Kemudian saya menemukan sebuah hadis, bahwa bangunnya
seorang istri satu malam di malam hari untuk mengurus bayi sama nilainya dengan
kesetiaan seorang suami seumur hidup. Nyessss…
hati ini rasanya diangkat ke langit ke tujuh dan didudukan disebuah kursi
kehormatan. Tapi emosi kembali tarik
menarik jika lupa dan kemarahan lebih menguasai kesabaran. Oh sabar… sabar…
Saat masih hamil, beberapa saudara dan berbagai media memberikan
informasi bahwa setiap perempuan yang selesai melahirkan akan melalui “Baby
Blues”. Katanya, jika lebih dari 1 bulan
tidak sembuh maka harus segera konsultasi pada ahli psikolog agar tidak
berkelanjutan. Sebuah perasaan yang
hampa, tidak karuan, serba sensitif, merasa sendirian, bahagia yang berlebihan
lalu tiba-tiba menjadi sedih berlebihan, bawaanya ingin marah, seolah perasaan
bahagia ini di rampas dengan angkuhnya.
Seperti terjebak dipenjara di Film Harry Potter. Perasaan muncul melebihi dari
pra-menstruasi. Dulu saya begitu percaya
diri bahwa saya akan terhindar dari kondisi ini, tapi situasi tidak bisa
dikompromi, perasaan “nge-blus” itu datang berloncat-loncat dengan riangnya. Siapa
yang mau punya kondisi hati tidak enak begini, saya kira semua orang tidak mau. Pikiran buruk menyelinap, seolah setiap orang tidak mengerti dan menyumpahi agar kita memiliki situasi
yang sama dengan mereka-mereka yang pernah melahirkan. Seperti,”Begitu tuh, sekarang baru tahu rasa
gimana rasanya ngurus anak.” Dan nada-nada seperti ini bermunculan dari
beberapa orang. Barangkali bisa jadi
tidak disadari atau sekedar becanda tapi obrolan becandaan ini begitu “kena”
pada si-penderita baby blues.
Masa-masa awal beradaptasi saat mengurus bayi adalah masa berkompromi dengan waktu; waktu tidur, makan, beres-beres, bersosialisasi, rasa lelah, mandi, baca, merajut, menulis, online, menyetrika, ke warung, semua harus penuh strategi dan serba cepat. Karena waktu makan dan bangun bayi hampir 1 jam sekali. Disela-sela tidur itulah, bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan pribadi atau aktifitas rumah tangga lainnya. Ajaibnya, perempuan bisa melakukan banyak hal disatu waktu dengan pola pikirnya yang serba logis dan cepat. Misal, dia membuat air untuk mandi bayi, sambil menunggu panas merendam baju, sambil menunggu waktu dia bisa memasak sambil sambil bolak-balik kamar nge-cek bayi. Beres masak bayipun bangun dengan perhitungan air sudah siap pakai untuk mandi. Selesai memandikan lalu disusui dan bayipun kembali tertidur, disela tidur ini kami bisa makan, beres makan ada kemungkinan bayi bangun, lalu tertidur lagi selesai disusui, saat dia tidur ini kesempatan untuk mencuci baju yang tadi direndam. Dan banyak hal lain lagi, jadi pada para suami tidak perlu takut istrinya berleha-leha karena pekerjaan perempuan itu tidak ada beresnya.
Masa-masa awal beradaptasi saat mengurus bayi adalah masa berkompromi dengan waktu; waktu tidur, makan, beres-beres, bersosialisasi, rasa lelah, mandi, baca, merajut, menulis, online, menyetrika, ke warung, semua harus penuh strategi dan serba cepat. Karena waktu makan dan bangun bayi hampir 1 jam sekali. Disela-sela tidur itulah, bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan pribadi atau aktifitas rumah tangga lainnya. Ajaibnya, perempuan bisa melakukan banyak hal disatu waktu dengan pola pikirnya yang serba logis dan cepat. Misal, dia membuat air untuk mandi bayi, sambil menunggu panas merendam baju, sambil menunggu waktu dia bisa memasak sambil sambil bolak-balik kamar nge-cek bayi. Beres masak bayipun bangun dengan perhitungan air sudah siap pakai untuk mandi. Selesai memandikan lalu disusui dan bayipun kembali tertidur, disela tidur ini kami bisa makan, beres makan ada kemungkinan bayi bangun, lalu tertidur lagi selesai disusui, saat dia tidur ini kesempatan untuk mencuci baju yang tadi direndam. Dan banyak hal lain lagi, jadi pada para suami tidak perlu takut istrinya berleha-leha karena pekerjaan perempuan itu tidak ada beresnya.
