selalu yakin, anak makhluk yang paling bisa beradaptasi, pembelajar dan selalu mencoba.  Apapun kondisi alam, manusia, tumbuhan, binatang kerap memberi nutrisi yang membuat otaknya terus tumbuh dan berkembang.  Bagi usianya semua tampak ajaib dan luar biasa. Kita hanya memerlukan sedikit regangkan pegangan dan beri dia kesempatan untuk mengenal, melihat, mencoba banyak hal.  Semakin dia banyak mengerti kita pun sering mendapatkan pelajaran dari anak. Sudut pandang anak dan penghargaannya pada apa yang dilihat dan dirasakannya.  Suatu proses-proses momen kecil dimasa lalu sering diingatkan atas keberadaanya dan tidak dihargai lagi.  Anak seolah memberi tahu kita tentang sesuatu yang sederhana padahal hal ini mampu menopang hidup kita terus tumbuh. Seolah dengan lahirnya anak, menarik kita pada titik nol, mengenal  diri, memahami diri, menyusun elemen hidup yang berserakan dan menentramkan lagi atas hidup yang sudah terlalu bergemuruh dan tergesa-gesa. 


love you and never forget the moment



Apakah ini yang namanya keluarga?  Setiap orang bisa datang dan pergi sekehandak hati.  Pulang masuk kamar dan pergi tanpa pamit?  Bisa bangun jam berapa saja, makan, nonton, mandi lalu pergi main.  Apakah ini yang namanya keluarga, tidak ada tanggung jawab, sekalipun masalah kebersihan rumah yang ditingalinya? Buang air besar, buang air kecil, mandi lalu pergi meninggalkan jejak?  Apakah ini keluarga ketika siapapun bisa seenaknya keluar masuk rumah dengan meninggalkan jejak sepatu diatas tegel yang sudah dipel dan disapu beberapa kali? Apakah ini keluarga, hidup dalam satu atap tapi tak ada inisiatif satu sama lain untuk menjaga kepekaan satu sama lain? Apakah ini keluarga, ketika satu sama lain mendelikkan matanya dan tidak peduli saat seseorang yang lain kesulitan.  Apakah keberadaan orang-orang yang ada disampingmu, sekelilingmu, menjadi tidak berarti lagi? Rumah hanya menjadi tempat tidur, tak ada kerinduan untuk pulang, karena segalanya semakin hari semakin berubah, hanya menyisakan rasa sakit dan semakin tidak enak.  Apakah arti keluarga?

Di Indonesia kita mengenal 5 (lima) jenis uang koin atau uang receh, diantaranya Rp 50,00, Rp 100,00, Rp 200,00, Rp 500,00 dan Rp 1000,00. Alat transaksi jenis ini biasa digunakan untuk alat kembalian, bayar tol –biasanya tempat membayar tol selalu ada tulisan”bayar denga uang pas”-, bayar parkir, bayar wc umum yang rata-rata memberi tarif Rp 1000,00 – Rp 2000,00, bayar angkutan umum, bayar bis kota, dan banyak lagi transaksi dengan nilai kecil namun sering dilakukan.

Bagi pedagang uang receh adalah salah satu hal yang penting sebagai alat kembalian.  Karena banyak produk maupun tarif masuk diberi harga murah maupun memberi nilai ganjil, seperti mie instan harganya Rp 1.600,00.  Bisa jadi cara ini merupakan strategi harga suatu produk agar terlihat murah atau bisa jadi jika harga mie tersebut dibulatkan akan menjadi terlalu mahal.  Efeknya, di beberapa supermarket mereka sering memberlakukan permen sebagai alat kembalian.  Karena mereka anggap boleh mengambil keputusan sepihak dengan memberi 1-2 butir permen untuk alat kembalian.  Berbeda dengan warung-warung kecil, kios rokok, mereka selalu menyediakan berbagai uang recehan untuk persiapan alat kembalian.  Justru keuntungan sebuah produk itu terdapat pada beberapa digit dibelakang titik.  Sehingga tidak ada yang dirugikan.  Kadang bisa ditemukan beberapa pedagang yang sering memberi kelonggaran pada pembeli dengan alasan tidak ada kembalian.  Cara ini justru salah satu celah yang bisa merugikan perdagangan dan usahanya akan cepat gulung tikar.


Selain itu receh si penyelamat ini bisa menyelamatkan kita dari urusan “belakang”.  Di Bandung-khususnya, kebanyakan WC umum memberi tarif masuk Rp 1000,00 – Rp 2000,00.  Bahkan ada yang memberi keterangan dengan harga yang berbeda untuk buang air kecil, buang air besar dan mandi-dalam benak saya, setiap orang yang masuk ke wc tentunya sebuah kegiatan yang sangat pribadi, bagaimana mereka bisa tahu kalau kita melakukan sesuatu dengan menggunakan air yang melimpah sementara membayar tarif yang paling kecil-.  Kita kesampingkan dulu fikiran itu, kembali ke tarif wc.  Nah, biasanya pas kita mau masuk wc atau keluar wc, uang akan dimasukan ke kotak dengan lubang yang kecil.  Seperti kotak celengan atau kotak amal.  Dengan begitu, kita harus meyediakan uang recehan disaku kita.  Kalau uang kita agak besar memang agak merepotkan si penjaga WC umum, karena harus membuka gembok kotak uang itu untuk memberi kembalian.  Eits, jangan salah usaha WC umum  dengan tarif recehan ini bisa menghasilkan gepokan.  Enaknya usaha WC umum, mereka tidak perlu memasang iklan, cukup memasang sign sistem di wilayah strategis bertuliskan “TOILET” maka orang-orang akan memburunya. 

Sekarang situasinya terbalik, saya pernah membayar Rp 100,00 dengan senyuman dan ribuan permintaan maaf.  Situasi ini terjadi ketika harus membayar tunggakan telepon rumah dan speedy.  Pertama, saya bayar dulu tunggakan telepon karena takut uang yang saya bawa  kurang.  Setelah mendapat kembalian, dengan sisa uangnya, saya perkirakan akan cukup membayar jaringan internet bulanan.  Ketika pegawai sedang melakukan print out dan saya mulali menghitung uang yang harus dibayarkan ternyata kurang Rp 100,00 saja. Saya tertawa –karena merasa bodor sendiri, biasanya situasi ini hanya candaan saja tapi jadi kenyataan- dan tentunya malu sekali, lalu minta izin untuk mengambil uangnya dulu di ATM yang kebetulan jaraknya dekat.  Tapi rupanya pegawai yang cantik dan budiman ini mengerti dan dianggap lunas.  Malu dan senang bercampur saat itu, tapi… ya sudahlah.

Nah, ada satu lagi cerita tentang receh penyelamat ini.  Pernah kita dalam situasi bokek kering kerontang? Saya pernah, cukup sering malah.  Saya punya kebiasaan menyimpan uang recehan sisa kembalian belanja maupun ongkos di masukan ke dalam kaleng.  Receh ajaib ini terus terang bisa sangat membatu disaat situasi yang cekak.  Receh-receh itu mulai di sortir, dihitung lalu di ikat dengan plester. Seringkali jumlahnya selalu tak terduga, bahkan sangat membantu untuk urusan dapur dan jajan si kecil. Jadi, jangan pernah menyepelekan uang receh meskipun kecil ia termasuk lincah dan mengisi setiap elemen transaksi.