SELAMAT PAGI

Dua hari lagi idul adha, biasanya kami akan sibuk memasak. Tumis kentang, merupakan makanan pokok, ayam bumbu special bikinan mak ida, capcay, kerupuk dan makanan kecil biasanya dikirim dari Ma Atik, kue ali agrem bikinan orang negla atau Ceu Eutik berikut opak dari Cigondewah. Khas dan akrab di lidah.

Ada yang menyenangkan di hari idul adha, halaman rumah kami lumayan luas untuk memotong beberapa ekor kambing. Tidak hanya milik keluarga, bahkan tetangga atau teman dari kakak suka menitip penyembelihannya di halaman rumah. Setelah shalat sunat ied, kami pergi berjiarah dulu ke makam. Kali ini tidak hanya emak, abah, pipit, teh anis aja yang akan di jiarahi tapi sekarang disana ada bapa. Sepertinya mereka lagi menikmati ayam bakar dan kangen-kangenan.

Idul adha begini, biasanya kami menyisakan daging kambing buat bapa. Sepulang dari masjid bapa langsung makan dan mendengarkan riung rendah suara kami. Becanda dan ketawa-ketawa, teriakan anak-anak semunya serba tidak terkendali. Rumah yang lumayan besar dari terasa sempit karena penuh oleh kakak, ipar, dari anak-anaknya yang masih kecil sampe yang abg bahkan yang sudah punya anak. Tapi kalau ada acara makan-makan begini biasanya kekurangan sendok, saya juga tidak mengerti padahal amih sering sekali membeli sendok.

Ini dia acara kurban, tampak kejam untuk orang-orang yang peduli biatang, tapi ini bagian dari sunnah yang mempunyai makna yang tidak sedangkal kelihatannya. Sebetulnya acara pemotongan hewan ini sama saja, hanya yang paling seru adalah Kang Tis selalu menyiapkan kanvas yang sudah dilumuri lem putih dan setiap kambing yang sudah dibelih diangkat ke atas kanvas itu lalu di cetak dengan menggunakan arang jadilah karya baru. Mungkin ada sekitar 5 (lima) tahun kebelakang kang Tis membuat karya seperti ini. Unik memang.

eh, biasanya bapa suka melihat di balkon sambil tersenyum dan kembali ke kasurnya kalau sudah cape. miss u dad!

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan meninggalkan komentar Anda. adv