1001 Senyum Indonesia

Hari Minggu tanggal 3 Juli 2001 yang segar membawa kami sekeluarga ke kampus UNIKOM untuk acara 1001 senyum untuk Indonesia.  Tumbuh rasa semangat bisa menjadi bagian dalam acara 1001 senyum, yaitu menggambar diatas tas recycle bersama 1001 peserta.  Persiapan untuk ibu yang memiliki anak tentunya tidak sesederhana biasanya.  Perlu menyiapkan makanan, minuman menggunakan termos 1 liter, pakaian ganti, pampers, sabun cair, tissue basah, cream, alat gambar dan tentunya alat kecantikan ke dalam satu tas. 


Perjalanan terhitung lancar dan menyegarkan, tapi karena dapat kabar bahwa hari ini di Sabuga ada acara Muktamar PPP dan akan mendatangkan Presiden RI.  Kami sudah menduga perjalanan pulang akan sangat teramat macet.  Bisa dibayangkan, di hari libur orang Jakarta berbondong-bondong berwisata di kota Bandung belum peserta acara Muktamar PPP dan jalan harus bersih ketika presiden lewat.  Lengkap sudah bahwa jalan umum akan terganggu dan kami sudah siap dengan mental ini. 

Tapi yang membuat saya lebih bersemangat yaitu karena suamiku akan tampil main musik bersama teman-teman dosennya di acara tersebut.  Ini pertamakalinya saya nonton dia main gitar elektrik di sebuah panggung.  Terakhir dia main band tahun 2004, artinya sudah hampir 5 tahun tidak main lagi.  Wajahnya lebih cerah dan kadang-kadang terlihat melamun seolah sedang membayangkankan performance nanti akan seperti apa.  Tiap hari lagu yang akan dibawakanya mengalun dari laptopnya berulang-ulang, siang, malam, pagi, sore.  Disela pengerjaan pesanan desain web dan pembuatan Majalah ASMA, gitarnya selalu siap di ulik untuk mendapatkan nada yang tepat.   Wajahnya sumringah dan lebih terlihat hidup.

Waktu yang ditunggu itu tinggal menunggu beberapa jam lagi.  Bagi semua peserta yang telah daftar ulang langsung melukis.  Peserta merupakan mahasiswa semua angkatan, alumni yang terkumpul dalam LIVED (Legiun Veteran DKV UNIKOM), dan umum.  Saya mendaftar sebagai umum karena bukan mahasiswa maupun alumni.  Saya menggambar ayam sesuai permintaan Alif anakku yang masih balita.  Dia bahkan ikut corat coret tinta diatas tas, membuat tanganya belepotan tampak bersemangat dan serius.  Sekali-kali kami minum teh jasmine panas sengaja dibawa dari rumah dengan menggunakan termos.  Persis seperti piknik, menikmati pagi, melukis, orang-orang yang berkumpul dengan bergairah, tawa, refleksi, sangat menyenangkan.   


Peserta ada yang menggambar di pelataran UNIKOM, lorong gedung dan kelas-kelas.  Alat-alat gambarpun sangat beragam, ada yang menggunakan drawing pen, cat, pilox, spidol, crayon, bahkan ada yang ditempel-tempel.  Momen ini juga banyak juga yang mengabadikan, baik dari peserta, panitia, maupun sponsor.  Hasil karya peserta beragam dan dari sikap mereka muncul rasa bangga menenteng karya lukis masing-masing dan sekali-kali memotretnya.  Ribuan energi yang luar biasa terkumpul dalam satu waktu dan tempat. 

Jam 10.00 WIB petugas MURI menyatakan bahwa acara ini patut mendapatkan penghargaan, target peserta melukis diatas tas dari yang direncanakan semula sebanyak 1001 orang ternyata melebihi target yaitu sebanyak 1024 orang.  Hal ini tentunya membuat kami senang dan bersemangat apalagi panitia acara.  Dengan harapan bisa membuahkan sebuah refleksi untuk pendidikan Indonesia kita tercinta dengan ragam konflik dan persoalan yang kerap membuntutinya.