Saat masa-masa ini begitu berat dan setiap hari seperti
gelombang air laut yang naik dan turun, membuat saya sendiri merasa lelah dan jenuh
sendiri. Ingin sekali keluar dari
lingkaran dramatis ini lalu terbebas dari perasaan yang tidak nyaman. Saya ingin merasa bahagia dan bersemangat
saat menghadapi situasi apapun. Ingin
terbebas dari sikap yang saban waktu berkecamuk, saya ingin menikmati diri, anak
dan suami dengan sungguh-sungguh. Saya
butuh energi positif dan memberikan hari-hari kehidupan baru ini begitu indah
untuk dijalani. Akhirnya saya lari ke
jalan, beli tabloid keluarga, majalah keluarga, kembali membaca buku yang saya
beli, baca-baca di website untuk tabungan referensi sebagai ibu baru yang saban
waktu berhadapan dengan masalah baru.
Bahan ini saya baca setiap lembarnya dengan hati-hati dan berdiskusi
yang cukup intens dengan orang-orang yang memberi energi positif dan sebisa
mungkin menghindar dari orang-orang yang penuh keluh kesah. Ini kehidupan saya, saya berhak memperoleh
kehidupan yang menyenangkan dan luar biasa.
Buku, majalah dan diskusi menjadi vitamin yang luar biasa ampuh, saya
yakin ini merupakan pengaruh dari keinginan untuk keluar dari lingkaran emosional
negatif. Saya merasa beruntung lahir di
era informasi yang bertebaran dimana-mana, terutama bagi ibu pemula seperti
saya yang serba gagap dalam mengurus bayi.
Tak ada keinginan yang tidak tercapai selama kita berusaha
mencari ilmunya dengan kesungguhan hati.
Energi itu akhirnya didapatkan, rasa semangat dan energi positif itu
seakan menular pada hati bayi kami yang bersifat seperti sponge. Kesanggupanya
menerima informasi dan energi dari lingkungannya begitu besar. Lebih dari satu hingga dua bulan kalau tidak salah, kembali emosi positif saya dapatkan kembali. Bayi yang pemurung itu berubah menjadi penuh
senyum, gemar berceloteh dan bergerak aktif.
Kuncinya: berdamai dengan hati, perasaan bersalah ini saya maafkan karena
keterbatasan mental dan ilmu yang dimiliki.
Tak apa, kehidupan itu proses menempa diri berapapun usia dan pengalaman
yang dimiliki selalu saja ada kasus baru untuk kita pahami, diolah sebagai
bagian dari pondasi kehidupan yang luar biasa.
Kita tidak bisa menghidari masalah yang datang atau masalah yang kita
undang sendiri, karena jika dibiarkan ia akan menjadi bola salju. Membesar dan menggunung. Persoalan ada di diri, berusaha terbuka,
keluar dari kotak, mencari vitaminya dan menanamkan mental untuk bersikap
secara proporsional. Karena hidup
seperti efek domino, sekecil apapun tindakan kita akan mempengaruhi orang-orang
disekitar, lingkungan terdekat terutama keluarga. Kita bisa melewatinya, karena perempuan
memiliki hati yang luar biasa seperti tanah liat sangat mudah dibentuk. Terbentuk indah dan kuat atau
sebaliknya. Sebagian besar perempuan
paska melahirkan mengalami ini, so… you are not alone honey J.
haha btul emaknya alif gitu ya, saya uda baca artikelnya tapi baru baca pengalaman pribadinya emak jadi keingeut lagih... keren!
BalasHapusmemang perjuangan seorang ibu tak pernah berhenti, sapai yang kuasa menghentikannya. ibu juga ternyata seperti komputer bisa multi tasking ( mengerjakan banyak tugas dalam satu waktu ) wah memang wanita ditakdirkan menjadi mahluk yang kuat....blues untuk ibu ...
BalasHapus