Urutan acara selanjutnya, semua peserta diboyong ke Gedung Miracle.  Letaknya di lantai 4 Kampus UNIKOM.  Rencana awal acara mau dikonsentrasikan di lapangan depan gedung UNIKOM tapi karena wilayah ini berada di daerah 1 km dari tempat acara Muktamar PPP dan kedatangan Presiden RI.  Jadi harus di sterilkan dari berbagai acara yang melibatkan keramaian.  Prosesi penutupan acara dari pembantu rektor 3 (seniman gemstone) ikut juga bersemangat mengerjakan lukisan dengan hiasan batu-batu dan koin, keren deh hasilnya.  Dilanjutkan Ketua Jurusan DKV yang ikut salut atas kerja kreatif tim panitia.  Selesai ritual penyerahan Piagam MURI, ini dia acara yang ditunggu-tunggu, sebuah pertunjukan musik dari grup Band Indi dan Band Revisi. 


Personil Band Indi (sorry lupa namanya) terdiri dari mahasiswa UNIKOM dengan mahasiswa UNPAS.  Mereka membawakan lagu-lagu buatan sendiri, liriknya kocak, nyentil dan eksentrik namun tetap enak didengar.  Penonton sambil duduk ikut bernyanyi bersama-sama.  Lewat satu lagu para pejabat kemudian keluar pamit pulang dari gedung.  Hanya beberapa langkah menuju keluar, peserta mulai gaduh, tepuk tangan dan berjingkrak-jingkrak mengikuti tiga buah lagu asing meski asing ditelinga mereka.  Seorang panitia membisikan sesuatu pada suami saya, katanya selesai Band ini dilanjutkan oleh Band REVISI.  Dia dan personil yang lain segera ke depan untuk mempersiapkan  alat musiknya. 

Uniknya di Band Ravisi ini mereka terdiri dari para dosen DKV, diataranya Ahmad Nurcholis pegang gitar elekstrik –ini suami saya-, Irwan Tarmawan pegang Bas, Iman Sumargono pegang gitar, Ivan Kurniawan sebagai vocalis, sementara dua personil lain dibantu mahasiswa yaitu Khalifurahman pegang keyboard dan Drum dipegang oleh Diki. Rupanya mereka adalah veteran pemain Band.  Alasan mengamblil nama revisi hasil dari otaknya yang jail, karena pekerjaan mereka sehari-hari merevisi tugas-tugas mahasiswa DKV.  Asiknya lagi ternyata beberapa kelompok mahasiswa sudah mempersiapkan diri dengan kaos yang bertuliskan REVISIONER.  

Mahasiswa dan dosen memberi kesan berbaur dan humble, sebuah kedekatan yang romatis dan jarang ditemukan di ruang-ruang pendidikan yang kaku dan berjarak antara dosen dan mahasiswa.  Lagu pembuka mengangkat lagu BENTO (lagunya Iwan Fals), hentakan dan lagu legenda ini membuat mahasiswa berebutan ke pinggir batas performance.  Semangat mahasiswa semakin menggila ketika lagu kedua PAPA ROCK AND ROLL (lagunya The Dance Company) sambil jingkrak-jingkrak, bernyanyi bersama bahkan membuat barisan ular tangga dan mengelilingi perfomer.  Beres musik ini MC masuk memberikan penutupan, memberikan tepuk tangan dan perhormatan untuk semua peserta dan pendukung acara.  Ditutup dengan lagu terakhir yaitu AMNESIA (Lagunya Gigi) dengan ketukan dan permainan tekhnik lebih cadas.  Beres lagu ternyata penonton masih minta dibawakan satu lagu lagi, hingar dan sambutan tepuk riuh akhirnya berhasil membujuk lagu SKAK MAT (lagunya BIP) dibawakan dengan ketukan dangdut dan kembali pada nada asal membuat penonton lebih riang dan berakhir proporsi yang pas.

Acarapun selesai, semua berbagi keriangan dan kebahagiaan melebur dalam satu titik euphoria yang baru saja dilewati.  Kursi-kursi kembali di rapikan, sisa kotak kue di masukan ke dalam plastik sampah, kabel-kabel digulung, alat-alat musik dirapikan.  Senyum panitia menggaris di bibir dan raut mukanya.   Kami pulang dengan hati penuh dan hangat, sebuah momen yang tak mungkin dilupakan.

Ima, Bandung, 7 Juli 2011

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan meninggalkan komentar Anda. adv